Sunday, December 26, 2010

INVESTIGASI KELOMPOK

Investigasi Kelompok
Salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif adalah model investigasi kelompok. Dalam pembelajaran model ini, menurut Isjoni (2009) interaksi sosial menjadi salah satu faktor penting bagi perkembangan skema mental yang baru. Dalam pembelajaran inilah kooperatif memainkan perannya dalam member kebebasan kepada siswa untuk berpikir secara analitis, kritis, kreatif, reflektif, dan produktif. Pola pengajaran ini akan menciptakan pembelajaran yang diinginkan, karena siswa sebagai objek pembelajar ikut terlibat dalam penentuan pembelajaran.
Menurut Trianto (2010: 79) dalam implementasi tipe investigasi kelompok ini guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5-6 siswa yang heterogen. Kelompok ini dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, dan melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih. Selanjutnya ia menyiapkan dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas.

Friday, December 24, 2010

Hakikat Belajar


Hakikat Belajar
Definisi belajar pada asasnya ialah tahapan perubahan perilaku siswa yang relatif positif dan menetap sebagai hasil inter.aksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif (Syah, 2009: 113). Menurut Arsyad (2007:1) belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya.
            Hal senada juga diungkapkan Dimyati dan Mujiono (2006:39) yang menyatakan bahwa belajar merupakan perilaku yang kompleks, tindak interaksi antara pembelajar dan pebelajar yang bertujuan. Oleh karena berupa akibat interaksi, maka belajar dapat didinamiskan. Pendinamisasian belajar terjadi oleh pelaku belajar dan lingkungan pebelajar. Dinamika pebelajar yang bersifat internal, terkait dengan peningkatan hierarki kognitif, afektif, maupun psikotomorik, kesemuanya itu terkait dengan tujuan pemebelajaran. Sedangkan dinamisasi dari luar dapat berasal dari guru atau pembelajar di lingkungannya. Uasaha guru mendinamisasikan belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan siswa menghadapi bahan belajar, pencptaan suasana belajar yang menyenangkan, mengoptimalkan media dan sumber belajar, dan memaksimalkan peran sebagai pembelajar.

Perbedaan Kooperatif dan Konvensional


Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Belajar Konvensional
Kelompok Belajar Kooperatif
Kelompok Belajar Konvensional
Adanya sifat saling ketergantungan positif, saling membantu dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif
Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok
Adanya akntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok, dan kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar para anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantan dan siapa yang dapat member bantuan
Akuntabilitas individu sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diboring salah seorang anggota kelompok sedangkan anggota kelompok lainnya hanya “mendompleng” keberhasilan “pemborong”
Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dan sebagainya sehingga dapat mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang memberikan bantuan
Kelompok belajar biasanya homogen
Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok
Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing
Keterampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong royong seperti kepimpinan, kemampuan berkomunikasi, memercayai orang lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan
Keterampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan
Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsng guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama antar-anggota kelompok
Pemantauan melaluio observasi dan intervbal sering tidak dilakukan guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung
Guru memerhatikan secara proses kelompok yang terjadi dalam kelompok belajar
Guru sering tidak memerhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar
Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai)
Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas
Killen (dalam Trianto, 2010: 58-59)

TGT


Teams Games Tournaments (TGT)
Model pembelajaran kooperatif mempunyai banyak sekali variasi. Salah satu di antaranya adalah model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT). Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Isjoni (2008: 83) memberikan penjabaran bahwa TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok – kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku atau ras yang berbeda. Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing – masing. Dalam kerja kelompok guru memberikan LKS/soal kepada setiap kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan  bersama–sama dengan anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggungjawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru. Akhirnya untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai pelajaran, maka seluruh siswa akan diberikan permainan akademik.
Dalam permainan akademik siswa akan dibagi dalam    meja – meja turnamen, dimana setiap meja turnamen terdiri dari 5 sampai 6 orang yang merupakan wakil dari kelompoknya masing – masing. Dalam setiap meja permainan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang sama. Siswa dikelompokkan dalam satu meja turnamen secara homogen dari segi kemampuan akademik, artinya dalam satu meja turnamen kemampuan setiap peserta diusahakan agar setara. Hal ini dapat ditentukan dengan melihat nilai yang mereka peroleh pada saat pre-test. Skor yang diperoleh setiap peserta dalam permainan akademik dicatat pada lembar pencatat skor. Skor kelompok diperoleh dengan menjumlahkan skor – skor yang diperoleh anggota suatu kelompok, kemudian dibagi banyaknya anggota kelompok tersebut. Skor kelompok ini digunakan untuk memberikan penghargaan tim berupa sertifikat dengan mencantumkan predikat tertentu.
Secara runtut, implementasi TGT menurut (Trianto, 2010: 84) terdiri dari 4 komponen utama, antara lain: (1) presentasi guru; (2) kelompok belajar; (3) turnamen; dan (4) pengenalan keompok. Dalam aturan permainan menggunakan TGT menurut Trianto (2010: 84) adalah sebagai berikut:
-          Dalam satu permainan terdiri dari kelompok pembaca, kelompok penantang I, kelompok penantang II, dan seterusnya sejumlah kelompok yang ada.
-          Kelompok pembaca, bertugas: (1) ambil kartu bernomor dan cari pertanyaan pada lembar permainan; (2) baca pertanyaan keras-keras; (3) beri jawaban.
-          Kelompok penantang kesatu bertugas: menyetujui pembaca atau memberi jawaban yang berbeda. Sedangkan kelompok penantang kedua: (1) menyetujui pembaca atau memberi jawaban yang berbeda; dan (2) cek lembar jawaban.
-          Kegiatan ini dilakukan secara bergiliran (games ruler)

