Rekans, teringat cerita waktu masih kecil tentang kuburan Belanda yang tak jauh dari kampungku di Kisaran-Kabupaten Asahan Sumatera Utara, dan selalu kami lewati setiap pergi sekolah waktu masih di sekolah dasar. Entah siapa yang memulai cerita itu, yang pastinya sudah turun temurun. Kali ini, Aku sekedar menceritakan kembali, tentunya dalam versi “kisah fantasi”, sekedar melatih kemampuan untuk menulis cerita fantasi dan cerita pendek. Kira-kira apa hikmah ceritanya ya?
Oleh: Saufi Ginting
Terkisahlah satu tragedi terhadap dua orang sejoli yang lagi dimabuk asmara. Si jejaka bernama Bambang, si gadis bernama Anis. Bambang mengajak Anis untuk berjalan-jalan sekedar cari angin segar katanya. Rasanya tak nyaman jika berada di rumah saja, namun tak pula Bambang membawa Anis untuk nonton layar tancap yang ada di kelurahan setiap malamnya, dengan alasan tak punya uang, karena disimpan untuk modal kawin mereka.
Ternyata Bambang memilih tempat yang memang jauh dari penduduk, dengan segala pikiran joroknya, ia ingin memadu kasih dengan Anis agar tak diganggu oleh siapapun. Maka tempat yang dipilihnya adalah lokasi kuburan. Tak tanggung-tanggung pemukiman kuburan yang dipilih pun adalah kuburan belanda yang konon katanya kalau berpacaran di atas salah satu kuburan tersebut akan menjadikan mereka jodoh seumur hidup dan dapat menjadikan kisah yang tak akan terlupakan selamanya.
Mereka pun duduk di atas kuburan, pun meski Anis sudah protes karena Bambang memilih tempat yang tak berkelas, ia tak peduli. Mereka pun memadu kasih. Tiba-tiba saja, kuburan yang mereka duduki pun bergetar hebat dan kemudian terbelah dua. Untung saja Bambang dengan sigap menyelematkan Anis dengan mendorongnya ke bawah, tapi malang bagi Bambang kedua kakinya terprosok ke dalam kuburan. Dengan sekuat tenaga ia menarik kakinya, sementara Anis menjerit-jerit ketakutan dan minta tolong. Tak siapapun yang bisa menolong.
Akhirnya Bambang pun bisa melepaskan kakinya dari dalam kuburan, walau ia harus merelakan sandalnya tertinggal dalam kuburan. Kemudian mereka berlari sekencang-kencangnya dari tempat itu.
Rupanya Bambang tak kapok juga dengan kejadian malam itu. Rasa penasaran telah mengalahkan ketakutannya. Apakah gerangan yang terjadi tadi malam? Batinnya. Ia kembali ke kuburan pagi hari pukul delapan. Sesampai di kuburan, ternyata dia menemukan sandalnya berada di atas kuburan dengan keadaan utuh. Tak jauh dari sandalnya dia melihat sebuah papan pengumuman yang tertempel bersama batu nisan: “MAAF KAMI ORANG BELANDA, TIDAK TERIMA SANDAL JEPANG!!!” Ada-ada saja ni mayat londo, umpat Bambang.
No comments:
Post a Comment