Wednesday, April 18, 2012

PUISI DI MAJALAH KUNTUM


Alhamdulillah untuk kesekian kali puisi saya diterbitan oleh majalah kuntum. kali ini di edisi ke 327 April 2012. Thanks Majalah Kuntum.., majalah baru sampai rumah...
 





INGATI TUHAN

Hari semakin kelam
Dalam detak yang tak mengerti untuk dijabarkan
Hati semakin tak mampu menahan
Pada kata yang tak lagi penuh wejangan
Pada tiap detik kita berjuang
Masih belum penuh pada kebaikan

Mari ingatilah Tuhan
Semoga pada dunia, akhirat kita tak tertahan
Dengan syurga kecintaan
Menjadi catatan akhir zaman
Mari ingati Tuhan
Dalam setiap tautan
Camkan!

Kisaran, 13 Pebruari 2012

Monday, April 16, 2012

TUJUAN PENDIDIKAN


KLASIFIKASI HASIL BELAJAR 

Menurut Sudjana (2009: 22-23), dalam sistem pendidikan nasional, rumusan tujuan pendidikan menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
Ranah Kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah, dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.
Ranah Afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban, reaksi, penilaian, organisasi, dan internaslisasi.
Ranah Psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni (a) gerakan refleks, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perseptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan keterampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretatif.
Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian asil belajar. Di antara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai bahan pengajaran. 

CERPEN


UNTUK SENYUM ANAKKU
Oleh: Halimah Saufi

            “Bagaimana Dek? Sudah turun panasnya?” Tanya suamiku di sore yang terasa lebih panas dari biasanya ini sambil menghirup kopi yang kusuguhkan untuk menyambutnya pulang kerja.
            “Belum Bang.” Jawabku sambil duduk disampingnya.
            “Adek masih punya uang berapa?” Tanya suamiku lagi.
            “Maaf Bang. Tinggal dua puluh ribu lagi. Tadi pagi Alul minta untuk membeli buku tulis empat buah dan sebuah buku gambar. Katanya sudah habis. Jadi uang sisa yang ada, adek belikan untuk keperluannya sekolah.” Jawabku lagi seraya menjelaskan. Aku tidak ingin dikatakan boros dan menggunakan uang belanja untuk hal-hal yang tidak seharusnya. Kulihat suamiku hanya mengguk-anggukkan kepala sambil menyeruput kopi yang kusuguhkan kepadanya. Kami sama-sama terdiam.
Sudah dua hari anakku yang ke dua, kahfi, yang baru berumur Sembilan bulan terserang demam. Sebagai ibunya tentu aku sangat khawatir. Untuk membawanya berobat kedokter spesialis, jujur saja, aku tidak berani. Aku hanya membawanya berobat ke bidan desa. Bukan aku tidak mau ataupun takut. Tetapi dengan gaji suamiku yang cuma seorang guru honor di sekolah swasta itu tidak mungkin. Walaupun ia mengajar dari pagi hingga sore hari dengan jam penuh dari Senin hingga sabtu. Gaji yang diterimanya setiap bulan sungguh sangat tidak mencukupi untuk semua kebutuhan kami. Uang yang diberikannya setiap habis gajian langsung aku pos-poskan kesemua amplop kebutuhan kami. Seperti membayar rekening listrik, rekening air, sewa rumah, dan belanja kebutuhan sehari-hari. Itupun sudah sangat ku hemat. Belum lagi cicilan sepeda motor kami. Sehingga bila ada hal-hal tak terduga seperti ini, aku sangat ngos-ngosan sekali memikirkannya.
###
            Malam telah larut. Kulirik jam beker yang sudah tidak bisa berbunyi lagi, kado pernikahan kami sembilan tahun yang lalu sudah pukul setengah tiga pagi. Tapi mataku masih tidak dapat terpejam. Aku meraba kening Kahfi dan sekujur tubuhnya. Panasnya masih belum turun. Dan sekali-kali ia terdengar merintih kesakitan. Aku hanya bisa mengompresnya dengan air hangat sambil bermunajat terus pada Allah untuk kesembuhan anak kami.
            “Masih panas juga Dek?” Tanya suamiku tiba-tiba sambil memegang kepala Kahfi. Mungkin ia terbangun mendengar rengekan Kahfi.
