Sunday, March 27, 2011

KRITERIA KETUNTASAN INDIVIDU DAN KLASIKAL SISWA


Untuk menenetukan ketuntasan belajar siswa (individual) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut (Trianto, 2010: 241):
KB =  x 100%
Di mana: KB = ketuntasan belajar
                 T   = jumlah skor yang diperoleh siswa
                T1  = jumlah skor total
            Setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individu) jika proporsi jawaban benar siswa ≥ 65%, dan suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam kelas tersebut  terdapat ≥ 85% siswa yang telah tuntas belajarnya (Depdikbud dalam Trianto, 2010: 241).
            Tetapi, menurut Trianto (2010: 241) berdasarkan ketentuan KTSP penentuan ketuntasan belajar ditentukan sendiri oleh masing-masing sekolah yang dikenal dengan istilah kriteria ketuntasan minimal, dengan berpedoman pada tiga pertimbangan, yaitu: kemampan setiap peserta didik berbeda-beda; fasilitas (sarana) setiap sekolah berbeda; dan daya dukung setiap sekolah berbeda. Maka dalam penelitian ini, sesuai dengan KKM mata pelajaran matematika di sekolah tempat peneliti melakukan penelitian, maka ketuntasan individual adalah 65 dan ketuntasan secara klasikal adalah 85%.

Sumber:
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

========================================================================
Berdasarkan permintaan dari akun Anonim, saya bantu untuk capture foto halamannya dari referensi.
Senang dapat membantu.


PENGERTIAN KATA DAN KALIMAT


Satuan bentuk bahasa yang sudah kita kenal sebelum sampai pada tataran kalimat adalah kata (misalnya tidak) dan frasa atau kelompok kata (misalnya tidak tahu). Kata dan frasa tidak dapat mengungkapkan suatu maksud secara lengkap dan jelas, kecuali jika kata dan frasa itu sedang berperan sebagai kalimat minor atau merupakan jawaban sebuah pertanyaan. Kalimat merupakan hal yang paling utama dalam kajian bahasa, hal ini disebebakan antara lain karena dengan perantaraan kalimatlah seseorang baru dapat menyampaikan maksud secara lengkap dan jelas (Finoza, 2008: 141).
Menurut Alwi (2003: 311) kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran utuh. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dank eras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan ataupun asimilasi bunyi ataupun proses fonologis lainnya. Dalam wujud tulisan berhuruf Latin, kalimat dimulai dengan huruf capital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!); sementara itu di dalamnya disertakan pula berbagai tanda baca seperti koma (,), titik dua (:), tanda pisah (-), dan spasi.

STRATEGI BELAJAR


Secara bahasa, strategi bisa diartikan sebagai ‘siasat, kiat, trik atau cara’. Sedang secara umum adalah garis besar haluan dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Adapun strategi belajar mengajar bisa diartikan sebagai pola umum kegiatan guru-murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Atau dengan kata lain, strategi belajar mengajar merupakan sejumlah langkah yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu (Faturrohman dan Sutikno, 2009: 3)
Strategi atau metode adalah komponen mempunyai fungsi yang sangat menentukan (Sanjaya, 2006:58). Lebih lanjut Sanjaya (2006:145) menegaskan metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah tersusun tercapai secara optimal. Ini berarti metode digunakan untuk merelasiasikan strategi yang telah ditetapkan.
Strategi belajar mengajar adalah pola umum perbuatan guru-siswa dalam mencapai tujuan, baik yang sifatnya instruksional maupun pengiring (Shaleh, 2001: 91).
Strategi pengajaran adalah keseluruhan metode dan prosedur yang menitikberatkan pada kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan tertentu (Hamalik, 2009: 201) 
            Dalam aplikasinya strategi pembelajaran memilik empat aspek yaitu:
  1. Urutan kegiatan pembelajaran, yaitu urutan kegiatan guru dalam menyampaikan materi atau isi pelajaran kepada peserta didik.
  2. Metode pembelajaran, yaitu cara guru mengorganisasikan materi pelajaran dan peserta didik agar terjadi proses belajar secara efektif dan efisien.
  3. Media pembelajaran, yaitu peralatan dan bahan pembelajaran yang digunakan guru dan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.
  4. Waktu yang digunakan guru dan peserta didik dalam menyelesaikan setiap langkah kegiatan pembelajaran (Warsita, 2008:25).
Dengan demikian, strategi pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara pengoragnisasian materi pelajaran dan peserta didik, peralatan dan bahan, serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

