Saturday, December 24, 2011

LRS CHAPTER ASAHAN (KLUB BACA)



Tanggal 6 Desember 2011, LRS chapter Asahan resmi menerima kiriman buku dari Penerbit Leutika Yogyakarta. Koordinator LRS Chapter Asahan, Muhammad Saufi Ginting mengundang rekan-rekan yang sudah terdaftar sebagai LRS Chapter Asahan sebanyak 5 orang anggota, dan selanjutnya mengambil inisiatif untuk menambah jumlah anggota dengan mengirimkan beberapa pesan singkat, dan membuat FB LRS Chapter Asahan sebagai promosi bahwa di kabupaten Asahan telah berdiri Leutika Reading Society (LRS); sebuah klub baca berskala nasional. Alhamdulillah beberapa teman menyatakan kesediaan dan antusiasnya untuk bergabung:
Andi Rusada (Anggota LRS) dan M. Saufi Ginting (Koordinator LRS Chapter Asahan)
1.       Yudi Efrinaldi (FB: Yudi efrinaldi, email: yoedi_maniez@yahoo.com, HP: 085762810731)
2.       Zefri Arizky (FB: zefri arizky, email: zefriarizky@yahoo.co.id, HP 087868173378)
3.       Affandi Affan: (FB: Affandi Affan, email: fandiecool@yahoo.com)
4.       Arifuddin Arsyad: (FB: Arfi Ananda, email: pahlevi_aurelia@yahoo.com)
Buku-buku yang telah dikirim oleh Leutika telah digilir untuk dibaca, kemudian diresensi oleh para anggota. Dengan memakai dana sendiri koordinator LRS Asahan telah membuat plank untuk sekretariat LRS Asahan, dan dipasang di depan rumah koordinator LRS.


Friday, December 23, 2011

BELAJAR DARI NORWEGIA

Tulisan yang kedua di Majalah Suara Muhammadiyah (SM) edisi No. 23/TH. KE-96, 1-15 Desember 2011 di kolom Kronik Dunia Islam halaman 47




BELAJAR DARI NORWEGIA
MUHAMMAD SAUFI GINTING
Mahasiswa Pascasarjana Unimed Prodi Linguistik Terapan Bahasa Inggris