            “Iya Bang.” Jawabku singkat. Karena tanpa kujawab pun ia pasti tahu dari memegang kepala Kahfi.
            “Besok pagi, sebelum abang berangkat mengajar, kita bawa Kahfi ke dokter Spesialis ya.” Katanya sambil menatapku.
            “Biayanya?” Tanyaku bingung. Lalu kami sama-sama terdiam.
            “Tabungan Abang masih ada.” Kata suamiku kemudian. Memecahkan kesunyian diantara kami.
            “Tabungan yang mana?” Tanyaku penuh selidik. Karena aku begitu sangat tahu sekali dengan pemasukan suamiku. Dia tidak mungkin punya uang. Apalagi tabungan. Itu sangat tidak mungkin.
            “Sudahlah, jangan difikirkan sekarang. Besok pagi kita bawa Kahfi ke dokter.” Kata suamiku yang mungkin mengetahui isi hati dan fikiranku.
            “Tidurlah.” Katanya kemudian.
            “Adek belum ngantuk Bang”. Kataku yang tidak mungkin bisa tidur melihat keadaan Kahfi seperti ini.
            “Kahfi biar Abang yang jaga. Sudah tiga malam Adek kurang tidur. Nanti malah ikut tumbang. Siapa yang akan menjaga kami?” Katanya lagi sambil membelai kepalaku dengan hangat.
            “Tapi jangan lupa Shalat Lail dulu ya.” Katanya dan kusambut dengan anggukan. Karena walaupun kehidupan ekonomi kami pas-pasan, kami tidak ingin rohani kami juga hidup pas-pasan. Allah lah tempat kembalinya sesuatu itu. Tempat kami bisa berbicara dan mengadu dengan beban dan gejolak hati.
###
            Pagi ini setelah shalat subuh, aku cepat-cepat bergegas membersihkan rumah dan membuat sarapan untuk suamiku dan Alul yang akan berangkat sekolah. Aku tidak ingin menyia-nyiakan waktu. Karena kulihat Kahfi tidur dengan pulas. Panasnya sudah turun. Ia juga tidak merengek-rengek lagi. Aku benar-benar bahagia.
            “Bang, terimakasih ya.” Kataku pada suamiku yang telah siap-siap berangkat mengajar.
            “Untuk apa?” Tanyanya sambil mengernyitkan dahi tidak mengerti.
            “Sudah memberikan anak kita tabungan Abang untuk berobat.” Jawabku menjelaskan. Kemudian aku melanjutkan “Kalau Adek boleh tahu, uang untuk berobat Kahfi semalam dari tabungan abang yang mana?” tanyaku ingin tahu sambil memegang jari-jarinya dengan lembut. Bukan aku tidak percaya, tapi uang berobat Kahfi ke dokter spesialis kemarin sangat besar, tiga ratus lima puluh ribu. Rasanya aku tidak pernah mengetahui suamiku menyimpan uang. Semua gajinya telah diserahkannya padaku. Jadi aku sebagai istri rasanya ingin tahu uang itu darimana. Aku tidak ingin suamiku terlibat dengan rentenir.
            Mengerti dengan kegalauan hatiku. Suamiku gentian meremas jari-jari tanganku dengan lembut. “Adek jangan khawatir. Uang yang kita gunakan untuk berobat Kahfi adalah uang halal.”
            “Tapi dari mana bang?” tanyaku lagi masih dengan nada penuh ingin tahu.
            “Kan sudah Abang bilang dari tabungan Abang, sayang.” Jawabnya dengan nada tenang.
            “Tabungan yang mana Bang?” Tanyaku lagi karena tidak puas dengan jawabannya.
            Sambil menarik nafas dalam dan semakin erat menggenggam jari-jari tanganku iapun akhirnya menjelaskan tentang uang tabungannya itu yang sebenarnya adalah uang dari menggadaikan surat-surat sepeda motor kami kepada teman dekatnya. Ternyata sudah dua bulan yang lalu sepeda motor itu cicilannya lunas. Ia tidak tega melihat aku setiap hari meneteskan air mata untuk menangisi keadaan Kahfi. Jadi sehabis shalat magrib kemarin, ia langsung ke rumah teman dekatnya yang memiliki toko buku untuk menggadaikan surat-surat itu tanpa bertanya dulu kepadaku. Karena bila ditanyakan aku pasti tidak akan mengijinkan.
Penjelasannya yang panjang lebar membuatku menitikkan air mata. Bukan karena sedih, tapi bahagia sekali karena telah diberikan seorang suami yang begitu menyayangi kami. Apa yang dilakukannya sangat berharga. Semua itu demi senyum anakku. Senyum anak kami. Pemberian Allah yang sangat berharga sekali. Terimakasih ya Allah untuk karuniamu ini.
Kisaran, 4 Januari 2012

