Berikut penulis kutipkan sejarah Muhammadiyah Kabupaten Asahan yang diambil
dari buku Profil Muhammadiyah Daerah Asahan. Kisaran, tahun 2009 diterbitkan
oleh PDM. Asahan dan penyusunan bukunya diketuai oleh sesepuh Muhammadiyah
Asahan H. Sahmuda Sagala. Penulis
Muhammad Saufi Ginting, juga merupakan salah satu tim penyusunnya.
1. Muhammadiyah Masuk ke Bumi
Asahan
a. Sekilas tentang Daerah Asahan
Daerah Asahan
yang dibicarakan disini adalah daerah Asahan sebelum kemerdekaan Negara
Republik Indonesia, Asahan tempo doeloe. Sebelum kolonial Belanda masuk ke Sumatera Timur, di Asahan telah ada
pemerintahan yaitu Kesultanan Asahan yang beragama Islam. Sultan Asahan pada
awalnya berkedudukan di Bandar Pulau, di hulu Sei Asahan. Sultannya yang
pertama adalah Raja Simargolang (1607-1636). Selain kesultanan Asahan, terdapat
kerajaan kecil yaitu kerajaan Batubara berkedudukan di Limalaras yang
diperintah seorang Datuk.
Kesultanan Asahan akhirnya pindah ke Tanjungbalai,
muara Sei Asahan, dan sultan pertama di Tanjungbalai bernama Abdul Jalil.
Sultan Abdul Jalil ini berdarah Aceh, keturunan Sultan Iskandar Muda dari Aceh.
Mereka memerintah turun temurun sampai pada penjajahan Belanda masuk ke Asahan
dan Tanjungbalai.
Kota Tanjungbalai berkembang pesat, setelah
pelabuhan Teluk Nibung dibuka. Akhirnya kota Tanjungbalai di tetapkan menjadi Gemente
Tanjung Balai (Kota Tanjungbalai) dengan Besluit Gubernur General
tanggal 27 Juni 1917 No. 13 (StbL 1917 No. 224). Dengan demikian, sebelum
proklamasi kemerdekaan Indonesia, terdapat dua penguasa terhadap masyarakat
Asahan, yaitu:
a.
Kesultanan
Asahan, beragama Islam yang disebut Belanda Self Bestuer (Semacam
penguasa otonom); dan,
b.
Pemerintahan penjajahan Belanda.
Di tengah
suasana seperti itulah persyarikatan Muhammadiyah masuk ke Bumi Asahan.
b. Kisaran,
Persemaian Pertama
Setelah Belanda masuk ke Asahan, mereka membangun
perkebunan besar di daerah ini. Selain Belanda, bangsa Eropa lainnya juga
diizinkan turut membangun perkebunan, pusat-pusat perkebunan itu dibangun di
sebelah barat Tanjungbalai yang memang subur dan luas. Hak Guna Usaha (HGU)
atas tanah perkebunan itu mereka peroleh dari Sultan Asahan.
Kota Kisaran yang terletak di pinggir Sei Silau di
barat kota Tanjungbalai tumbuh menjadi pemukiman dan perdagangan. Sebagai kota
dagang, Kisaran banyak didatangi dan didiami para perantau, seperti dari
Sumatera Barat dan Tapanuli Selatan.
1. Jam’iyatur Rahmah,
Benih Pertama Muhammadiyah
Para perantau Minang dari Sumatera Barat yang
tinggal menetap dan berusaha di Kisaran, sebelumnya telah menerima paham
pembaharuan Islam yang sudah lama tumbuh di Sumatera Barat, keluarga merekapun
sudah memasuki persyarikatan Muhammadiyah di Sumatera Barat, yang sudah berdiri
lebih dahulu yakni sejak tahun 1925. Oleh karena itu, sewaktu mereka menetap di
Kisaran, mereka mendirikan perkumpulan tempat mereka mengaji, mempelajari agama
Islam dengan prinsip pembaharuan itu. Nama wadah perkumpulan itu ialah
“Jam’iyatur Rahmah,” sesuai petunjuk KH. Ahmad Dahlan, agar di daerah yang
sulit mendirikan Muhammadiyah supaya di pakai nama lain. Perkumpulan ini
didirikan tahun 1925 yang disponsori Bapak Lurah Marah Sulaiman dan Bapak Rajo
Ambun, berasal dari Maninjau-Sumatera Barat (Tahun 1925 itu pula Muhammadiyah
berdiri di Maninjau- Sumatera Barat). Tahun 1926 Jam’iyatur Rahmah memperoleh
sebidang tanah di Krapatan Straat No. 63 (Jl. KH. Ahmad Dahlan sekarang ini).