STRATEGI BELAJAR


Secara bahasa, strategi bisa diartikan sebagai ‘siasat, kiat, trik atau cara’. Sedang secara umum adalah garis besar haluan dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Adapun strategi belajar mengajar bisa diartikan sebagai pola umum kegiatan guru-murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Atau dengan kata lain, strategi belajar mengajar merupakan sejumlah langkah yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu (Faturrohman dan Sutikno, 2009: 3)
Strategi atau metode adalah komponen mempunyai fungsi yang sangat menentukan (Sanjaya, 2006:58). Lebih lanjut Sanjaya (2006:145) menegaskan metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah tersusun tercapai secara optimal. Ini berarti metode digunakan untuk merelasiasikan strategi yang telah ditetapkan.
Strategi belajar mengajar adalah pola umum perbuatan guru-siswa dalam mencapai tujuan, baik yang sifatnya instruksional maupun pengiring (Shaleh, 2001: 91).
Strategi pengajaran adalah keseluruhan metode dan prosedur yang menitikberatkan pada kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan tertentu (Hamalik, 2009: 201) 
            Dalam aplikasinya strategi pembelajaran memilik empat aspek yaitu:
  1. Urutan kegiatan pembelajaran, yaitu urutan kegiatan guru dalam menyampaikan materi atau isi pelajaran kepada peserta didik.
  2. Metode pembelajaran, yaitu cara guru mengorganisasikan materi pelajaran dan peserta didik agar terjadi proses belajar secara efektif dan efisien.
  3. Media pembelajaran, yaitu peralatan dan bahan pembelajaran yang digunakan guru dan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.
  4. Waktu yang digunakan guru dan peserta didik dalam menyelesaikan setiap langkah kegiatan pembelajaran (Warsita, 2008:25).
Dengan demikian, strategi pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara pengoragnisasian materi pelajaran dan peserta didik, peralatan dan bahan, serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

STRATEGI BELAJAR


Secara bahasa, strategi bisa diartikan sebagai ‘siasat, kiat, trik atau cara’. Sedang secara umum adalah garis besar haluan dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Adapun strategi belajar mengajar bisa diartikan sebagai pola umum kegiatan guru-murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Atau dengan kata lain, strategi belajar mengajar merupakan sejumlah langkah yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu (Faturrohman dan Sutikno, 2009: 3)
Strategi atau metode adalah komponen mempunyai fungsi yang sangat menentukan (Sanjaya, 2006:58). Lebih lanjut Sanjaya (2006:145) menegaskan metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah tersusun tercapai secara optimal. Ini berarti metode digunakan untuk merelasiasikan strategi yang telah ditetapkan.
Strategi belajar mengajar adalah pola umum perbuatan guru-siswa dalam mencapai tujuan, baik yang sifatnya instruksional maupun pengiring (Shaleh, 2001: 91).
Strategi pengajaran adalah keseluruhan metode dan prosedur yang menitikberatkan pada kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan tertentu (Hamalik, 2009: 201) 
            Dalam aplikasinya strategi pembelajaran memilik empat aspek yaitu:
  1. Urutan kegiatan pembelajaran, yaitu urutan kegiatan guru dalam menyampaikan materi atau isi pelajaran kepada peserta didik.
  2. Metode pembelajaran, yaitu cara guru mengorganisasikan materi pelajaran dan peserta didik agar terjadi proses belajar secara efektif dan efisien.
  3. Media pembelajaran, yaitu peralatan dan bahan pembelajaran yang digunakan guru dan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.
  4. Waktu yang digunakan guru dan peserta didik dalam menyelesaikan setiap langkah kegiatan pembelajaran (Warsita, 2008:25).
Dengan demikian, strategi pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara pengoragnisasian materi pelajaran dan peserta didik, peralatan dan bahan, serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

Number Head Together (NHT)


Number head together adalah pendekatan pembelajaran yang dikembangkan olegh Spencer Kagan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam reviu berbagai materi yang dibahas dalam sebuah pelajaran dan untuk memeriksa pemahaman mereka tentang isi pelajaran itu. Lie (2008: 58) mengatakan bahwa teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka. Teknik ini bisa digunakan untuk semua mata pelajaran da untuk semua tingkatan usia anak didik.  
Alih-alih mengarahkan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat langkah berikut ini:
Langkah 1-Numbering. Guru membagi siswa menjadi beberapa tim beranggota tiga sampai lima orang dan member nomor sehingga setiap siswa pada masing-masing tim memiliki nomor antara 1 sampai 5.
Langkah 2-Questioning. Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaannya bisa bervariasi.
Langkah 3-Heads Together: Siswa menyatukan “kepalanya” untuk menemukan jawabannya dan memastikan banwa semua orang tahu jawabannya.
Guru memanggil sebuah nomor dan siswa masing-masing kelompok yang memiliki nomor itu mengangkat tangannya dan memberikan jawabnya ke hadapan seluruh kelas (Arends, 2008: 16 dan Lie, 2008: 60).