Halimah Saufi, mantan jurnalis harian Serambi Indonesia, Aceh, dan alumni PW. IPM Sumut. Saat ini aktif sebagai anggota Leutika Reading Society (LRS) Chapter Asahan.






Saturday, April 14, 2012

PUISI SAUFI GINTING


KITA

Kita sudah melihat pagi dengan mentari
Mendengar kicau burung dengan gagah berani
Dan kita juga sudah menikmati air yang tak dapat dihabisi
Dengan cita dan cinta kita terus mendaki

Lantas sudahkah kita menjadi contoh diri?
Menuai langkah dengan senyum yang sempurna dari hati
Dan tak lelah karena semakin tinggi
Semua mesti kita lepaskan dengan hati
Tak mesti mengeluh dengan iri

Kita adalah ummat-Nya
Jangan menyombong dengan harta yang akan tertinggal ;di dunia

Kisaran, 15 Pebruari 2012

Tuesday, April 10, 2012

CERPEN ISTRIKU

LAYANG- LAYANGKU TERBANG TINGGI
Cerita Pendek oleh: Halimah


(CERPEN ISTRIKU DI MAJALAH MAWADDAH (media dakwah pemuda Muhammadiyah Asahan) EDISI I APRIL 2012)

s
ayup-sayup suara bacaan Al-Qur’an terdengar. Ku gerakkan tubuh ini yang sedikit terasa kaku karena posisi tidur yang mungkin salah, meringkuk seperti ulat bulu untuk menahan udara dingin  yang masuk melewati celah-celah jendela kamarku yang terbuat dari kayu dan modelnya seperti daun jendela tempo dulu, bersisir dan berjarak dengan ukuran satu kali dua. Hampir sebesar daun pintu. Tapi itulah yang begitu ku inginkan selama ini. Agar udara bebas keluar masuk di kamar ini. Bukankah udara segar membuat hati juga segar?
Ku gerakkan tangan kananku meraba bantal di sebelahku. Tidak ada, suamiku tidak ada. Mungkin ia sudah bangun terlebih dahulu untuk melaksanakan shalat sepertiga malam, dan duduk bertafakur atau membaca al-Qur’an menuggu waktu subuh.
Aku bergegas bangkit dari tempat tidur menuju kamar mandi dan berwudhu. Kemudian berjalan menuruni tangga menuju ruang shalat dan kamar anak-anak untuk mengajak mereka berjamaah, karena kamar kami berada di lantai dua. Untuk menghemat lahan. Resiko memiliki tempat tinggal berada di pusat kota. Gantinya, lahan tersebut kami gunakan sebagai taman bermain anak-anak.
Eh, ternyata suamiku tidak berada di ruang shalat, tetapi di perpustakaan keluarga yang sekaligus merangkap sebagai ruang kerja dan belajar untuk anak-anak. Ya, kami sangat tergila-gila dengan buku, sehingga ruang perpustakaan ini lebih besar dari ruangan yang lain, lima kali enam, dengan lemari-lemari besar yang penuh buku. Mulai dari kami kuliah dulu hingga sekarang. Tidak terasa sudah lima belas tahun ruang perpustakaan ini berdiri.
Aku melongokan kepala ke dalam karena pintunya yang terbuat dari kaca tidak tertutup. Lampu neon yang dinyalakan juga sangat terang. Lokasinya yang berada di bawah tangga kamar kami, membuat ruangan ini lebih terasa dingin dan hening.
Apa yang dilakukan suamiku di ruangan ini sampai ia tertidur di atas meja seperti itu? Aku bertanya-tanya dalam hati sambil berjalan perlahan mendekati mejanya. Aku tidak ingin langkah kakiku membangunkan tidurnya dengan tiba-tiba, aku ingin membangunkannya dengan satu kecupan di keningnya, karena hal itu sangat disukainya.
Layar komputer suamiku belum mati rupanya. Saat aku ingin menutupnya, tiba-tiba layar komputer itu terbuka dan menampilkan halaman terakhir yang dibuka oleh suamiku. Hei, apa itu? Jantungku tiba-tiba berdetak tidak karuan. Subhanallah, halaman terakhir yang dibuka oleh suamiku adalah akun facebook miliknya. Dan di layar itu terlihat ada sebuah surat dan foto seorang perempuan berjilbab besar dengan senyum manis.
Aku segera menghapus rasa resahku dan segera membesarkan layar monitor untuk membaca isi surat tersebut. Tertera disitu bahwa pengirimnya menuliskan dan mengirimkan surat itu jam sebelas malam. Saat aku bergerak tidur tadi malam setelah membaca kisah-kisah Nabi pilihan. Ya..aku ingat, suamiku memintaku tidur dahulu karena masih ada hal yang ingin dikerjakan katanya. Ia tidak ingin kutemani karena ia takut aku akan lelah sekali pagi ini untuk menyiapkan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah.
Dengan berlahan-lahan aku membaca surat yang sudah terlihat jelas dilayar monitor.
Assalamu’alaikum…
Ustadz yang dirahmati allah, saya ingin menyampaikan sesuatu. Mungkin bagi ustadz ini terdengar sangat aneh dan lucu. Karena wanita seperti saya yang memakai jilbab besar, ikut pengajian dan berasal dari keluarga baik-baik bersikap seperti ini. Tapi sungguh saya tidak tahu lagi harus berkata dan bercerita kepada siapa lagi tentang isi hati saya ini. Saya harap ustadz mau memberikan jawaban yang bisa memuaskan hati saya, dan membuat saya tetap taat pada Allah. Karena jujur saja, masalah ini membuat saya berfikiran kalau Allah itu tidak adil pada saya.
Dadaku semakin berdegup kencang membaca bait pertama surat perempuan yang sepertinya sangat ku kenal ini. Dengan rasa penasaran yang luar biasa, aku melanjutkan membaca surat di layar komputer suamiku ini. Namun tetap berlahan-lahan karena takut membangunkan suamiku yang masih terlihat sangat lelap.
Kenapa ya,,,selama masa kehamilan ini saya belum pernah merasa menikmatinya. Setelah terbebas dari ngidampun begitu. Banyak orang bertanya-tanya, di usia kehamilan 4 bulan, kaki dan tangan sudah pada bengkak, badan pegal linu. Nyeri dan berat rasanya. Saya masih berusaha melakukan aktivitas seperti biasa. Melakukan pekerjaan rumah dan bekerja di luar. Karena saya berusaha melayani semua kebutuhan suami saya. Tapi apa yang saya dapatkan? Jangankan perhatian hanya untuk menenangkan, sapaan atau bicara pun tidak ada.

Haaaa..mil? Siapa? Aku jadi semakin penasaran dan melanjutkan kebait berikutnya.
Disaat saya curhat tentang apa yang saya rasakan. Tidak ada respon, basa basi, apalagi sentuhan (jauh sekali kalau saya berharap ini). Padahal saya hanya ingin terbuka saja tentang rasa sakit saya, kaki saya yang bengkak terasa berat saat berjalan. Saya hanya mengharapkan pengertiannya. Karena yang saya tahu saat hamil diperlakukan sedikit berbeda dengan yang biasanya., dan saya berharap sedikit pengertian saja. Ingin sedikit dimanja, tapi malah suami saya yang selalu minta dimanja. Kalau ada timbal baliknya ya ga papa. Tapi ini tidak.
Jawabannya Cuma bilang “Biasa itu, memang seperti itulah kalo hamil”. Tanpa ada pembicaraan lebih atau sentuhan. Malah semakin minta ini dan itu. Sepertinya curhat saya barusan tidak ada arti apa-apa. Oleh karena itu, tidak pantaskkah saya merasa sedih, kecewa, dan terluka atas semua ini? Tidak ada empati sama sekali darinya. Padahal saya sangat dengan senang hati melakukan semua tugas saya jika suami saya perhatian. Walaupun Cuma basa basi.
Tapi jangankan diskusi tentang apa yang saya rasakan. Mengoleskan minyak di kaki saya saja tidak mau. Pada akhirnya saya berontak.saya ingin keluar dari semua ini. Bahkan sampai saat ini masih terbersit di hati saya menyesal telah menikah dengannya dan menjadi isterinya. (karena saya tidak bahagia). Salahkah saya?
Saya malah dibilang istri durhaka, manja, dan terlalu berlebihan. Hati saya hancur. Apa benar saya terlalu berlebihan? Padahal hanya sedikit yang saya ungkapkan, masih ada rasa sakit yang saya sembunyikan. Karena saya berusaha ingin bersabar.
Bayi kami memang sehat-sehat saja. Tapi bagaimana dengan saya? Apa tidak perlu diperhatikan? Kehamilan ini menguras tubuh saya, itu yang saya rasakan, saya heran, padahal teman dekat dengan ustadz. Bahkan belakangan ikut pengajian dengan ustadz, tapi kenapa seperti itu?

