T
|
epat pada tanggal 30 Nopember 2011, saya
mengirim beberapa puisi saya ke Majalah Story (majalah khusus cerpen).
Alhamdulillah, pada tanggal 26 April 2012, staf redaksi majalah menghubungi
saya, bertanya apakah puisi yang saya kirim ke majalah story pernah dipublikasikan,
baik FB, Twitter, blog, majalah lain, dan sebagainya. Tebak, apa jawaban saya;
saya lupa puisi mana yang pernah saya kirim...weks..begitu diingatkan mereka,
dan saya mulai lihat lagi di email, ternyata ada beberapa puisi yang
pernah saya masukkan di FB. Sebagai orang yang takut bohong, saya jujuri bahwa
ada yang pernah dipublish di FB.
"Wah tidak boleh pak, kita
mau yang masih original"
"Kalu gitu saya kirim lagi
yang lain, bisa" minta saya harap-harap cemas
"Okelah, kami tunggu
sekarang ya, nanti di subjek email bapak buat *** ya."
Tanpa pikir panjang langsung
saya pindah 11 puisi-puisi yang pernah saya buat dan belum pernah dipublish dimanapun.
Trus saya kirim dan kasih kode pada subjek email yang mereka maksud. Walhasil,
5 dari 11 puisi tersebut diterima di bulan berikutnya. tepatnya edisi
34/thn. III/25 Mei - 24 Juni 2012..Alhamdulillah, ini dia hasilnya.
REFLEKSI I
Duhai akhlak
Mengapa tak pernah menjadi uswah
Duhai iman
Mengapa tak pernah menjadi fitrah
Duhai badan
Mengapa masih kemunafikan
Duhai segala janji
Mengapa tak pernah ditepati
Duhai tangis
Mengapa masih beringas
Duhai nama mengapa masih tak berarti
Lewat tengah malam, di Kisaran
REFLEKSI II
Tak akan kuwariskan kepada Anak dan
cucuku
Ketika waktu itu tiba, tak akan
tercermin aku
Dan tak akan kuwariskan kepada anak
dan cucuku
Tingkah lakuku yang tak Kau setuju
Izinkan aku, merefleksi,
bermuhasabah
Sekedar mencoba sholeh individu
dahulu
Meretas hipokrit diri
Memecah sombong hati
Mencari fitrah diri
Lewat tengah malam, di Kisaran
WAJIB
Rumah
yang kudamba
Adalah
rumah taqwa
Merangkai
masa bersama
Membawa
kami menuju syurga
Sekeluarga,
setidaknya
Ku anfusakum wa ahlikum
nara…
Medan-Haji
Amir, 19 Nopember 2011
CATATAN DI MEDAN
Rupanya
waktu begitu cepat berlalu
Hingga
tak lagi meretas sendiri
Menuju
bahagia dunia
Menuju
syurga abadi
Rupanya
aku sudah tua adanya
Medan, penuh rindu 19
Nopember 2011
SEMOGA PADA SYURGA
Kita
melukis asa pada lembayung senja
Tatkala
kau tuang cinta dalam cawan gelisah
Di
atas rapuh
Kaupun
Pasrah
Semoga
pada Syurga, do’a mu.
Kisaran, 26 April 2012
5 comments:
":: Arus kata-katanya Ok bngtz teruz dari awal puisi sampe sajak terakhir isinya mengena, puitis islami, ::"
I Like It's... ^_^
Salam dari yang mengagumi karya-karya mas saufi ginting...
Muhrodin "AM"
"PPAI Kesugihan 1 Cilacap Ja-teng"
Terimakasih mas Muhroddin "AM", semoga bisa bermanfaat tulisan2 kecil saya ya mas.
Mas, apa di majalah itu ada puisi karya sigit rais?
Aduh mas, saya lupa...majalahnya masih di rumah. Mas Sigit di kontak redaksi majalah juga kan? jika ia, maka sejak tanggal kontak, tulisan akan terbit di edisi berikutnya Mas..
mas sigit, ternyata ada puisinya mas
Post a Comment