‘MEMASAK’ INTERNET
Enam
tahun sudah pernikahan kami lewati dengan penuh rasa asin, manis, pahit,
pokoknya nano-nano. Yang penting dirasain apapun itu. Apalagi setelah menikah
meski ngontrak rumah, tinggal berdua, wah…pokoke
jadi taulah seberapa besar dunia ini. Gitulah kira-kira.
Jadi
tau berapa harga tomat, bawang, cabai, beras, gula, dan berapa pula harga
kerupuk yang dapat dijadikan lauk untuk makan bersebab dana hidup hanya cukup
untuk beli beras. Cihuiii…enjoy aja, hidup mesti berjalan, apalagi bersama
pasangan sejati. Yang penting cinta. Cailee…emang bisa makan cinta doank? Ya ga
lah. Kalau makan nasi sepiring berdua + kerupuk + bumbu cinta, itu baru pasangan yang klop banget. Apalagi
memakai aji mumpung. Mumpung gaji setelah menikah masih didanai si bos, eh
maksudnya BOS, yang cairnya 3 bulan sekali, jadi deh demi mengirit pengeluaran
minum teh manisnya mesti numpang di sekolah, alias hari Ahad ga ada jadwal
minum teh manis di rumah. Kebayangkan!!!!galauuuu..
Itu
dulu. Hehe…Alhamdulillah, Allah rupanya ga mau kalau yang dititip sama kami itu
kumal, dekil, kurus, penyakitan, dan lain sebagainya. Makanya begitu si abah
Alul, anak nomor 1 kami mulai tampak tanda-tanda menginap di perut istri
setelah hampir satu tahun kosong, Allah terus kasih rezeki yang tak
henti-hentinya hingga saat ini. Rezeki lebih buat berdua, sebab udah bertiga,
berempat, dan sekarang berlima.
Cerita
rezeki, 3 tahun belakangan masakan yang dihidangkan istri kok ‘semakin nikmat
dan lezat’ ya? Padahal sewaktu ‘lezat biasa’ saja aku terus membuncit dengan
masakan-masakan istriku, apalagi semakin nikmat dan lezat. Alamaaaak….istriku
rajiiiiiiiiiiiiiiin kali mencoba resep-resep baru rupanya. Ada aza yang dimasaknya
saban hari. Mulai dari sate lembu kuah kacang, ayam pedas manis, cah kangkung
spesial, bahkan mi instant saja bisa disulap menjadi masakan bergizi dan
melezatkan.
Hmmmm.
Ngomongin mi instan nih, padahal diriku yang mengajari cara memasak mi instan
yang nikmat padanya, sstttsssttt sebelum menikah tak pernah rupanya dia masak
mi instan. Dan aku, jagonya masak mi instan haha…itupun karena terpaksa. Bersebab
kalau sudah pulang malam waktu lajang dulu (prilaku anak muda lah..eits
maksudnya pulang dari pengajian atau dari mesjid loh, bukan keluyuran
sembarangan), perut lapar, terpaksa dah harus bontot mi instant sebungkus +
telur ayam sebiji dari warung dekat rumah ortu. Daripada lapar beli rokok,
mendingan beli mi instant. Haha…
Kembali
ke 3 tahun tadi termasuk hari ini, istriku baru saja bereksperimen dengan donat
kentangnya. Dan hasilnya, waw…buat ga nahan, Alul dan Kahfi aza, sampai 6-7
buah donat bisa dimakan mereka. Apalagi aku ya…haha…
Nah
loh, kalau donatnya beli di gerai donat, udah berapa ya biaya yang mesti
dikeluarkan. Apalagi jika makan sebanyak itu dalam sehari, ga tau juga ya udah
berapa kalori bahan pengawet dan kawan-kawannya yang masuk ke dalam perut aku
dan anak-anak.
Awalnya
sih aku suka aneh melihat istriku kalau masak, selalu saja netbuknya hidup, dan
diletakkan tak jauh dari lokasi tempat memasak di dapurnya tercinta.
Lama-kelamaan kok terus-terusan berada di sana setiap ingin bereksperimen
memasak. Selidik punya selidik, intip punya intip, rupanya istriku punya ‘simpanan’.
Ihhhh…galau deh gue. Namanya… si gooooooooooogle…..
Bayangin
aza, istriku sedang ‘memasak’ internet ditemanani si google itu. Haha…..bantelah.
yang penting masakannya wuenakkkeee puooll…
***
Tiga
tahun belakangan ini kami berlangganan jaringan internet yang bisa wifi. Jadi
istriku juga bisa menikmati jaringan internetnya. Ia pun memanfaatkannya dengan
sangat baik. Salah satu diantaranya ya resep-resep masak online bro. Ga repot,
ga ribet, tinggal klik, langsung bisa dapat hasil deh.
Nah,
bayangin aza, ngetik nih tulisan, diriku sambil makan donat kentang hasil karya
istriku loh. Mau? Nih fotonya..haha….ups!!!
Donat kentang tanpa bahan pengawet buatan istriku. |
#edisipositifnya-1mbps-wifidirumah.
No comments:
Post a Comment