Eeegh..sejak kapan suamiku buka biro jasa pencurhatan ya? Aku bengong kembali membaca surat yang ditulis perempuan tersebut. Tapi mungkin tulisan itu dikirimkannya pada suamiku karena ia dan suaminya kenal baik dengan suamiku. Dengan cepat aku membuka kembali halaman akun facebook suamiku untuk meneliti wajah perempuan malang ini. Pasti aku kenal. Benar saja. Ketika foto profilnya kubuka lebar, aku mengenal perempuan berjilbab besar yang tersenyum manis ini. Ia adalah istri teman dekat suamiku.
“Oalah, ada-ada aja.” Aku berguman tanpa sadar. Sehingga kepalaku yang sejajar dengan telinga suamiku yang sedang tertidur pulas tiba-tiba terbangun dengan terkejut.
“Ada apa dek?” katanya dengan mata merah yang masih tersipit-sipit dan dada yang turun naik menahan rasa terkejutnya melihat keberadaanku di sampingnya dan mendengar suaraku yang tak sengaja besar.
Ngak papa. Tadi baca surat di layar Buya. Kasian kali sama perempuan itu. Ternyata Nda kenal sama yang ngirim. Jadi ya keceplosan aja. Maaf ya uda buat terkejut banguninnya?” kataku sambil mengecup kening suamiku tercinta yang masih terduduk di depan layar komputernya.
“Oooo..iya. Ini surat  dari Yoli, istri Sukendar teman Buya waktu SMA dulu. Yaa Nda pasti kenallah.” Jelas suamiku. Yang kusambut dengan senyum dan anggukan kepala tanda mengiyakan kata-katanya.
“Dia sekarang sedang hamil muda, tapi Sukendar cuek-cuek aja. Padahal dia ingin diperhatikan.”
Trus Buya bilang apa sama dia?” tanyaku langsung ingin tahu.
“Itulah yang Buya fikirkan dari tadi malam. Apa yang harus Buya katakan. Tapi sekarang baru dapat jawabannya.” Katanya sambil tersenyum padaku.
“Apa?” tanyaku penasaran dengan senyum suamiku itu.
“Tugas Nda lah yang menjelaskan kepada Yoli. Sebagai perempuan kalian pasti lebih enak ceritanya nanti ya.” Katanya sambil berdiri dan mengecup keningku.
“Loh...diakan curhatnya sama Buya?” tanyaku bingung karena tidak tahu harus mengatakan apa dengan istri teman suamiku itu.
“ Ya, jawab aja apa yang Nda rasakan saat hamil. Atau apapunlah. Istri Buya kan cerdas.” Jawab suamiku sambil mengedipkan mata dan berjalan menuju kamar mandi yang berada di dalam perpustakaan pribadi kami ini.
Selanjutnya aku yang tertegun dan bingung menyusun kata-kata apa yang pas dan cocok untuk membalas surat Yoli. Karena seingatku, dari kehamilan pertama sampai anak ke empat kami, suamiku sangat perhatian. Dia tidak pernah memintaku melakukan pekerjaan yang berat. Selalu mengelus-elus perutku. Mengajak janin kami bercerita. Membelikan segala keinginanku saat hamil, terutama makanan-makanan sehat, ia tidak ingin anaknya kurang gizi katanya. Dan malahan sangat memanjakan aku. Jadi apa yang harus aku jawab untuk permasalahan istri temannya ini?
Bukankah setiap rumah tangga pasti punya masalah. Hanya saja ada yang dengan cepat dan sigap mampu menghadapinya. Namun tak jarang pula ada yang kebingungan sehingga seantero dunia mengetahui permasalahan keluarga mereka. Mungkin itu semua memang harus kembali kepada iman dan amal seseorang. Sekuat apapun badai menerjang, bila pondasi hati kuat bertahan, pasti akan berlalu tanpa terasa.
Agh…inilah perjalanan hidup. Semua penuh lika-liku. Hidup berumah tangga seperti menerbangkan layang-layang. Harus bersahabat dengan angin. Menguasai teknik dengan baik. Jika ingin layang-layang terbang tinggi dan tidak tersangkut di dahan-dahan pohon, lakukan dengan sepenuh hati. Konsentrasi tinggi.
Mungkin permasalahan utama Yoli dan Sukendar terletak pada prinsip dan cara hidup mereka masing-masing di dalam keluarga sebelum menikah. Mereka bertahan dengan kekuatan sendiri. Padahal seharusnya tidak. Suami istri bagai satu tubuh, harus berjuang bersama dan saling melengkapi. Memang tidak mudah, tetapi rasanya tidak salah bila diusahakan dengan sekuat tenaga.
Yap! Mungkin hal itu yang akan aku diskusikan dengan Yoli bila nanti kami beretemu. Karena kalimat terakhir di dalam suratnya itu membuatku sangat miris. Ia membawa-bawa suamiku dan pengajiannya pastilah karena beban hati yang dirasakannya  begitu berat. Paling tidak, aku tidak ingin ia berfikiran buruk tentang suamiku dan rumah tangga kami.
“Jangan dipikirkan sekarang. Yuk kita shalat. Sudah hampir habis subuhnya. Anak-anak juga sudah siap tuh.” Kata suamiku yang muncul dari kamar mandi berjalan menuju ruang shalat untuk berjamaah bersama. Dan ternyata anak-anak sudah bangun. Mereka sudah siap di shaf masing-masing. Sungguh indah setiap pagi yang kujalani bersama suami dan empat orang buah hati yang begitu santun dan taat beribadah. Ya Allah, terimakasih untuk surga dunia-MU ini. Layang-layangku telah mampu terbang tinggi. >>>
Halimah, S. Th. I., Saat ini aktif sebagai anggota Leutika Reading Society (LRS) Chapter Asahan.

