Monday, January 21, 2013

DIALOG BIMBANG


DIALOG BIMBANG

Mengingat, sejauh senja disulam
Rumpun hari yang tegak terpinjam
Aku masih ingin bungkam
Selilit takdir yang agaknya masam

Jangan ngawur…
Akupun pernah tersungkur
Pada hari-hari yang sempat kukubur
Tapi laikkah aku kabur?
Tidak, sebab Tuhan tak pernah lumur
Seketika senja menambah umur…

Detik mati sekejap lalu
Pada dewasa yang limbung
Anak kecil meretas pilu
Ia sangkutkan di layang liung
Tuhanku memang tak jauh di punggung
Ia bercanda, hanya tak lucu

Baiklah, kita berdoa dalam diam
Semoga bukan ketakpastian dan angan-angan
Menelusur jawab dengan tindakan
Disebalik tangan Tuhan

Kun Fayakuun sebuah kenisbian
Semoga tidak pada bimbang

Kisaran, 13 Maret 2012, Bersama Jundi Syukri

Sunday, January 6, 2013

JANGAN TAKUT

Jangan takut jatuh, karena yang tidak pernah memanjatlah yang tidak pernah jatuh. Jangan takut gagal, karena yang tidak pernah gagal hanyalah orang-orang yang tidak pernah melangkah. Jangan takut salah, karena dengan kesalahan yang pertama kita dapat menambah pengetahuan untuk mencari jalan yang benar pada langkah yang kedua.

- Buya HAMKA -

Friday, January 4, 2013

Sebelum Gelap

SEBELUM GELAP

Ada seutas rindu yang kuikat
Pada atap-atap yang kuharap jadi keramat
Kurangkai dengan kata puitis sebagai perekat
Dan tak akan kubiar termakan karat

Ada mimpi yang kucipta menjelang lelap
Semoga tak hilang sebelum gelap
Dan menjadi pelita pada harap
Dekat dan tak lenyap

Kisaran, 13 Mei 2012

Wednesday, January 2, 2013

Teknologi

TEKNOLOGI

Ada sebuah puisi yang tercipta
Pada kicau burung berlistrik di gedung tinggi
Sekedar mencatat ingat 
Hari, tanggal, bulan, dan tahun ini
Semuanya sudah berhamba teknologi
Bahkan di ujung lorong penantian ini
: semoga tak salah memaknai

Kisaran, 7 Juni 2012

Tuesday, January 1, 2013

Apa yang tidak mungkin di dunia ini?


Apa yang tidak mungkin di dunia ini?

Kun fayakun, jadilah, maka jadilah. Semudah itulah Allah menjentikkan jari-Nya untuk menentukan takdir manusia. Tapi, Allah ga akan kasih begitu aza. Semua ada usaha.  Tidak akan berubah nasib suatu kaum, jikalau kaum itu sendiri yang tidak mengubahnya.
Ingin jadi penulis, gampang. Begitulah yang kukatakan pada seorang teman yang kukenal melalui kelas menulis online CENDOL berkeluh kesah sebab tidak mampu kuliah, tapi ia punya segudang prestasi yang luar biasa. Tinggal meyakinkan diri seyakin-yakinnya, berdoa, dan berusaha dengan sungguh-sungguh, jadi. Buktinya, dirimu sudah membuktikan itu. Banyak karyamu yang dimuat oleh media lokal dan nasional.  
Kuliah? Hmmm….
Setelah tamat SMA, saya termasuk orang yang ditentang untuk kuliah. Sebab orang tua dan abang, khawatir tidak akan ada dana untuk membiayai kuliah saya. Tapi dengan keyakinan teguh, usaha, dan terus berdoa, saya mendaftar kuliah di Universitas Asahan. Dengan dana untuk membeli formulir berasal dari hasil keringat yang entah dari mana asalnya, tetapi HALAL. Setahap demi setahap, sejejak demi sejejak, semester demi semester, terus saya yakinkan diri bahwa saya harus bisa kuliah. Entah apapun itu kelak jadinya saya setelah kuliah, yang penting KULIAH. Itu saja.
Tapi ternyata semua dipermudahkan oleh Allah. Setiap kali harus membayar cicilan uang kuliah, ada jalan yang tak disangka-sangka datang pada saat yang tepat. Bahkan, orang tua saya tak pernah tahu saya kuliah semester berapa, karena tak pernah saya meminta sepeser pun untuk membiayai kuliah S1 saya. Hingga selesai. Saat ini malah saya sedang melanjutkan S2 di Unimed. Tentunya dengan biaya sendiri juga. Bahkan, saya sudah menikah ketika awal semester 8 saat saya masih kuliah di UNA. Lebih luar biasanya, istri saya telah menyelesaikan S1 di IAIN Medan. Wanita S1 kok mau menikah dengan orang yang belum punya gelar? Begitulah cibiran mereka. Saya terus membuktikannya. Seiring waktu.
Jadi, apa yang tak mungkin di dunia ini, kataku?
Kejarlah duniamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya, dan berusahalah untuk akhiratmu seakan engkau akan mati besok (Imam Ali RA)
Bekerja keras seakan-akan kita tak kan pernah mati, bekerja dan bekerjalah, berusaha dan berusahalah terus, syukurilah ni’mat yg diberi Allah dan “jangan Persekutukan Allah”,
InsyaAllah, tak ada yang tak mungkin bagi Allah.
Semoga menjadi catatan yang baik untukmu dan untukku!