Pembelajaran Kooperatif


Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar (Dimyati dan Mujiono, 2006:297). Pembelajaran kooperatif dapat didefenisikan sebagai suatu pendekatan mengajar di mana siswa bekerjasama di antara satu sama lain dalam kelompok belajar yang kecil untuk menyelesaikan tugas individu atau kelompok yang diberikan oleh guru (Isjoni, 2009: 20-21).
Menurut Nur (dalam Isjoni, 2009: 27) pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengelompokkan siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang berhasil yang mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademik. Lebih lanjut Isjoni (2009:27) mengutip pendapat Davidson dan Warsham, memberikan definisi bahwa pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar secara kelompok-kelompok kecil, siswa belajar dan bekerjasama untuk sampai kepada pengalaman belajar berkelompok, pengalaman individu, maupun pengalaman kelompok. 
Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah, terdapat beberapa variasi dari model tersebut, setidaknya ada lima pendekatan yang seharusnya merupakan bagian dari kumpulan strategi guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif, yaitu STAD, JIGSAW, Investigasi Kelompok, TGT, dan pendekatan Struktural yang meliputi TPS, NHT, dan TAI (Trianto, 2010:67)
Untuk mencapai hasil yang maksimal, Lie (2008: 15) mengemukakan lima unsur model pembelajaran koperatif yang harus diterapkan, yaitu: (a) saling ketergantungan positif, (b) tanggung jawab perseorangan, (c) tatap muka, (d) komunikasi antar anggota, dan (e) evaluasi proses kelompok.
buku ke-dua diterbitkan oleh Toko BUKU ALUL, Agustus 2010..
Buku Pertama: Antologi puisi Pada RINDU, diterbitkan oleh "ALUL PUBLISHING" Nopember 2008,