MAJALAH MAWADDAH PEMUDA MUHAMMADIYAH ASAHAN EDISI I APRIL 2012


P E M I M P I N

Ansyari
Nabi bersabda,”Setiap kamu adalah pemimpin”. Ini adalah penegasan sederhana yang menyentuh setiap kita. Artinya dengan sabda beliau tersebut kita mesti sadar sesungguhnya wajib bagi setiap kita mau memimpin diri dalam kehidupan ini.


M
emimpin diri berarti memelihara harapan-harapan buat kini dan masa depan. Mengupayakan apa yang diimpikan menjadi kenyataan. Untuk itu kita diminta AWARE terhadap tugas dan tanggungjawab diri baik dalam kesendirian, keluarga, masyarakat maupun bernegara. Inilah yang membedakan kita pemimpin dengan mereka yang tidak aware atas kehidupannya. Orang-orang jenis terakhir ini adalah orang-orang yang tidak menetapkan tujuan hidupnya. Andaipun ada, baginya hanya tampak samar-samar di kejauhan. Tidak jelas ke arah mana hendak menuju. Sesungguhnya apa yang hendak dicapai tidaklah menjadi soal baginya sebab masa depan bukanlah hal penting yang harus diberi perhatian serius.
Siapa orang yang punya harapan? Adalah mereka yang memiliki keyakinan. Apakah kita yakin bahwa Tuhan akan memberi balasan sekecil apapun kebaikan yang ikhlas kita berikan pada dunia ini?. Apa kita yakin bahwa bekerja adalah merupakan fasilitas tidak hanya rezeki tetapi juga alasan Tuhan mengampuni sebagian dosa-dosa kita?. Apakah juga kita yakin bahwa dengan memimpin diri sendiri dengan cara yang terbaik dari kemampuan kita adalah kontribusi terindah bagi orang-orang terdekat kita?  Apakah kita yakin bahwa masa depan kita adalah apa yang sedang kita lakukan sekarang?. Dan apakah kita juga yakin dengan Muhammadiyah kita sedang bersama menuju pintu gerbang surga Jannatun Na’im?. Keyakinanlah yang mendorong seseorang menjadi bersungguh-sungguh berupaya menggapai harapan. Keyakinan juga yang menutup celah keraguan dalam merajut upaya. Dan keyakinan pula yang mendekatkan hati dengan kenyataan. Itulah sebabnya orang-orang yang selalu memelihara keyakinannya akan senantiasa diliputi kegembiraan dalam setiap upaya yang mengantarkan pada kenyataan harapan. Bagaimana tidak, sebab hatinya semakin mendekat atau harapan itu sendiri yang mendekati hatinya untuk mewujud menjadi kenyataan.
Bagi orang yang aware terhadap proses kepemimpinan dirinya, keyakinan adalah kekuatan. Dengannya ia akan selalu bisa menyemangati dirinya dan fasih membangun kegembiraan jiwanya dalam menekuni perjalanan menuju harapan-harapannya. Karena itu ia tak pernah kehabisan energi. Inilah yang kita selalu mudah mengatakannya dengan istilah ‘pantang menyerah’ yang sesungguhnya itu merupakan campuran yang seimbang antara SABAR & SYUKUR. Di antara kedua kutub inilah orang yang sedang memimpin dirinya berlabuh menuju pulau harapan. Dengan sabar kita percaya bahwa hidup ini tak mungkin bisa pas seperti yang kita inginkan. Kita sadar bahwa dunia ini bukanlah sebuah tempat untuk memenuhi semua keinginan kita. Dunia adalah tempat dimana bertumbuh kondisi kontradiktif. Dua hal yang bertentangan selalu hidup berdampingan. Siang malam, keras lembut, hitam putih, positif negatif, datang pergi, rajin malas, penuh kosong, depan belakang, dan seterusnya. Dan telah menjadi kenyataan bahwa semua hal kontradiktif adalah merupakan potensi konflik. Si malas tidak mungkin menyukai si rajin. Begitu pula sebaliknya si rajin tidak akan menyukai si malas. Si pemurah membenci si pelit, begitu pula si pelit akan sangat tidak cocok dengan si pemurah. Begitu seterusnya. Di tempat seperti inilah kita memimpin diri mewujudkan harapan-harapan. Dengan syukur kita percaya bahwa Allah Tuhan Yang Maha Penyayang akan menambah kemampuan kita menikmati hidup, kehidupan dan penghidupan dan selalu ingin kenikmatan yang sesungguhnya (surga). Rasa syukur adalah pemudah bagi kita untuk menetapkan bahwa setiap fasilitas yang kita gunakan dalam kehidupan ini merupakan kemurahan Allah SWT.
Dengan senantiasa menjaga posisi proses kehidupan ini tetap berada di antara kutub sabar dan syukur kita akan selalu berhati-hati dengan apa yang kita harapkan sebab apa yang kita harapkan akan menjadi keyakinan. Begitu pula apa yang kita yakini akan menjadi harapan yang pada gilirannya akan mewujud menjadi kenyataan. Inilah hakikatnya misi sang pemimpin yakni membawa masa depan di hari ini. Ketika Nabi Ibrahim mengharapkan keturunan dan bahkan berharap semua keturunannya menjadi orang-orang shalih, ”Robbi habli minashsholihin” dengan sabar dan senantiasa mensyukuri setiap apapun yang Allah berikan maka keyakinan beliau menjadi kenyataan. Beliau diberi Allah keturunan dan mereka menjadi Nabi sehingga beliau digelari sebagai bapak para Nabi. Inilah bukti keyakinan yang terpelihara menjadi kenyataan. Ketika Khalid bin Walid dicopot dari jabatannya sebagai Panglima, sedikitpun tidak menjadi pengurang kegigihannya berjihad karena beliau yakin kegigihannya bukan karena jabatan Panglimanya tetapi karena harapannya. Harapan kejayaan Islam di masa depan segera mendekat ke hari ini. Inilah substansi pemimpin, orang yang dengan sungguh-sungguh mengupayakan masa depan mewujud di hari ini. Karenanya ia tidak menunggu disemangati oleh orang lain atau oleh apa, tetapi justru harapannya itulah yang menjadi penyemangat.
Tak berbeda dengan kita bermuhammadiyah yang bermakna bahwa diri kita adalah bagian dari penggerak dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar. Ketika kita ‘aware’ dengan aktivitas Muhammadiyah sesungguhnya kita sedang memelihara harapan sebagai penyemangat bermuhammadiyah. Insya Allah orang-orang seperti inilah yang kemudian berkenan menaruh rasa hormat dalam berkhidmat di Persyarikatan. Orang-orang seperti ini pula yang selalu memelihara cita-cita Muhammadiyah menjadi cita-cita pribadinya. Sejatinya demikianlah orang Muhammadiyah memimpin dirinya dalam keseharian.

