KETAKSAAN MAKNA
SINONIM:
KASUS DALAM KALIMAT
TANYA
Prof. Dr. Lince Sihombing, M. Pd
LTBI PPs UNIMED Medan
(Indonesia)
1. Pendahuluan
Ketika dua orang partisipan (pembicara
dan pendengar) berkomunikasi secara
lisan maupun tulisan, keberadaan kesetaraan proposisi yang dimiliki pembicara
maupun pendengar menjadi persyaratan utama. Proposisi adalah bagian dari makna
ujaran dalam suatu pernyataan (Hurford dan Heasley, 1983). Ketidak setaraan
proposisi ini berakibat pada tidak tersampaikannya informasi yang diinginkan.
Penggalan percakapan berikut memperlihatkan hal tersebut.
Setting (lokasi pembicaraan):
pintu masuk gedung sekolah pascasarjana UNIMED. Partisipan: dua orang dosen
program studi Linguistik Terapan Bahasa Inggris (LTBI) UNIMED berinisial L dan
T. Kondisi: beberapa hari sebelumnya L mengetahui (melalui mahasiswa LTBI)
bahwa T berangkat ke Jakarta. Ini merupakan informasi yang ada dalam benak L.
Namun tanpa sengaja L bersirobok dengan T di pintu masuk gedung sekolah
tersebut di atas. Terjadilah dialog berikut:
L, spontan berkata: “Kapan ibu pulang?”
T, sambil senyum berkata: “ Ya, saya di sini” dan bergegas
pergi.
L tentu
saja tidak menyangka bahwa jawaban yang diterima akan seperti itu. Dalam
benaknya L berharap jawaban yang diberikan T adalah: “Kemarin”, “Baru saja”,
“Sudah dua hari yang lalu” dan lain-lain yang secara tataran atas (harfiah)
adalah jawaban relevan atas pertanyaan yang diajukan.
Kejadian
yang sama – yakni berbedanya pemahaman antara pembicara dan pendengar atas
maksud yang diungkapkan, juga penulis alami jauh hari sebelumnya. Namun pada
saat itu penulis menggunakan kata sampai.
Pertanyaan penulis, :Kapan kamu sampai?” kepada mahasiswanya dijawab dengan,
“Saya tidak kemana-mana Bu!”
Dua kejadian di atas memaksa penulis merenung. Apa
sesungguhnya yang salah dengan ucapan atau pertanyaan penulis dan pembicara
sebelumnya? Mengapa harapan penulis agar pertanyaannya dijawab dengan benar
oleh pendengarnya tidak tercapai?
2. Ketaksaan Makna Sinonim Kata Kerja
Bila ditilik dari dua kejadian di
atas penyebab ketidak setaraan proposisi antara pembicara dan pendengar adalah
pada kesinoniman makna kata pulang dan sampai. Sinonim adalah bentuk bahasa
yang maknanya mirip atau sama dengan bentuk bahasa lain atau muradif
(Depdikbud, 1995: 946). Benarkah kata pulang dan sampai bersinonim hingga dapat
dipertukarkan pemakaiannya satu sama lain tanpa menimbulkan perbedaan persepsi
dari sudut pendengar?
Selain ke-2 kata tersebut di atas
ada beberapa kata lainnya yang juga kerap digunakan dalam berkomunikasi
sehari-hari seperti kata: datang, tiba, kembali dan balik yang maknanya
bersinonim. Namun untuk mengetahui apakah kata-kata tersebut tidak berakibat
pada ketaksaan makna, - taksa adalah apabila suatu kata memiliki makna lebih dari
satu, kabur atau meragukan - berikut ini dipaparkan makna atau defenisi
kata-kata tersebut berikut bagaimana mereka digunakan dalam kalimat.
1) Pulang adalah kondisi atau keadaan
seseorang pergi ke rumah atau ke tempat asalnya, kembali atau balik.
Contoh: a. Bila engkau pulang ke Samosir?
b. Sudah dinihari, ia belum juga pulang.
2) Sampai adalah kondisi atau keadaan
seseorang maupun benda yang mencapai sesuatu, tiba dan datang.
Contoh: Setelah beberapa hari
terhalang banjir bandang, akhirnya bus yang
kami tumpangi sampai di
terminal Amplas.
3) Datang adalah kondisi atau keadaan
seseorang yang mengalami perpindahan tempat, tiba di tempat yang dituju dan
berasal.
Contoh: a. Tuti datang pukul 7.30, lebih awal
dari waktu yang ditentukan.
b. Tuti datang dari
desa kecil di kabupaten Simalungun
.
c. Tuti tidak
jadi datang ke seminar bahasa itu karena tidak
berhasil mendapatkan tiket pesawat.
4) Tiba adalah kondisi atau keadaan
seseorang yang datang, sampai di suatu tempat.
Contoh: a. Mahasiswa sekarang
ini sudah kurang santun, dosen mereka
selalu lebih dahulu tiba di dalam
kelas.
b. Dedaunan pohon mengering pertanda tibanya
musim kemarau.
5) Kembali adalah kondisi atau keadaan seseorang yang balik
ke tempat
semula atau ke keadaan semula.
Contoh: a. Suami yang serong itu sudah kembali
ke isterinya.
b.
Pesawat yang membawa presiden Barrack Obama ke
Indonesia
sudah kembali ke Amerika.
6) Balik adalah keadaan atau kondisi
seseorang yang kembali atau pulang.
Contoh: Kapan ia
balik ke Surabaya?
Untuk mengetahui taksa tidaknya
suatu kata sinonim maka berikut ini akan diperlihatkan bagaimana perbedaan atau
pertukaran makna terjadi apabila suatu kata sinonim saling dipertukarkan.
