Thursday, April 18, 2019

Guru, Ketua Kelas, dan Tuhan

Duhai, setiap waktu hidup ini tak lepas dari perkara. Perkara yang sederhana hingga pelik sekalipun. Tak pernah ia hilang begitu saja. Apakah kamu pikir kamu sudah beriman apabila kamu belum di uji? Kata Allah dalam kitab suci Al-Qur’an. Itulah firman yang selalu menghujam dalam hidupku. Aku yakin, duhai. Hidup ini akan penuh perkara. Tapi dalam firman lainnya Allah tidak akan memberikan beban melebih dari kesanggupan kita.
Duhai, sekarang apakah ini telah menjadi bagian dari kehidupan yang pantas untuk selalu kita syukuri atau tidak? Yang menjadikan kita semakin kuat dalam menjalani kehiudupan atau tidak? Tergantung pada kesiapan untuk menjalaninya. Ada kalanya kita tidak siap ketika cobaan datang. Kita menggap apa yang kita dapat itu adalah bagian dari ketidakadilan Allah kepada diri ini. Itulah iman, sesuka hati menduga-duga bila ia sedang dalam kondisi futur. Atau memang dari awal iman itu tak pernah di charge, sejak ia menjadi bagian dari kehidupan.
Adapula yang selalu menunduk dan merenungi apakah semua yang didapat adalah beban atau kesyukuran, itu lah iman yang terdalam. Bisa saja rezki, jabatan, harta adalah ujian, bisa pula semua yang membuat ngilu dalam kehidupan itulah cobaan. Tapi semua tergantung penyikapan.
Apakah sikap yang pantas kita tampilkan dalam kehidupan ini? Dengan tak hentinya nikmat Allah yang terus terlimpahkan kepada Ummatnya. Fabiayyi alaa ‘irobbika tukazziban, maka nikmat Allah mana lagi yang kau dustakan?
Meskipun hutangmu sudah menggunung dan tahunan. Selalu saja ada nikmat Allah yang tak terbantahkan yang saban hari kau dapatkan. Tak pernah barang sedetikpun Allah meninggalkan ummatnya dalam kesengsaraan. Benarkah? Jangan kau ragukan. Allah maha melihat. Apakah kau pikir kau bisa disebut beriman sebelum ada ujian? Ujian itulah yang menentukan engkau menjadi naik kelas atau tetap bertahan di kelas yang sama, atau semakin jauh tertinggal di kelas-kelas yang telah dilewati? Itulah serugi-ruginya manusia. Apabila hari ini ia lebih baik dari hari kemarin, ia beruntung, bila lebih buruk dari kemarin ia merugi.
Bila ujian datang, baik ia berupa kerugian ataupun kebaikan berupa kelebihan harta, naiknya pangkat, jabatan, istri cantik atau suami yang tampan, anak-anak yang selalu menjadi cobaan, semua harus diurai dalam bentuk penyikapan yang baik. Jangan mengeluh. Meskipun kau akan melakukannya, segeralah beristighfar. Jangan sampai kau keluhkan.
Rumah yang kau idamkan sudah kau dapat dengan jalan menghutang, suatu hari ditakdirkan harus tergadaikan kembali, bisa jadi itu adalah jalan terbaik untuk hidup yang lebih baik menurut Allah yang maha pengasih. Karena ia tahu apa yang terbaik untuk kita. Bisa jadi apa yang kau pikir hari ini baik, belum tentu baik menurut Allah, dan sebaliknya bila hari ini buruk menurutmu belum tentu itu buruk menurut Allah, itulah sunatullahnya.
Apabila rumah harus kau gadaikan, kau jual, bisa jadi setelah semuanya terselesaikan, Allah kasih jalan yang terbaik lagi untuk menjadi lebih baik, tanpa siksaaan untuk membyar hutang setiap bulan. Tanpa siksaan setiap hari ditelepon oleh pihak bank untuk segera melunaskan pembayaran karena cicilan yang tertunggak.
Semua ada ketentuan, dan siapa yang maha penentu itu? Allah. Apapun yang kau lakukan Nak, Allah yang menentukan kelanjutannya. Apakah ia menjadi buruk atau baik, Allah yang menentukannya. Dan apapun yang kau lakukakan Nak, Allah maha tahu. Kelak semuanya akan menjadi ingatan yang tercatat dalam kitab Sijjin dan ‘Illiyin. Kau tahu kitab Sijjin dan ‘Illiyin? Allah menjelaskannya dalam surah Al-Muttafifin. Kitab baik dan buruk catatan kehidupan dunia.