Di atas tanah tersebut didirikan Madrasah. Disinialah mereka mengaji pada
hari-hari senggang merekadari kesibukan berusaha-berdagang.
2. Jam’iyatur Rahmah
Menjadi Persyarikatan Muhammadiyah
Seperti disebut di atas para perantau minang dari
Sumatera Barat itu telah mengenal bahkan menganut paham pembaharuan Islam
bahkan keluarga mereka sudah menjadi pendukung Muhammadiyah. Mudah dipahami
kalau pengurus dan anggota Jam’iyatur Rahmah di Kisaran itu sudah menganut
paham pembaharuan Islam. Tentang mendirikan persyarikatan Muhammadiyah, tinggal
menunggu saat yang tepat.
Saat yang dinantikan tiba. Di Medan, tepatnya Jl.
Nagapatam No. 44 yang dikenal dengan Kampung Keling telah berdiri Muhammadiyah
yang selanjutnya pada tangga 25 Nopember 1927 resmi berdiri menjadi Cabang
Muhammadiyah Medan. Sponsor mendirikan Muhammadiyah di Kampung Keling itu ialah
Bapak Udin ST. Baheramsyah. Pengurus terasnya antara lain: HR. Muhammad Said
(Ketua), Maspono Sastro (Sekretaris). Pengurus dan muballigh Muhammadiyah Medan
bekerja keras menyiarkan dan meluaskan dakwah Muhammadiyah. Ternyata gaungnya
sampai pula ke Kisaran-Bumi Asahan, 160 KM di Selatan kota Medan, disambut oleh
pengurus dan Jamaah Jam’iyatur Rahmah.
Setelah ada komunikasi dengan Muhammadiyah Medan,
pengurus dan jama’ah Jam’iyatur Rahmah akhirnya sepakat dan menerima: “Melebur
Jam’iyatur Rahmah dan seluruh asetnya ke dalam persyarikatan Muhammadiyah” pada
hari senin tanggal 21 Jumadil Awal 1347 H bertepatan dengan tanggal 23 Desember
1929. Secara resmi berdirilah persyarikatan Muhammadiyah di Kisaran-Bumi
Asahan, yang pertama di Kesultanan Asahan. Muhammadiyah Kisaran pada mulanya
bestatus group (ranting) bercabang ke Muhammadiyah Medan. Karena Muhammadiyah
Kisaran berkembang pesat, tanggal 27 Maret 1930 Hoof Bestur (PB)
Muhammadiyah Yogyakarta merubah statusnya menjadi Cabang Muhammadiyah Kisaran
dengan SK No. 390/1930.
3. Dari Kisaran,
Muhammadiyah Disebarkan Keberbagai Daerah
Muhammadiyah Kisaran pada
awal berdirinya dipimpin Bapak Sutan Ibrahim sebagai ketua. Beliau dengan
anggota pimpinan lainnya bekerja keras meluaskan sayap da’wah Islam
Persyarikatan Muhammadiyah. Sampai tahun lima puluhan, dari Kisaran telah dapat
didirikan organisasi Muhammadiyah seperti:
1.
Muhammadiyah
Tanjung Balai didirikan tanggal 12 Oktober 1930. Tokoh sponsornya antara lain:
Bapak Abdullah Umar, TM. Jafar, A. Azhari, R. Busu Alam, A. Rahman Pawiro, M.
