LAMPU
SENTIR DAN LAMPU PATROMAK
Saya
terlahir dari keluarga sederhana, tak pernah menikmati lampu dari Perusahaan
Listrik Negara (PLN) sejak lahir hingga kelas satu SMP. Jika menjelang malam,
maka kami –saya, abang, dan kakak- ditugaskan oleh mamak untuk bergantian
setiap sorenya memasang lampu sentir yang dibuat oleh Ayah dari limbah kaleng
cat minyak kecil, dan diberi muncung di atas tutupnya dengan gulungan seng tau
kaleng, kemudian dicucukkan sumbu kompor antara muncung tadi sampai ke dalam
kaleng sehingga bisa menghisap minyak tanah tanah sebagai tenaganya. Jika sudah
pagi menjelang, maka kewajiban utama sebelum berangkat sekolah adalah terlebih
dahulu membersihkan lobang hidung kami dengan handuk agar terbebas dari warna hitam
bekas asap lampu. Untuk di ruang tengah, maka sudah menjadi tugas ayah yang
memasang lampu patromak.
Jika
ayah akan memasang lampu patromak, maka saya, dua abang dan kakak saya akan
berkumpul untuk melihat cara memasangya. Pertama ayah meletakkan petromax di
lantai. Mengangkat kacanya, menuangkan spiritus pada mangkuk logam di dalamnya,
dan menyalakannya dengan korek api, kemudian biarkan sebentar. Spiritus akan
membakar kaos lampu sebelum lenyap menjadi gas, menghasilkan pijar di
kaos lampu seperti bohlam. Kemudian, petromax akan menyala terang dan berbunyi zheeeeeeng… lembut. Itulah tanda petromax
telah menyala sempurna. Untuk mempertahankan agar pijar petromax itu terus
menyala terang, petromax harus dipompa. Tekanan udara hasil pemompaan inilah yang
digunakan meniupkan uap minyak tanah ke arah kaos lampu agar terus berpijar.
Setiap
kali cahayanya meredup dan bunyi zheeeng melemah,
abang atau ayah saya akan memompa kembali. Kadang-kadang mamak juga melakukan
tugas itu.
Berbicara
sejarah lampu patromak, sesungguhnya lampu ini disebut juga lampu tekan atau
pompa yang ditemukan oleh Max Graetz pada tahun 1900, dan tahun 1916 dipatenkan
menjadi merek dagang resmi kemudian beredar ke seluruh dunia. Petromax berasal
dari gabungan kata Petroleum (minyak) dan Max sang penemu.
Hmmm…sekarang
kita sudah di era kemajuan. Bahkan hari ini, saya sudah mengetikkan kisah ini
melalui laptop saya. Semoga tidak hanya sekedar kenangan…
Kisaran, 31 Desember
2012
2 comments:
jadilah,yang penting bisa dicucukkan bang..
hehehe...apanya lagi yang mau dicucukkan?
Post a Comment