Asrul Maafkan Aku


ASRUL,
MAAFKAN AKU
           Oleh : H a  l i m a h


M
atahari bersinar sangat cerah pagi ini. Sinarnya yang kuning keemasan menyembul dari balik rimbunnya daun pohon sawit dan rambung yang aku lewati. Membawa embun-embun pagi yang menyelimuti kelopak dedaunan tadi malam, kembali menguap menuju langit menjadi awan yang putih bersih. Burung-burung hutan dengan warnanya yang begitu memikat hati juga turut ambil bagian dengan kicauannya yang merdu sambil bertenger di atas dahan-dahan pepohonan. Sehingga udara yang dingin terasa hangat di hatiku. Ditambah lagi oleh celotehan para pekerja yang juga melewati jalan yang sama denganku menuju perkebunan sawit milik Socfindo, sebuah perusahaan ternama di daerah Aek Loba-ku tercinta. Akh…benar-benar pagi yang sempurna.
            Hari ini adalah hari yang sangat istimewa bagi diriku. Karena hari ini bapak dan ibu mengijinkan aku untuk pergi berkeliling kemanapun yang aku mau dengan menggunakan kereta. Padahal selama ini aku selalu diantar jemput oleh abang dan kakak-kakakku, jika bapak dan ibu tidak bisa mengantar jemputku. Termasuk pulang pergi ke sekolah yang hanya berjarak satu kilo meter dari rumahku. Karena mulai hari ini kami libur semester ganjil.
            Rencananya aku ingin mengunjungi Asrul, sahabat dekatku ketika aku masih duduk di sekolah dasar. Rumahnya terletak di pusat kota Aek Loba. Kami sudah lama tidak bertemu. Ya, sejak kami lulus SD. Aku bersekolah di SMP Negeri 2 Aek Kuasan yang baru dibangun, karena berada di Desa Alang Bonbon, tempat aku tinggal. Sedangkan Asrul bersekolah di SMP Negeri 1 Aek Kuasan, yang berada di pusat kota Aek Loba. Dan sekarang kami telah duduk di kelas 2 SMP. Itu berarti, hampir dua tahun kami tidak bertemu. “Dia juga pasti ingin bertemu denganku.” Kataku dalam hati sambil terus mengingat-ingat masa-masa kami duduk di Sekolah Dasar.
            Tidak terasa Honda Astrea RX King dengan nomor polisi BK6674HF yang aku kendarai, sekarang telah memasuki pusat kota Aek Loba. Tinggal menyeberangi jalan lintas ini, maka kira-kira seratus meter lagi dari Simpang Kebon tempatku berada sekarang, di deretan ruko-ruko berwarna putih itu, aku akan menemukan rumah Asrul.
            “Ini dia.” Gumanku dalam hati sambil mematikan mesin keretaku. Aku berjalan menuju pintu ruko yang masih tetap berwarna putih. Hanya saja pajangan di dalamnya yang agak berubah sediki. Kalau dahulu keluarga Asrul hanya menjual pakaian-pakain jadi. Sekarang sudah bertambah satu etalase lagi di depan rukonya yang kulihat memajang kartu telepon genggam beserta telepon genggam berbagai merek. “ mereka sudah membuka  konter HP juga sekarang.” Gumanku lagi dan tetap terus berjalan menghampiri seorang wanita paruh baya yang kukenal, belaiau adalah ibu Asrul.
            “ Assalamulaikum bu.” Sapaku santun.
            “ Waalaikum salam warahmtullah.” Balasnya sambil berbalik dan menatapku heran. Kemudian langsung tersenyum lebar karena mungkin telah menenaliku.
            “ Ucok ya?” tanya beliau meyakinkan. Karena aku yang dulu dengan aku yang sekarang pasti berbeda. Terutama dari segi fisik. Aku dulu kurus dan kecil, tapi sekarang kata ibuku, aku tinggi besar.
            “ Iya bu. Ini Ucok.” Jawabku sambil mencium tangannya takzim sebagai tanda hormat.
            “ Asrulnya ada di atas. Lagi nonton TV. Biasa kalau lagi liburan. Naik aja langsung ke atas. Dia pasti senang bertemu kamu.” Kata ibu Asrul sambil tersenyum, seolah-olah memang sangat mengetahui persis tujuanku datang ke rumahnya.
            Dan tanpa dikatakan dua kali, aku langsung berjalan menuju tangga rumahnya yang menuju ke lantai dua. Karena aku sudah hapal betul letak rumahnya. Dahulu, rumah Asrul adalah rumah ke dua bagiku. Begitu pula sebaliknya. Rumahku adalah rumah ke dua bagi Asrul. Kami sudah bagaikaan saudara. Kemanapun pergi selalu berdua.
            “ Assalamualaikum….m.” salamku panjang pada Asrul yang sedang asik melihat tayangan di Televisi.
            “ Waalaikumsalam warahmatullah..!” jawabnya dengan nada sangat terkejut sambil memalingkan wajah menatapku tajam. Tak berapa lama kemudian ia setengah berlari menghampiriku dengan wajah penuh senyum.
            “ Hai Cok. Kapan datang?, kenapa tidak menelpon dulu?. Ayo masuk-masuk. Mau minum apa? ” Tanyanya panjang lebar sambil menarikku duduk di sampingnya di dekat TV dan menyodorkan segelas teh botol dingin yang diambilnya dari kulkas di sebelah TV. Tak lama kemudian kamipun terlibat percakapn yang sangat menyenangkan. Mulai dari cerita tentang kenangan-kenangan kami di SD dulu, sampai pengalaman cerita-cerita kami di sekolah masing-masing.