Kau masih ingat waktu masih sekolah dasar dulu, gurumu pernah memintamu mencatat siapa yang diam dan siapa yang ribut di dalam kelas, ketika gurumu sedang permisi sebentar saja? Kau tahu apa penjabaran ribut di kepala ketua kelasmu itu? Semua yang kau lakukan saat tak ada guru, walau hanya meminjam penggaris kepada teman sebangkumu sekalipun, itulah termasuk ribut baginya. Lantas ketua kelas melaporkan hasil catatannya pada gurumu. Apa hasilnya? Yang catatannya baik, akan mendapatkan apresiasi dari guru, walau hanya sekedar ucapan terimakasih. Yang memiliki catatan buruk, akan mendapatkan hukuman.
Tapi masih saja ada yang berlari-lari kecil dalam kelas, dicatat ketua kelas. Berbicara bersama teman sebangku, dicatat ketua kelas, hingga mau permisi buang air kecilpun, dicatat ketua kelas. Semua aktivitas yang dilakukan benar-benar dicatat oleh ketua kelas. Ketua kelas memegang absen kelas, ia perhatikan satu persatu nama dari abjad A di nomor 1 hingga Abjad Z di nomor paling akhir. Ketua kelas dengan teliti melihat nama kemudian memandang wajahmu yang ada namanya di absen, ia akan mencatat setiap pergerakanmu. Satu persatu. Kaupun akan salah tingkah, sebab kau tahu sedang ditandai, dan akan segera dicatat ke dalam buku dosanya ketua kelas atau buku pahalanya ketua kelas.
Ketua kelas dengan patuh dan menurut perintah guru, tak membantah, ia akan dengan tekun memberikan catatan, bahkan dengan pulpen merah sekalipun. Apabila tak sengaja sekalipun menjatuhkan buku dilantai, ia akan mencatatnya. Ia hanya memandang ke kiri, ke kanan, ke depan, ke belakang, tak perduli teman sebangkunya juga akan ia catat. Ia juga tanpa suara.
Itulah amsal kehidupan akhirat nak. Saat ini, anggaplah gurumu itu Tuhan, ketua kelas itu malaikat, dan murid adalah manusia dalam kehidupan dunia. Meskipun tak sederhana itu. Setelah Tuhan menciptakan engkau, dia minta kau beraktivitas dalam kehidupan dunia ini dengan penuh kebaikan. Patuhi apa kata Tuhan, ingat ada malaikat yang mencatat baik buruknya. Tapi juga tak seperti di dalam kelas, kau bisa melihat ketua kelas yang mencatat aktivitasmu. Di kelas dunia ini, kau tak dapat melihat malaikat, kau tak salah tingkah, hingga tingkahmu menjadi salah-salah.
Sudah banyak uraian-uraian baik yang menjelaskan bahwa kehidupan ini akan kembali kepada pemiliknya. Kita diciptakan untuk fantashiru, bertebaran di muka bumi, tapi dengan catatan kebaikan. Masih saja tingkah-tingkah salah yang ditampilkan.
Hingga hari ini semua itu terjadi, itulah nafsu, meskipun kau diciptakan bersamaan dengan otak yang dapat berpikir, tetap saja nafsu menjadi bagian terbesar dalam kehidupan. Nafsu menguasai dunia, nafsu apa saja. Menurutku nak, itu terjadi sejak kau terdidik dalam lingkungan keluarga, bila keluargamu baik, baik pula ia, bila buruk, buruk pula ia. Setelah itu, tahap kedua, kau akan berada pada lingkungan masyarakat, bila ia baik, baik pula ia, bila ia buruk, buruk pula ia. Maka ingatlah pepatah mengatakan lebih baik berteman dengan penjual minyak wangi, hingga kau tertular wanginya. Itulah kehidupan.
Orang-orang diciptakan
Besok ia besar dan melupakan bahwa ia pernah diciptakan
Sedikit sekali ia menjadi bagian dari perubahan
Sedikit sekali ia menjadi bagian dari kebaikan
Orang-orang diciptakan
Bersama alam 

Saufi Ginting