HALAMAN 15-20 MAJALAH MAWADDAH EDISI I APRIL 2012 PEMUDA MUHAMMADIYAH ASAHAN


BERDIRINYA PEMUDA MUHAMMADIYAH DAERAH ASAHAN
Sahmuda Sagala
(Ketua PD.PM Asahan 1970-1980)


A
gama Islam sebagai satu-satunya agama yang diridhoi Allah SWT, disempurnakan sebagai “hudallinnas” dan rahmatan lil ‘alamin, adalah dengan diutusnya Nabi Muhammad SAW. Setelah bertugas  22 tahun sekian bulan, beliau wafat, kembali kehadirat Allah SWT (masa kerasulan beliau 610-632). Disaat beliau wafat, agama islam baru berkembang di ZAZIRAH ARABIA; berarti baru sebagian kecil umat manusia yang mengenal dan memahami agam Islam sebagai “huda” dalam kehidupan.
Untuk mewujudkan agama islam sebagai “hudallinnas” dan rahmatan lil ‘alamin, diperlukan adanya penyambung perjuangan setelah Rasulullah SAW wafat. Penyambung perjuangan itu tidak hanya pada kurun waktu tertentu, tetapi diperlukan sepanjang zaman sampai yaumul qiyamah.
Kesadaran akan perlu adanya kesinambungan perjuangan untuk menegakkan dinulloh-dinul Islam agar menjadi “hudallinnas” dan rahmatan lil ‘alamin sampai hari akhir zaman, itulah yang dihayati benar-benar oleh almarhum KH. Ahmad Dahlan. Beliaupun dengan azzam yang kuat, tekad yang bulat, dan dilandasi keikhlasan yang benar-benar hanya mengharap ridho Allah SWT, mendirikan persyarikatan Muhammadiyah sebagai alat perjuangan yang berkesinambungan untuk memperjuangkan agama Islam terutama di Nusantara tercinta. Karena yang diperjuangkan adalah agama Islam, dan agama Islam itu ditegakkan dan dijunjung tinggi, maka keberadaan persyarikatan Muhammadiyah-pun harus diperjuangkan sepanjang waktu-sampai akhir hayat. 
Berdirinya Organisasi Otonom
Dinul Islam yang diperjuangkan Rasulullah, dan juga yang diperjuangkan oleh KH. Ahmad Dahlan melalui persyarikatan Muhammadiyah ini, adalah untuk semua ummat manusia. Ummat manusia terutama di zaman mutakhir ini terdiri dari berbagai lapisan dan tingkatan. Baik dari segi usia, pekerjaan atau profesi, pendidikan, dan sebagainya.
KH. Ahmad Dahlan menyadari betul hal tersebut. Oleh karena itu, beliau mendirikan beberapa organisasi yang bernaung di bawah persyarikatan Muhammadiyah, dan disebut dengan organisasi Otonom.
-         Untuk  menghadapi kaum ibu, didirikan organisasi ‘Aisyiyah.
-         Untuk menghadapi remaja putri, didirikan organisasi Nasyiyatul ‘Aisyiyah.
-         Untuk menghadapi remaja putra, didirikan organisasi Pemuda Muhammadiyah.
-         Untuk menghadapi remaja pelajar, didirikan Ikatan Pelajar Muhammadiyah.
-         Untuk menghadapi remaja mahasiswa, didirikan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah.
Berdirinya Pemuda Muhammadiyah
Pemuda Muhammadiyah didirikan tanggal 25 Dzulhijjah 1350 H/ 2 Mei 1932. Itu berarti bahwa Pemuda Muhammadiyah merupakan Orto ke tiga didirikan setelah ‘Aisyiyah (1917) dan Nasyiyatul ‘Aisyiyah (1931), atau Orto AMM ke dua setelah NA.
Pemuda Muhammadiyah didirikan selain untuk melakukan dakwah di kalangan remaja putra, sekaligus diharapkan sebagai kader penyambung estafet perjuangan, pepatah orang arab mengatakan Subbanul yaum, rijalul ghad (pemuda hari ini, lelaki (pemimpin) masa depan). Jadi tugas utama pemuda Muhammadiyah adalah: (a) melakukan dakwah islam amar ma’ruf nahi munkar di tangan anak muda-remaja, dan (b) mempersiapkan diri menjadi tokoh penggerak Muhammadiyah masa depan.
Berdirinya Pemuda Muhammadiyah di Daerah Asahan
a.        Bahwa Muhammadiyah di daerah Asahan, pertama kali berdiri adalah di Kisaran, yaitu pada tanggal 23 Desember 1929. Setelah itu menyusul cabang Tanjung Balai (1930), Cabang Indrapura (1931), dan Cabang Aek Loba (1950).
Sesuai struktur pemimpin di Muhammadiyah bahwa setiap pimpinan Cabang harus membentuk dan memiliki Orto, maka Pemuda Muhammadiyah adalah orto yang pertama di Asahan.
Dengan demikian struktur kepemimpinan Muhammadiyah di seluruh Indonesia berubah, disesuaikan dengan keputusan Muktamar Bandung 1965 kala itu.
Untuk provinsi Sumatera Utara, penyesuaian struktur tersebut dilaksanakan melalui Musyawarah Wilayah
-         Pertama diselenggarakan pada bulan Desember 1965 di Sidorame Timur Medan. Keputusannya adalah: melebur Pimpinan Daerah Muhammadiyah Sumatera Timur dan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Tapanuli menjadi Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara.