N
orwegia merupakan sebuah Negara kerajaan. Kerajaan Norwegia atau Kongeriket Norge (Noreg) dalam bahasa Norwegia, adalah sebuah negara Nordik di Semenanjung Skandinavia bagian ujung barat yang berbatasan dengan Swedia, Finlandia, dan Rusia. Luas total Norwegia adalah 385,525 km² dan populasi sebesar 4.9 juta. Norwegia merupakan negara dengan kepadatan penduduk terendah kedua di Eropa. Ibukotanya Oslo.
cover majalah SM edisi 23
Norwegia memiliki cadangan minyak bumi, gas alam, mineral, makanan laut, air segar yang luas. Norwegia juga penghasil minyak dan gas alam per kapita terbesar di luar Timur Tengah. Selain terkenal dengan olah raga Ski dan kesenangannya berjemur, orang Norwegia juga terkenal sebagai salah satu kelompok masyarakat yang paling baik hati di dunia. Jika anda tersesat di Norwegia, pasti akan ada yang menolong Anda. Ditambah lagi, mereka bisa berbahasa Inggris.
Sebelum awal abad ke-20, Norwegia merupakan bangsa miskin dengan masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan rendah. Namun, setelah memasuki awal abad- ke-20, Norwegia merupakan masyarakat berkembang dengan salah satu tingkat pendidikan tertinggi di Eropa. Ekspansi ilmu pengetahuan merupakan hal penting bagi pembangunan Norwegia moderen. Hingga saat ini, pengetahuan merupakan sumber daya terpenting bagi Norwegia. Hal ini terbukti dari catatan United Nations Development Programme (UNDP) yang merupakan badan PBB untuk masalah pembangunan seperti dikutip dalam situs BBC edisi 3 Nopember 2011, menunjukkan Norwegia menempati urutan teratas negara terbaik di dunia tahun ini didasarkan pada kriteria kesehatan, pendidikan, dan pendapatan, yang dikenal dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Sementara itu, dari 187 negara yang disurvei, Indonesia berada di peringkat 124, jauh di bawah Brunei (posisi 33) dan Malaysia (posisi 61).
Norwegia mewajibkan setiap penduduk mengenyam 10 tahun dari pendidikan dasar dan Menengah semenjak anak berusia 6 tahun.  Materi yang diajarkan umumnya meliputi pengetahuan umum, budaya dan etika. Selanjutnya dilanjutkan dengan pendidikan menengah atas yang ditempuh selama 3 tahun dengan materi berimbang antara pengetahuan teoretis dan praktis. Pendidikan untuk semua umur merupakan konsep dasar dalam kebijakan pendidikan Norwegia. Dimanapun mereka tinggal, semua anak laki-laki dan perempuan memiliki hak sama untuk mengenyam pendidikan, tanpa memperhitungkan latar belakang sosial dan budaya dan kebutuhan akan perhatian khusus. Hal ini seperti dijelaskan oleh Asrori S. Karni (2008:103) dalam bukunya “Di balik buku terlaris dalam sejarah Indonesia: Laskar Pelangi the Phenomenon”, sistem pendidikan di Norwegia mengizinkan setiap anak untuk dididik di sekolah terdekat. Semua anak-anak belajar bersama, yang awas dan tunanetra, yang mendengar dan tunarungu, mempunyai keterbelakangan mental dan tidak. Jika seorang guru kelas membutuhkan bantuan bagi satu kelas atau lebih, hal ini akan ditawarkan melalui pemerintah.
Veronica Colondam dalam sebuah tulisan di kickandy.com menguraikan ada fenomena unik di Norwegia yaitu remaja yang putus sekolah memang memilih untuk tidak melanjutkan sekolahnya. Lanjut Colondam, ada dua alasan mereka "memilih" untuk tidak melanjutkan sekolah. Pertama, sebagian besar dari mereka ingin langsung bekerja. Artinya, jenjang pendidikan SMA dirasa tidak penting untuk mendapatkan pekerjaan seperti menjadi pelayan restoran, penjaga toko atau pekerjaan lain yang tidak terlalu butuh pendidikan tinggi. Hal kedua adalah fasilitas yang diberikan negara kepada rakyat yang tidak memiliki pekerjaan.
Sejak 2003, Norwegia mengikuti perjanjian Bologna untuk sistem pendidikan tinggi di Eropa. Pusat reformasi ini mengikuti sistem 3+2+3 yang terdiri dari 3 tahun pendidikan sarjana (bachelor), 2 tahun master dan 3 tahun Ph.D. Saat ini secara khusus pemerintah Norwegia mendorong pelajar untuk mengambil pendidikan di bidang matematika, sains dan teknologi.
Data statistik menunjukkan Norwegia memang surga bagi mahasiswa. Seperti dikutip dalam situs kaskus, selain karena iklim yang lebih beragam dan indah, hidup di sini juga mudah dan nyaman. Mudah karena sekolah murah sekali (biaya per semester untuk program master hanya sekitar Rp.600,000), transportasi publik yang sangat nyaman, teratur sebab jarang sekali terjadi kemacetan atau kecelakaan), dan tepat waktu, rasanya tidak perlu punya mobil sendiri. Di sini juga selalu ada pekerjaan (part-time atau full-time). Ketika kuliah, setiap bulan mereka akan menerima pinjaman tanpa bunga dari pemerintah sekitar Rp.16 juta  Kalau mereka berhasil lulus, hanya sekitar 60% dari total hutang saja yang perlu mereka bayar kembali kepada pemerintah.
Asep Mulyana yang menempuh satu semester di Norwegia untuk pendidikan S2 Ilmu Politik di sebuah suratkabar lokal di Jawa Barat menulis “biaya SPP yang harus saya bayar untuk menempuh program pascasarjana (S2) nilainya setara dengan Rp. 800 ribu saja. Itupun karena saya warga negara asing. Bandingkan dengan biaya SPP yang harus saya bayar untuk program yang sama di UGM. Di negeri sendiri, saya harus membayar SPP Rp 8 juta persemester”.
Memang benar biaya hidup di sana setinggi langit dan santunan senilai sekitar tiga puluh juta rupiah per bulan per orang, sebenarnya pas-pasan, cukup untuk makan dan tempat tinggal saja, tetapi gaji pekerja juga sangat tinggi (UMR Norwegia sekitar Rp 180.000,00 per jam). Norwegia juga sangat nyaman karena segala sesuatu diatur dan diurus dengan baik, sehingga kualitas hidup masyarakatnya pun baik. Kesadaran penduduknya akan kebersihan sudah sangat tinggi. Hampir tidak ada lagi yang membuang sampah sembarangan. Selain itu negeri ini sangat aman. Anda ketinggalan tas atau dompet di kereta api atau bus? Tenang, telpon saja perusahaan terkait, pasti mereka akan menemukan dan menyimpankan dompet Anda.


RESENSI


BELAJAR MENJADI “SAKTI”
Judul: Sakti dan Sapi Rebo
Penulis: Shabrina WS
Penerbit: LeutikaPrio Yogyakarta
ISBN: 978-602-9079-13-5
Terbit: Februari 2011
Tebal: 97 halaman
Harga: Rp. 32.000,00

Membaca cover depan judul “Sakti & Sapi Rebo”, seolah-olah kita akan menemukan sebuah kisah pertualangan seorang anak yang ‘sakti mandraguna’ dengan seekor sapi. Tapi ternyata tidak, begitu dibalik, dan melihat deskripsinya kita bisa membaca ternyata Rebo adalah seekor sapi, yang lahir di hari rabu, dan Sakti adalah pemilik sapi yang memelihara dan merawatnya dengan telaten. Membaca novel ini mengingatkan kisah saat masih kanak-kanak. Pencitraan latar yang begitu menarik dan ditulis oleh penulis yang dibilang sudah cukup mumpuni sebab beberapa tulisannya pernah mangkal di majalah terkemuka di Indonesia: Annida, Ummi, dan Sabili, menjadikan novel ini layak untuk dibaca oleh anak-anak kita, dan tentunya kita sendiri selaku orang tua. Hebatnya lagi penulis juga memberikan kesan yang positif dalam novel anak ini, sehingga kita yang membaca cerita ini bisa mengambil hikmah dari balik cerita untuk memberikan contoh bahwa walau mencintai dan menyayangi sesuatu, tapi kita harus menanamkan kepada anak-anak bahwa belajar juga menjadi nomor wahid dalam hidup.  Tak ada salahnya jika kita juga “Belajar Menjadi Sakti” kan?