Salam, Rumah Azka-02 Januari 2013
MSG.

LAMPU SENTIR DAN LAMPU PATROMAK


LAMPU SENTIR DAN LAMPU PATROMAK



Saya terlahir dari keluarga sederhana, tak pernah menikmati lampu dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) sejak lahir hingga kelas satu SMP. Jika menjelang malam, maka kami –saya, abang, dan kakak- ditugaskan oleh mamak untuk bergantian setiap sorenya memasang lampu sentir yang dibuat oleh Ayah dari limbah kaleng cat minyak kecil, dan diberi muncung di atas tutupnya dengan gulungan seng tau kaleng, kemudian dicucukkan sumbu kompor antara muncung tadi sampai ke dalam kaleng sehingga bisa menghisap minyak tanah tanah sebagai tenaganya. Jika sudah pagi menjelang, maka kewajiban utama sebelum berangkat sekolah adalah terlebih dahulu membersihkan lobang hidung kami dengan handuk agar terbebas dari warna hitam bekas asap lampu. Untuk di ruang tengah, maka sudah menjadi tugas ayah yang memasang lampu patromak.
Jika ayah akan memasang lampu patromak, maka saya, dua abang dan kakak saya akan berkumpul untuk melihat cara memasangya. Pertama ayah meletakkan petromax di lantai. Mengangkat kacanya, menuangkan spiritus pada mangkuk logam di dalamnya, dan menyalakannya dengan korek api, kemudian biarkan sebentar. Spiritus akan membakar kaos lampu sebelum lenyap menjadi gas, menghasilkan  pijar di kaos lampu seperti bohlam. Kemudian, petromax akan menyala terang dan berbunyi zheeeeeeng… lembut. Itulah tanda  petromax telah menyala sempurna. Untuk mempertahankan agar pijar petromax itu terus menyala terang, petromax harus dipompa. Tekanan udara hasil pemompaan inilah yang digunakan meniupkan uap minyak tanah ke arah kaos lampu agar terus berpijar.
Setiap kali  cahayanya meredup dan bunyi zheeeng melemah, abang atau ayah saya akan memompa kembali. Kadang-kadang mamak juga melakukan tugas itu.
Berbicara sejarah lampu patromak, sesungguhnya lampu ini disebut juga lampu tekan atau pompa yang ditemukan oleh Max Graetz pada tahun 1900, dan tahun 1916 dipatenkan menjadi merek dagang resmi kemudian beredar ke seluruh dunia. Petromax berasal dari  gabungan kata Petroleum (minyak) dan Max sang penemu.
Hmmm…sekarang kita sudah di era kemajuan. Bahkan hari ini, saya sudah mengetikkan kisah ini melalui laptop saya. Semoga tidak hanya sekedar kenangan…
Kisaran, 31 Desember 2012

SEMANGAT BARU


BUKAN DEBU

-saufi ginting-

Ia telah berlalu
Meninggalkan jejak di penghujung waktu
Tapi tak mesti berteriak
Sebab tindak lebih bijak
Menuntun langkah dalam setiap dekapan dan hasrat yang menggebu
Esok kita temukan jawaban bukan pada debu
Berdo’alah pada hasrat yang ramu
Semoga kelak lebih baik dari waktu yang lalu

Rumah Azka, 31 Desember 2012-1 Januari 2013 00.00