-         Kedua diselenggarakan awal tahun 1966 di Aek Loba Kabupaten Asahan, keputusannya (a) memilih pimpinan Muhammadiyah wilayah Sumatera Utara; Ketua: Bapak ND. Pane, Sekretaris: Bapak Ishaq Jar, (b) Menetapkan berdirinya daerah Muhammadiyah di beberapa kabupaten dan kotamadya yang telah memiliki sekurang-kurangnya tiga cabang Muhammadiyah, dan (c) Daerah Muhammadiyah Kabupaten Asahan termasuk yang ditetapkan pada waktu itu bergabung dengan kotamadya Tanjungbalai, sehingga bernama “Muhammadiyah Daerah Asahan/Kotamadya Tanjungbalai”.
Pada pertemuan Muhammadiyah di Aek Loba tahun 1966 itu, setelah disahkan berdirinya Muhammadiyah Daerah Asahan/Kotmadya Tanjungbalai, selain menyusun Pimpinan Wilayah Muhammadiyah, ditetapkan pula berdirinya Orto tingkat Daerah, termasuk “Daerah Pemuda Muhammadiyah Asahan/Kotamadya Tanjungbalai”, dengan ketuanya saudara Salman HS.
Pada bulan Oktober 1966 dilaksanakan Musyawarah Daerah Pemuda Muhammadiyah I di Tanjungbalai untuk menyempurnakan kepemimpinan. Hasilnya terbentuk Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Daerah Asahan/Kotamadya Tanjungbalai, dengan susunan sebagai berikut;  Ketua: Salman HS. (Tanjungbalai), Wakil Ketua: Rusli Usman (Tanjungbalai), Wakil Ketua: Sahmuda Sagala (Kisaran), Wakil Ketua: Rusydi Syukur (Tanjungbalai), Sekretaris: M. Ya’kub Taj (Tanjungbalai), Wakil Sekretaris: Amiruddin Hasibuan (Tanjungbalai), dan Bendahara: Ruzaham (Tanjungbalai).
Tak lama kemudian berdirilah Pemuda Muhammadiyah Cabang Kisaran, menyusul Pemuda Muhammadiyah Cabang Tanjungbalai, Cabang Indrapura, dan Cabang Aek Loba. Keadaan seperti ini berlangsung sampai pecahnya tragedi Nasional pemberontakan G.30.S/PKI tahun 1965.
Pasca pecahnya G.30.S/PKI, Muhammadiyah daerah Asahan berkembang pesat. Termasuk pembentukan orto-ortonya. Terutama Orto Pemuda Muhammadiyah. Setiap berdirinya cabang baru Muhammadiyah, dilengkapilah dengan orto pemuda Muhammadiyah. Dapat dijelaskan bahwa cabang Pemuda Muhammadiyah tumbuh setelah tahun 1965 adalah sebagai berikut: (1) Cabang Tanjung Tiram, (2) Cabang Air Joman, (3) Cabang Bandar Pulau, (4) Cabang Meranti, (5) Cabang Kisaran Timur, (6) Cabang Lubuk Palas, dan (7) Cabang Bagan Asahan.     
b.        Berdirinya Daerah Pemuda Muhammadiyah Kabupaten Asahan.
Sampai tahun 1965, struktur organisasi Muhammadiyah termasuk ortonya seperti Pemuda Muhammadiyah, setelah PP. Muhammadiyah adalah sebagai berikut: tingkat konsul yang ada di bawah kresidenan disebut Daerah, selanjutnya tingkat cabang; dan tingkat ranting
Ditingkat Provinsi tidak ada strukur organisasi, keadaan seperti berubah setelah Muktamar Muhammadiyah ke 36 tahun 1965 di Bandung.
Setelah Muktamar ke 36 di Bandung, struktur berubah menjadi: Tingkat provinsi disebut Wilayah, tingkat Kabupaten/Kotamadya disebut Daerah; seterusnya tingkat cabang dan ranting. Struktur di tingkat kresidenan dihapuskan.
Demikian secara secara singkat sejarah berdirinya Daerah Pemuda Muhammadiyah Kabupaten Asahan/Kotamadya Tanjungbalai. Mengakhiri tulisan ini, penulis perlu mengingatkan akan “tri fungsi” Pemuda Muhammadiyah (juga AMM) yaitu sebagai: Pelopor, Pelangsung, dan Peyempurna amal usaha Muhammadiyah, Pemuda Muhammadiyah harus sanggup:
-         Mempelopori amal usaha Muhammadiyah. Sebagai pelopor, harus berdiri dibagian terdepan, harus mampu melakukan terobosan-terobosan dan inovasi. Jangan menjadi penikmat amal usaha Muhammadiyah tanpa berperan sedikitpun dalam mewujudkan amal usaha tersebut.
-         Melangsungkan keberadaan Muhammadiyah dan amal usahanya. Kelestarian dan kesinambungan Muhammadiyah di masa depan menjadi ‘tanggung jawab’ pemuda Muhammadiyah hari ini.
Menyempurnakan gerakan Muhammadiyah. Keberadaan Muhammadiyah hari ini adalah usaha dan kerja keras para pendahulu kita; mereka Assa Biduunal Awwalun dalam Muhammadiyah khusus di Asahan ini. Pemuda Muhammadiyah jangan berbangga hati melihat apa yang ada sekarang. Tetapi harus bekerja keras untuk mewujudkan Muhammadiyah dengan dakwah amar ma’ruf nahi munkarnya menjadi rahmatan lil ‘alamin. Insya Allah. (Kisaran, 21 R. Akhir 1433 H/14 Maret 2012 M).

