Monday, April 21, 2014

‘MEMASAK’ INTERNET

‘MEMASAK’ INTERNET

            Enam tahun sudah pernikahan kami lewati dengan penuh rasa asin, manis, pahit, pokoknya nano-nano. Yang penting dirasain apapun itu. Apalagi setelah menikah meski ngontrak rumah, tinggal berdua, wah…pokoke jadi taulah seberapa besar dunia ini. Gitulah kira-kira.
Jadi tau berapa harga tomat, bawang, cabai, beras, gula, dan berapa pula harga kerupuk yang dapat dijadikan lauk untuk makan bersebab dana hidup hanya cukup untuk beli beras. Cihuiii…enjoy aja, hidup mesti berjalan, apalagi bersama pasangan sejati. Yang penting cinta. Cailee…emang bisa makan cinta doank? Ya ga lah. Kalau makan nasi sepiring berdua + kerupuk + bumbu cinta,  itu baru pasangan yang klop banget. Apalagi memakai aji mumpung. Mumpung gaji setelah menikah masih didanai si bos, eh maksudnya BOS, yang cairnya 3 bulan sekali, jadi deh demi mengirit pengeluaran minum teh manisnya mesti numpang di sekolah, alias hari Ahad ga ada jadwal minum teh manis di rumah. Kebayangkan!!!!galauuuu..
            Itu dulu. Hehe…Alhamdulillah, Allah rupanya ga mau kalau yang dititip sama kami itu kumal, dekil, kurus, penyakitan, dan lain sebagainya. Makanya begitu si abah Alul, anak nomor 1 kami mulai tampak tanda-tanda menginap di perut istri setelah hampir satu tahun kosong, Allah terus kasih rezeki yang tak henti-hentinya hingga saat ini. Rezeki lebih buat berdua, sebab udah bertiga, berempat, dan sekarang berlima.
            Cerita rezeki, 3 tahun belakangan masakan yang dihidangkan istri kok ‘semakin nikmat dan lezat’ ya? Padahal sewaktu ‘lezat biasa’ saja aku terus membuncit dengan masakan-masakan istriku, apalagi semakin nikmat dan lezat. Alamaaaak….istriku rajiiiiiiiiiiiiiiin kali mencoba resep-resep baru rupanya. Ada aza yang dimasaknya saban hari. Mulai dari sate lembu kuah kacang, ayam pedas manis, cah kangkung spesial, bahkan mi instant saja bisa disulap menjadi masakan bergizi dan melezatkan.
Hmmmm. Ngomongin mi instan nih, padahal diriku yang mengajari cara memasak mi instan yang nikmat padanya, sstttsssttt sebelum menikah tak pernah rupanya dia masak mi instan. Dan aku, jagonya masak mi instan haha…itupun karena terpaksa. Bersebab kalau sudah pulang malam waktu lajang dulu (prilaku anak muda lah..eits maksudnya pulang dari pengajian atau dari mesjid loh, bukan keluyuran sembarangan), perut lapar, terpaksa dah harus bontot mi instant sebungkus + telur ayam sebiji dari warung dekat rumah ortu. Daripada lapar beli rokok, mendingan beli mi instant. Haha…
Kembali ke 3 tahun tadi termasuk hari ini, istriku baru saja bereksperimen dengan donat kentangnya. Dan hasilnya, waw…buat ga nahan, Alul dan Kahfi aza, sampai 6-7 buah donat bisa dimakan mereka. Apalagi aku ya…haha…  
Nah loh, kalau donatnya beli di gerai donat, udah berapa ya biaya yang mesti dikeluarkan. Apalagi jika makan sebanyak itu dalam sehari, ga tau juga ya udah berapa kalori bahan pengawet dan kawan-kawannya yang masuk ke dalam perut aku dan anak-anak.
Awalnya sih aku suka aneh melihat istriku kalau masak, selalu saja netbuknya hidup, dan diletakkan tak jauh dari lokasi tempat memasak di dapurnya tercinta. Lama-kelamaan kok terus-terusan berada di sana setiap ingin bereksperimen memasak. Selidik punya selidik, intip punya intip, rupanya istriku punya ‘simpanan’. Ihhhh…galau deh gue. Namanya… si gooooooooooogle…..
Bayangin aza, istriku sedang ‘memasak’ internet ditemanani si google itu. Haha…..bantelah. yang penting masakannya wuenakkkeee puooll…
***
Tiga tahun belakangan ini kami berlangganan jaringan internet yang bisa wifi. Jadi istriku juga bisa menikmati jaringan internetnya. Ia pun memanfaatkannya dengan sangat baik. Salah satu diantaranya ya resep-resep masak online bro. Ga repot, ga ribet, tinggal klik, langsung bisa dapat hasil deh.
Nah, bayangin aza, ngetik nih tulisan, diriku sambil makan donat kentang hasil karya istriku loh. Mau? Nih fotonya..haha….ups!!!
Donat kentang tanpa bahan pengawet buatan istriku.


#edisipositifnya-1mbps-wifidirumah.