Nawi Sahlan, H. Husin Mahmud, SD. Nasir. Pengurusnya antara lain: Abdullah Umar
(Ketua), M. Nawi Sahlan (Sekretaris),
dan dibantu oleh A. Azhari, R. Busu Alam, A. Rahman Pawiro, H. Husin Mahmud,
SD. Nasir.
2.
Dari Tanjung Balai
atas bantuan Muhammadiyah Cabang Kisaran berdirilah: (1) Ranting
Muhammadiyah Air Joman, (2) Ranting Muhammadiyah Pematang Tengah, (3) Ranting Muhammadiyah Bagan Asahan.
3.
Muhammadiyah
Indrapura (Batubara) berdiri tanggal 16 Juni 1931. Pelopornya antara lain:
Bapak OK. M. Idris, Rahmat, dan Marah Sainun. Muhammadiyah Indrapura disahkan
oleh HB. Muhammadiyah dengan Beskut No. 896/CB tanggal 2 Juli 1941.
4.
Muhammadiyah Tg.
Tiram (Batubara) resmi berdiri tanggal 27 Nopember 1932 yang diprakarsai
Muhammadiyah Kisaran.
5.
Ranting
Muhammadiyah Lubuk Gajah di Air Joman berdiri tahun 1946 yang didirakan bekerja
sama antara Muhammadiyah Kisaran dan Tanjung Balai.
6.
Ranting
Muhammadiyah Aek Loba. Sponsornya Bapak Zakaria, Abdul Manaf, Tapanuli Siregar
(Tafsir), Lobe Amat, Amat Kusen, Selamat Wiharyo, H.M. Yusuf, Surif dan M.
Salim. Besluit Pendiriannya diterbitkan PP Muhammadiyah tanggal 20 Juni 1950
No. 31 (Statbbat No. 25).
7.
Ranting
Muhammadiyah Bandar Jawa. Diresmikan tanggal 8 Nopember 1950. Pengurusnya yang
pertama Bapak Abu Bakar, H.M. Noor, H. Abdul Rahman. Besluit penetapannya dari
PP Muhammadiyah diterbitkan tanggal 10 Juni 1953 No. 1182B.
8.
Pengembangan Ke
Luar Asahan.
a. Muhammadiyah Aek Kanopan
Kabupaten Labuhan Batu
Muhammadiyah Aek Kanopan berdiri tanggal 20 Maret
1933. Pelopornya Bapak SD. M. lyas, Marah Zainun, SD. Pamuncak, HA. Karim
Thaib. Muhammadiyah Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu. Didirikan tanggal 21
Agustus 1932. Pelopornya Bapak A. Manan Malik, AH. Zein Butar-Butar, SD. M.
Ilyas, SD. Bab yatim. Pada Agresi Belanda II tahun 1948 di Rantau Perapat di
bentuk Pimpinan Daerah Muhammadiyah Sumatera Timur Selatan, yang dipimpin Bapak
M. Yunan Nasution, A. Manan Malik, L. ST. Sati, AH. Zein Butar-Butar, Yahya
Pintor, dan lain-lain.
b. Muhammadiyah Marbau
Kabupaten Labuhan Batu
didirikan tanggal 27 Agustus 1933. Sponsornya Bapak D. Pawiro yang wafat tahun
1952 setelah ditangkap dan dipenjarakan Belanda tahun 1948.
c. Muhammadiyah Kerasaan
Simalungun berdiri tanggal 5
Maret 1930 tokohnya Bapak Abdul Majid, Ahmad S. Damanik, M. Zain, Bidul, Abdul
Hadi, Panangaran, dan lain-lain.
d. Muhammadiyah Ujung Padang,
Simalungun; Belakangan tidak Aktif.
e. Muhammadiyah Pulahan Cina
Muhammadiyah ditempat ini disponsori oleh Bapak
Sutan Salim, ketua Muhammadiyah Cabang Kisaran. Muhammadiyah di tempat ini
resmi berdiri tanggal 25 Juni 1955.
Inilah sekelumit kiprah Muhammadiyah Cabang
Kisaran dalam mengembangkan persyarikatan Muhammadiyah, baik di daerah Asahan
Maupun di luar Kabupaten Asahan, khususnya Kabupaten Labuhan Batu dan
Simalungun.
