BERDIRINYA
PEMUDA MUHAMMADIYAH DAERAH ASAHAN
Sahmuda Sagala
A
|
gama Islam sebagai
satu-satunya agama yang diridhoi Allah SWT, disempurnakan sebagai “hudallinnas” dan rahmatan lil ‘alamin, adalah dengan diutusnya
Nabi Muhammad SAW. Setelah bertugas
22 tahun sekian bulan, beliau wafat, kembali
kehadirat Allah SWT (masa kerasulan beliau 610-632). Disaat beliau wafat, agama
islam baru berkembang di ZAZIRAH ARABIA; berarti baru sebagian kecil umat
manusia yang mengenal dan memahami agam Islam sebagai “huda” dalam kehidupan.
Untuk mewujudkan agama
islam sebagai “hudallinnas” dan
rahmatan lil ‘alamin, diperlukan
adanya penyambung perjuangan setelah
Rasulullah SAW wafat. Penyambung perjuangan itu tidak hanya pada kurun waktu
tertentu, tetapi diperlukan sepanjang
zaman sampai yaumul qiyamah.
Kesadaran akan perlu adanya
kesinambungan perjuangan untuk menegakkan dinulloh-dinul
Islam agar menjadi “hudallinnas”
dan rahmatan lil ‘alamin sampai hari
akhir zaman, itulah yang dihayati benar-benar oleh almarhum KH. Ahmad Dahlan.
Beliaupun dengan azzam yang kuat,
tekad yang bulat, dan dilandasi keikhlasan yang benar-benar hanya mengharap
ridho Allah SWT, mendirikan persyarikatan Muhammadiyah sebagai alat perjuangan
yang berkesinambungan untuk memperjuangkan agama Islam terutama di Nusantara
tercinta. Karena yang diperjuangkan adalah agama Islam, dan agama Islam itu ditegakkan dan dijunjung tinggi, maka
keberadaan persyarikatan Muhammadiyah-pun harus diperjuangkan sepanjang waktu-sampai akhir hayat.
Berdirinya Organisasi Otonom
Dinul Islam yang
diperjuangkan Rasulullah, dan juga yang diperjuangkan oleh KH. Ahmad Dahlan
melalui persyarikatan Muhammadiyah ini, adalah untuk semua ummat manusia. Ummat
manusia terutama di zaman mutakhir ini terdiri dari berbagai lapisan dan
tingkatan. Baik dari segi usia, pekerjaan atau profesi, pendidikan, dan
sebagainya.
KH. Ahmad Dahlan menyadari
betul hal tersebut. Oleh karena itu, beliau mendirikan beberapa organisasi yang
bernaung di bawah persyarikatan Muhammadiyah, dan disebut dengan organisasi
Otonom.
-
Untuk menghadapi kaum ibu, didirikan organisasi
‘Aisyiyah.
-
Untuk menghadapi remaja
putri, didirikan organisasi Nasyiyatul ‘Aisyiyah.
-
Untuk menghadapi remaja
putra, didirikan organisasi Pemuda Muhammadiyah.
-
Untuk menghadapi remaja
pelajar, didirikan Ikatan Pelajar Muhammadiyah.
-
Untuk menghadapi remaja
mahasiswa, didirikan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah.
Berdirinya Pemuda Muhammadiyah
Pemuda Muhammadiyah
didirikan selain untuk melakukan dakwah di kalangan remaja putra, sekaligus
diharapkan sebagai kader penyambung estafet perjuangan, pepatah orang arab
mengatakan Subbanul
yaum, rijalul ghad (pemuda hari ini, lelaki
(pemimpin) masa depan). Jadi tugas utama pemuda Muhammadiyah adalah: (a)
melakukan dakwah islam amar ma’ruf nahi munkar di tangan anak muda-remaja, dan
(b) mempersiapkan diri menjadi tokoh penggerak Muhammadiyah masa depan.
Berdirinya Pemuda Muhammadiyah di Daerah Asahan
a.
Bahwa Muhammadiyah di
daerah Asahan, pertama kali berdiri adalah di Kisaran, yaitu pada tanggal 23
Desember 1929. Setelah itu menyusul cabang Tanjung Balai (1930), Cabang
Indrapura (1931), dan Cabang Aek Loba (1950).
Sesuai struktur pemimpin di
Muhammadiyah bahwa setiap pimpinan Cabang harus membentuk dan memiliki Orto,
maka Pemuda Muhammadiyah adalah orto yang pertama di Asahan.
Dengan demikian struktur kepemimpinan
Muhammadiyah di seluruh Indonesia berubah, disesuaikan dengan keputusan
Muktamar Bandung 1965 kala itu.
Untuk provinsi Sumatera Utara,
penyesuaian struktur tersebut dilaksanakan melalui Musyawarah Wilayah
-
Pertama diselenggarakan
pada bulan Desember 1965 di Sidorame Timur Medan. Keputusannya adalah: melebur
Pimpinan Daerah Muhammadiyah Sumatera Timur dan Pimpinan Daerah Muhammadiyah
Tapanuli menjadi Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara.