TULISAN DI MAJALAH MAWADDAH EDISI I APRIL 2012


5 KALI LEBIH BAHAGIA TANPA MEROKOK


Berdasarkan data Direktorat Jenderal Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan, sebelum tahun 1995 prevalensi remaja terhadap rokok hanya tujuh persen. Pada 2010 naik menjadi 19 persen. 54,1 persen orang di atas usia 15 tahun merokok dan 43,3 persen dari jumlah keseluruhan perokok mulai merokok pada rentang usia 14-19 tahun. Di dunia internasional, jumlah perokok di Indonesia menempati peringkat lima di bawah China, AS, Jepang, dan Rusia.



S
alah satu bentuk keseriusan Muhammadiyah dalam mendukung upaya gerakan hidup sehat dan selaras dengan tema hari kesehatan nasional ke-47 yang jatuh pada 12 November 2011 lalu, adalah dengan menegaskan bahwa seluruh lingkungan Muhammadiyah baik kantor, amal usaha, fasilitas, dan forum Muhammadiyah harus terbebas dari asap rokok. Penerapan tersebut diberlakukan sesuai Pasal 115 UU No 35/2009 tentang penerapan Kawasan tanpa Rokok. Pemberlakuan ini bukan berarti melarang kebiasaan merokok atau melarang budi daya tanaman tembakau di masyarakat. Akan tetapi, mengimbau perokok untuk mengikuti aturan dalam undang-undang kesehatan.
Hal positif ini juga didukung dengan sebuah penelitian terbaru yang dilakukan oleh Institute for Social and Economic Research di Essex University, dan dirilis dirilis laman dailymail.co.uk, Sabtu, (05/03/2012) lalu. tentang remaja yang tidak merokok secara signifikan lebih mungkin lima kali lebih bahagia, dibanding para penikmat rokok. Kebiasaan merokok tak hanya mempengaruhi kesehatan secara fisik saja, tetapi juga secara kejiwaan. Selain lebih memungkinkan tidak bahagia, remaja yang hobi merokok  lebih rentan terjerumus dalam tindak kekerasan.
Dalam penelitian tersebut, sedikitnya 5.000 orang responden berusia 10-15 tahun ditanyai berbagai hal terkait gaya hidup sehari-hari. Hasil pengamatan menunjukkan, remaja yang punya gaya hidup tidak sehat termasuk merokok mendapatkan skor kebahagiaan 4-5 kali lebih rendah daripada yang memiliki gaya hidup sehat.
Sementara skor kebahagiaan paling tinggi diperoleh para remaja yang rajin makan sayur dan buah-buahan. Gaya hidup yang juga meningkatkan kebahagiaan menurut penelitian tersebut antara lain rajin olahraga, serta mengurangi konsumsi keripik, soda dan makanan bergula.
Dr Cara Brooker yang memimpin penelitian tersebut mengatakan, kecenderungan ini teramati konsisten bahkan ketika disesuaikan dengan faktor lain seperti status ekonomi sosial dan tingkat pendidikan orangtua. Artinya hasil penelitian ini diyakini dapat mewakili populasi remaja pada umumnya.
Walau yang menjadi subjeknya anak usia 10-15 tahun, tapi tak menutup kemungkinan bahwa kebahagian itu akan mejangkit kepada kita yang sudah uzur ini. Lihat saja buktinya, hasil survei sosial-ekonomi Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, biaya konsumsi rokok rumah tangga menempati urutan kedua setelah beras. Ini memprihatinkan mengingat masih banyak keperluan lain dalam hidup yang lebih penting. Jadi, seandainya kita bebas dari rokok, sudah barang tentu akan lebih bahagiakan? >>>Saufi Ginting.