3. Peran Muhammadiyah dalam Menegakkan, Membela Kemerdekaan
Indonesia di Asahan
Seperti telah disebutkan, Muhammadiyah di
Asahan pertama kali tumbuh di Kisaran. Muhammadiyah Cabang Kisaran tumbuh dan
berkembang pesat termasuk dalam bidang amal usaha. Sebelum kemerdekaan
Muhammadiyah Cabang Kisaran telah memiliki gedung pendidikan yang terletak Jl.
Krapatan/ Krapatan Straat No. 63- Jl. Kh. Ahmad Dahlan sekarang ini.
Gedung sekolah itulah yang dijadikan tempat rapat
pertama dan rapat-rapat berikutnya dalam menyambut, menegakkan dan
mempertahankan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia di Kisaran –
Kabupaten Asahan. Kegiatan itu antara lain:
a.
Tanggal 4 Oktober
1945. Rapat pertama diadakan di lantai atas Madrasah Muhammadiyah, yang
memutuskan antara lain:
-
Membentuk Komite
Nasional Indonesia (KNI) sebagai pemeritahan sementara, diketuai Bapak Gouse Utama. Beberapa bulan kemudian KNI
diketuai oleh Bapak Daud Ahmad dari Muhammadiyah.
-
Membentuk barisan
Pemuda yang diketuai Bapak Kusman dari Taman Siswa Kisaran, Komandan Barisannya
Bapak Muhidin.
b.
Tanggal 6 Oktober
1945. Melakukan rapat umum penaikan Bendera Merah Putih untuk pertama kalinya.
Bertempat di Jl. Sultan Husin Syah, Straat No.349 (atau Jl. Imam Bonjol Sekrang
ini). Di depan lokasi Pajak Inpres Kisaran, yang sebelumnya merupakan stasiun
bus.
c.
Setelah persitiwa
tanggal 10 Nopember 1945 di Surabaya, di Kisaran segera dilakukan rapat umum
menggalang persatuan kesatuan, bertempat di lapangan bola sukaria yang terletak
sebelah timur kantor pos Kisaran; sekarang komplek perumahan staff PT. BSP Kisaran.
Pada waktu itu berbicara seorang Mubballigh dan orator Muhammadiyah Bapak A.H.
Zein Butar. Beliau berhasil membakar semangat rakyat pengunjung dan mengumpul
sumbangan material yang cukup besar untuk dana perjuangan lasyakar di Kisaran.
d.
Pada masa pergolakan/perang
kemerdekaan Madrasah Muhammadiyah di Jl. KH. Ahmad Dahlan dijadikan tempat
rapat-rapat kaum republikan-lasykar dalam mengatur dan menetapkan strategi dan
taktik perjuangan atau perlawanan rakyat. Demikian sekelumit peran sejarah
Muhammadiyah Cabang Kisaran. Peran sejarah itu masih melekat pada perjalanan
lanjutannya sampai penumpasan G.30.S/PKI tahun 1965, dan tegaknya pemerintahan
orde baru. Dari Muhammadiyah Cabang Kisaran pengembangan Muhammadiyah tetap
berlajut di Asahan merambah ke berbagai kecamatan, seperti: Bandar Pulau; Pulau
Rakyat; Meranti; Lima Puluh; dan Buntu Pane. Untuk itu layaklah disebut di sini
peran tokoh-tokoh Muhammadiyah Kisaran antara lain Bapak Anas Murakaf, Dahlan
Idris, Alimuddin Islami, Ali Oesman, ST. A. Gafar. Tulisan berikutnya adalah
membicarakan perkembangan Muhammadiyah menjelang G.30.S/PKI tahun 1965 sampai
pembentukan daerah Muhammadiyah Kabupaten Asahan.
3 comments:
ditunggu selanjutnya
Ijin pak, bisa minta no telfon yang bisa saya hubungi
kosong delapan 52 enam 101 satu 68 delapan
Post a Comment