            Setelah hampir dua jam kami bercerita. Akhirnya kami membuat kesepakatan untuk membuat cerita baru dengan pergi bersama ke tempat-tempat yang dulu sering kami kunjungi. Baik tempat bermain maupun tempat kami sering pergi bersama keluarga. Apalagi hari ini aku telah diberi ijin oleh kedua orang tuaku mengendarai kereta, jadi kami bisa kemanapun juga. Dan aku juga sudah memiliki SIM. Karena, walaupun aku baru duduk di kelas dua SMP, umurku sudah delapan belas tahun. Dan di daerahku, anak seusiaku masih duduk di bangku SMP bukanlah hal yang aneh. Karena daerah kami yang sedikit jauh tertinggal, sulit untuk menemukan sekolah yang dekat dengan rumah. Jadi kalau sudah berumur, di anggap bisa menjaga diri. Karena pulang-pergi ke sekolah jalannya sangat sepi. Sehingga namaku dulu sering jadi bahan pelesetan teman-teman. UCOK alias Umur Cukup, Otak Kurang.
            Setelah mendapatkan ijin dari orang tua Asrul, kamipun berangkat dengan hati yang riang. Kami mengendarai kereta sambil bercerita dan tertawa-tawa. Hingga tidak terasa hari sudah sangat terik. Matahari terasa memanggang kulit. Kami kepanasan dan kahausan. Hendak berhenti tetapi tidak menemukan ruko ataupun orang yang berjualan es karena kami berada di jalan lintas menuju Riau, jadi yang ada hanya hamparan sawah dan pohon sawit. Kemudian kamipun sepakat untuk menaikkan gas kereta agar lebih cepat sampai di kota terdekat, paling tidak menemukan tempat untuk bisa istirahat sambil minum es.
            Tidak lama kemudian keretaku melaju dengan sangat kencangnya. Tiba-tiba di daerah yang jalannya menurun dan menikung, ada sebuah mobil kijang dari arah berlawanan yang juga melaju kencang. Kami sama-sama sangat terkejut. Dengan cekatan aku membanting stang kekiri dan meliuk-liuk diantara truk-truk besar dengan kecepatan yang masih tinggi. Berusaha mengendalikan kereta dengan menurunkan kecepatan dan mencari posisi aman di belakang sebuah truk besar. Namun sebelum aku sempat berada pas di belakang truk tersebut dan menurunkan kecepatan, tiba-tiba aku melihat di depanku ada sebuah truk besar dan sebuah lubang yang cukup dalam ditengah-tengah jalan beraspal yang akan kulalui.
            Dengan sekejap mata keretakupun terperosok ke dalam lubang tersebut dan terhentak sangat kuat. Sehingga aku merasa tulang-tulang punggungku sakit semuanya. Aku juga merasa pegangan Asrul di pinggangku juga terlepas. Bersamaan dengan itu aku mendengar bunyi “Kreekg”  dan sebuah jeritan. Kemudian gelap.
******
            Sakit. Saat aku membuka mata dan berusaha menggeliat di atas tempat tidur, aku merasa badanku ”ngilu” semua. Tapi rasa itu kemudian hilang ketika aku sadar sekarang sedang berada di atas tempat tidur rumah sakit. Bapak, ibu dan saudara-saudaraku yang lain kemudian datang menhampiriku ketika mereka tahu aku terbagun. Dan dari cerita ibu aku tahu kalau aku sudah satu minggu pingsan. Dan dari ibu juga aku tahu kalau sekarang Asrul masih berada di ruanag ICCU karena mengalami koma karena geger otak berat dan kaki kirinya harus di amputasi. Menurut dokter kesembuhannya hanya tinggal tiga puluh persen. Kalaupun sadar, Asrul akan lumpuh seumur hidup dan tidak bisa mengingat apa-apa lagi.
            Aku benar-benar terkejut mendengarnya. Aku juga merasa sangat bersalah. Jika saja waktu itu aku tidak mengajak Asrul pergi, maka kejadian ini tidak akan terulang lagi.
            Dua hari kemudian aku sudah diijinkan pulang oleh dokter. Tetapi sebelum pulang aku menyempatkan diri melihat kondisi Asrul yang masih dipasangi selang diseluruh tubuhnya. Aku menangis sejadi-jadinya melihat keadaan Asrul hingga terduduk di atas lantai, karena terus berfikir bagaimana masa depannya nanti dengan keadaanya yang seperti ini. Dia tidak akan bisa menjadi polisi seperti yang ia cita-citakan semenjak kecil.
            Tak lama kemudian, sebuah tangan lembut merangkul bahuku. Ibu Asrul. Ia tersenyum walapun air matanya mengalir deras di kedua pipinya. Ia malah menghiburku dan mengatakan bahwa ini semua sudah menjadi kehendak yang Maha pemberi kehidupan. Aku harus kuat dan tetap mendoakan untuk kesembuhan Asrul.
            Setelah merasa agak enakan akupun permisi pamit mohon pulang. Sebelum keluar kamar, akupun mendekati Asrul yang terbaring tidak berdaya. Mendekatkan mulutku ketelinganya sambil berbisik “ Asrul, maafkan aku.”