-
Kedua diselenggarakan awal tahun 1966 di Aek Loba Kabupaten
Asahan, keputusannya (a) memilih pimpinan Muhammadiyah wilayah Sumatera Utara;
Ketua: Bapak ND. Pane, Sekretaris: Bapak Ishaq Jar, (b) Menetapkan berdirinya
daerah Muhammadiyah di beberapa kabupaten dan kotamadya yang telah memiliki
sekurang-kurangnya tiga cabang Muhammadiyah, dan (c) Daerah Muhammadiyah
Kabupaten Asahan termasuk yang ditetapkan pada waktu itu bergabung dengan
kotamadya Tanjungbalai, sehingga bernama “Muhammadiyah Daerah Asahan/Kotamadya
Tanjungbalai”.
Pada pertemuan Muhammadiyah di Aek Loba
tahun 1966 itu, setelah disahkan berdirinya Muhammadiyah Daerah Asahan/Kotmadya
Tanjungbalai, selain menyusun Pimpinan Wilayah Muhammadiyah, ditetapkan pula
berdirinya Orto tingkat Daerah, termasuk “Daerah Pemuda Muhammadiyah
Asahan/Kotamadya Tanjungbalai”, dengan ketuanya saudara Salman HS.
Pada bulan Oktober 1966 dilaksanakan
Musyawarah Daerah Pemuda Muhammadiyah I di Tanjungbalai untuk menyempurnakan
kepemimpinan. Hasilnya terbentuk Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Daerah
Asahan/Kotamadya Tanjungbalai, dengan susunan sebagai berikut; Ketua: Salman HS. (Tanjungbalai), Wakil
Ketua: Rusli Usman (Tanjungbalai), Wakil Ketua: Sahmuda Sagala (Kisaran), Wakil
Ketua: Rusydi Syukur (Tanjungbalai), Sekretaris: M. Ya’kub Taj (Tanjungbalai), Wakil
Sekretaris: Amiruddin Hasibuan (Tanjungbalai), dan Bendahara: Ruzaham
(Tanjungbalai).
Pasca pecahnya G.30.S/PKI, Muhammadiyah
daerah Asahan berkembang pesat. Termasuk pembentukan orto-ortonya. Terutama
Orto Pemuda Muhammadiyah. Setiap berdirinya cabang baru Muhammadiyah,
dilengkapilah dengan orto pemuda Muhammadiyah. Dapat dijelaskan bahwa cabang
Pemuda Muhammadiyah tumbuh setelah tahun 1965 adalah sebagai berikut: (1)
Cabang Tanjung Tiram, (2) Cabang Air Joman, (3) Cabang Bandar Pulau, (4) Cabang
Meranti, (5) Cabang Kisaran Timur, (6) Cabang Lubuk Palas, dan (7) Cabang Bagan
Asahan.
b. Berdirinya Daerah
Pemuda Muhammadiyah Kabupaten Asahan.
Sampai tahun 1965, struktur organisasi
Muhammadiyah termasuk ortonya seperti Pemuda Muhammadiyah, setelah PP.
Muhammadiyah adalah sebagai berikut: tingkat konsul yang ada di bawah
kresidenan disebut Daerah, selanjutnya tingkat cabang; dan tingkat ranting
Ditingkat Provinsi tidak ada strukur
organisasi, keadaan seperti berubah setelah Muktamar Muhammadiyah ke 36 tahun
1965 di Bandung.
Setelah Muktamar ke 36 di Bandung,
struktur berubah menjadi: Tingkat provinsi disebut Wilayah, tingkat
Kabupaten/Kotamadya disebut Daerah; seterusnya tingkat cabang dan ranting.
Struktur di tingkat kresidenan dihapuskan.
Demikian secara secara
singkat sejarah berdirinya Daerah Pemuda Muhammadiyah Kabupaten
Asahan/Kotamadya Tanjungbalai. Mengakhiri tulisan ini, penulis perlu mengingatkan
akan “tri fungsi” Pemuda Muhammadiyah (juga AMM) yaitu sebagai: Pelopor,
Pelangsung, dan Peyempurna amal usaha Muhammadiyah, Pemuda Muhammadiyah harus
sanggup:
-
Mempelopori amal usaha Muhammadiyah. Sebagai pelopor, harus
berdiri dibagian terdepan, harus mampu melakukan terobosan-terobosan dan
inovasi. Jangan menjadi penikmat amal usaha Muhammadiyah tanpa berperan
sedikitpun dalam mewujudkan amal usaha tersebut.
-
Melangsungkan keberadaan
Muhammadiyah dan amal usahanya. Kelestarian dan kesinambungan Muhammadiyah di
masa depan menjadi ‘tanggung jawab’ pemuda Muhammadiyah hari ini.
Menyempurnakan
gerakan Muhammadiyah. Keberadaan Muhammadiyah hari ini adalah usaha dan kerja
keras para pendahulu kita; mereka Assa
Biduunal Awwalun dalam Muhammadiyah khusus di Asahan ini. Pemuda
Muhammadiyah jangan berbangga hati melihat apa yang ada sekarang. Tetapi harus
bekerja keras untuk mewujudkan Muhammadiyah dengan dakwah amar ma’ruf nahi
munkarnya menjadi rahmatan lil ‘alamin. Insya Allah. (Kisaran, 21 R. Akhir 1433
H/14 Maret 2012 M).
No comments:
Post a Comment