           


Sunday, April 13, 2014

TAK APA-APA BER-UBAN



Hadits dari ‘Abdullah bin ‘Umar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Uban adalah cahaya bagi seorang mukmin. Tidaklah seseorang beruban—walaupun sehelai—dalam Islam melainkan setiap ubannya akan dihitung sebagai suatu kebaikan dan akan meninggikan derajatnya,” (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman. Syaikh Al Albani dalam Al Jami’ Ash Shogir mengatakan bahwa hadits ini hasan).


Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 

“Janganlah mencabut uban karena uban adalah cahaya pada hari kiamat nanti. Siapa saja yang beruban dalam Islam walaupun sehelai, maka dengan uban itu akan dicatat baginya satu kebaikan, dengan uban itu akan dihapuskan satu kesalahan, juga dengannya akan ditinggikan satu derajat,” (HR. Ibnu Hibban dalam Shahihnya. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).

Monday, April 7, 2014

BILA BLOG TAK BISA DIEDIT

Catatan oleh: M. Saufi Ginting

Alhamdulillah. Lega rasanya. setelah berkali-kali coba loading masuk ke blog tapi tak dapat membuat entri baru ataupun melihat dan menghapus komentar, sekarang sudah plong. Plong sehabis-habisnya. 

Apa sebab, entahlah. kejadian ini sudah berlangsung hampir setengah tahun, bayangkan saja, setengah tahun men. Alamaaak... tenasib kali lah yang tak pande nge-blog ni jang. Pernah memang begitu buka blog, masuk kata sandi, bisa buka laman edit blog, dan memasukkan tulisan tepatnya bulan Januari 2014. Selesai. hanya sekali itu saja. Selebihnya tak bisa apa-apa. 

Dibante lagi dengan jaringan spee*y yang matek, katanya mereka kehilangan kabel sepanjang 200 m di Jl. Willem Iskandar Kisaran yang dekat rumah. Jadi dah, 4 bulanan juga tak tersentuh tuh blog. Bayangin 4 bulan ga ada internet di era globalisasi ini, aiii....ga kuat, kaya hidup di jaman batu bray. Akhirnya baru aja bulan April 2014 ini jaringan spe**y dapat diperbaiki, setelah ratusan kali mondar-mandir ke kantor mereka yang di Jl. Cokro Kisaran. Wuiihhh... rasanya, sesuatu banget, dioper sana-oper sini, kayak ngurus surat-surat penting untuk naik jabatan #curhat bro. Pernah juga sih  pake modem merek Pinter sewaktu 2 bulan tak ada jaringan spe**y, tapi jalannya ga cerdas, kayak keong lagi ikut lomba padahal pake yang one hundred thousand loh beli kuotanya. Hhhh... lagi ngayalkan gimana seandainya ane yang buat jaringan sendiri yak?#!>#$?@?@>#?$

Eh, kembali ke blog tadi, sebab udah bagus tu jaringan internetnya. Biasalah yang pertama mesti dilakukan adalah kembali ke...mbah google. Klik sana, klik sini. ikuti instruksi yang dijelaskan, dari mulai tukar browsernya yang biasa pakai ke internet explorer, mozila, dan kembali lagi ke google chrome, tetep aza blognyaalul.blogspot tak bisa di apdet nih statusnya. Sampe-sampe ada yang bilang, kalau tak bisa di edit itu artinya blog udah suspended alias matek, karena kesalahan pengguna. Alabayadah...

Akhirnya punya ide untuk meng-uninstal tuh semua browser, setelah sebelumnya download browser google chrome yang baru.  Kemudian instal browser google chrome yang tadi udah di donlot. Butuh waktu 5 menit untuk instalnya, padahal ane dah pake jaringan speeddaa yang 1MB loh #ehkok. 

JReennggg, setelah instal google chrome, buka blognyaalul.blogspot.com, kemudian masuk password. eh...langsung muncul tuh kolom untuk ngedit-edit blognya. Artinya udah bisa digunakan lagi ni blog. hehe...

Ingat punya ingat, rupanya setelah 4 bulanan jaringan indehoy alias sekarat bahkan matek, antivirus laptop udah pada padam, ga ada yang apdet. Sementara mas plesdik masuk keluar, masuk keluar, dan masuk kemudian keluar lagi ni di laptop. Bayangin aza, setelah di install antivitus edisi baru, scan folder C dan D di explorer laptop, wuiiih... ada puluhan ribu virus jang yang sudah berkembang bijak, eh biak. Pantesan aza laptopnya lambat juga kayak modem pinter tadi. hehe.... 


MEMILIH SISI


Puisi Oleh: Saufi Ginting

Melihat sisi-sisimu yang bersebrangan
Seperti segerombolan buah yang hampir sama tapi tak serupa
Menuliskan kisah yang tak pernah menjadi pedoman
Pun meski pernah dipanutkan
Di antara rerumputan
Mengeja pagi menjadi siang
Membawa petang memeluk malam

Melihat rindumu berkembang di bunga taman
Memeluk-meluk asa yang seakan padam
Seperti membangun jembatan dari ribuan kenangan
Menyelesaikannya dan tinggal di ujung kanan
; menciptakan peradaban
Atau di kiri
; terus mencatat dan mengulang geram

Pilihlah rindu pada Tuhan
Pintamu perlahan.


Rumah Azka-Kisaran, 4 Juni 2013