Kalimat-kalimat yang digunakan berikut ini adalah kalimat-kalimat yang telah
digunakan di halaman-halaman sebelumnya.
Kalimat terdahulu (KT),
Kalimat sekarang (KS),
|
Bila engkau
pulang ke Samosir?
1.
Bila engkau sampai ke Samosir?
2.
Bila engkau datang ke Samosir?
3.
Bila engkau tiba ke Samosir?
4.
Bila engkau kembali ke Samosir?
5.
Bila engkau balik ke Samosir?
|
Bila dianalisa kalimat-kalimat di
atas maka dapat dilihat bahwa kata kerja, kembali dan balik tidak
menyebabkan perbedaan makna ketika digunakan untuk menggantikan posisi kata
kerja pulang Tidak demikian halnya dengan kalimat nomor 1, 2 dan 3. Selain
terkesan aneh, kalimat-kalimat tersebut membutuhkan penyesuaian terutama pada
pengguna partikel. Namun harus diakui bahwa nilai makna yang dikandung kata balik
mengarahkan pikiran kita (sense relation)
pada kondisi atau keadaan tidak formal. Nilai makna yang dikandung suatu kata
memang memiliki gradasi. Cruise (2000: 156-158) mengelompokkan sinonim ini atas
tiga tingkatan yakni: absolute synonymy
(sinonim mutlak), proportional synonymy
(sinonim tidak setara) dan near synonymy
(sinonim berjarak). Agar perbedaan ini dapat dimengerti, berikut ini akan
dibicarakan perbedaan masing-masing.
3. Gradasi Nilai Makna Kata Sinonim
Seperti telah disinggung
sebelumnya pada penjelasan di atas bahwa kata balik sesungguhnya menyebabkan
seseorang merasakan ada sesuatu yang berubah. Perubahan makna tersebut akan
dijelaskan secara detail melalui sinonim mutlak, tidak setara dan berjarak.
3.1 Sinonim Mutlak
Sinonim mutlak adalah kondisi
suatu kata yang tetap memiliki nilai makna yang sama dan normal meskipun saling
dipertukarkan pemakaiannya dalam suatu kalimat. Hal ini dapat dilihat pada
contoh kalimat 1 dan 4 di bawah.
Apa yang terjadi pada kalimat
lainnya yang juga telah digunakan sebagai contoh pada halaman 4 ini? Apakah ada
perubahan makna kata bila pertukaran kata kerja juga dilakukan? Ini perlu
dipertegas mengingat contoh-contoh yang digunakan terdiri atas jenis kalimat tanya,
pernyataan dan negasi.
KT,
KS,
|
Tuti datang pukul 7.30,
lebih awal dari waktu yang ditentukan.
1.
Tuti pulang pukul 7.30, lebih awal dari
waktu yang ditentukan.
2.
Tuti sampai pukul 7.30, lebih awal dari
waktu yang ditentukan.
3.
Tuti tiba pukul 7.30, lebih awal dari
waktu yang ditentukan.
4.
Tuti kembali pukul 7.30, lebih awal
dari waktu yang ditentukan.
5.
Tuti balik pukul 7.30, lebih awal dari
waktu yang ditentukan.
|
Kalimat-kalimat KS yang
bersinonim secara mutlak dengan kalimat pada KT adalah kalimat nomor 2 dan 3.
Sementara itu kalimat yang terdapat pada nomor 1, 4 dan 5 merupakan kebalikan
dari makna yang dikandung kalimat KT dan kalimat nomor 2 dan 3. Dengan demikian
makna yang sesungguhnya seperti yang terdapat pada kalimat KT menjadi taksa.
Makna kata kerja pulang, kembali dan balik dalam kalimat menunjukkan posisi
Tuti yang meninggalkan suatu tempat untuk menuju ke tempat lain dan kemudian
kembali lagi ke tempat sebelumnya. Bila perbedaan ini divisualkan maka makna
kalimat akan terlihat berikut ini:
0
0
0
kalimat nomor 1, 4 dan 5 kalimat nomor 2 dan 3
3.2 Sinonim Tidak
Setara
Sinonim tidak setara adalah kondisi suatu kata yang tidak memiliki makna
yang setara dengan kata yang digantikan maupun yang menggantikannya. Hal ini
dapat dilihat pada contoh berikut:
1)
Jenazah mantan presiden Philipina akhirnya dimakamkan
di pengasingan.
2)
Jenazah mantan presiden Philipina akhirnya dikuburkan
di pengasingan.
3)
Jenazah mantan presiden Philipina akhirnya dikebumikan
di pengasingan.
4)
Jenazah mantan presiden Philipina akhirnya ditanamkan
di pengasingan.
Bandingkanlah ke-4 kalimat tersebut dengan kalimat-kalimat
berikut:
5)
Mayat mantan presiden Philipina akhirnya dikuburkan
di pengasingan.
6)
Jasad mantan presiden Philipina akhirnya ditanamkan
di pengasingan.
7)
Jenazah penjahat itu dimakamkan di
pekuburan umum.
8)
Jenazah penjahat itu ditanamkan
dipekuburan umum.
9)
Jenazah penjahat itu dikebumikan di
pekuburan umum.
Makna kata kerja bentuk pasif pada kalimat nomor 1 setara dengan nomor
3 sebab pada umumnya apabila seseorang yang berkedudukan tinggi (presiden,
bangsawan dan lain-lain) meninggal dan dikuburkan maka kata yang digunakan
adalah dimakamkan atau dikebumikan. Apabila kata kerja dikuburkan
dan ditanamkan digunakan untuk menggantikan kata kerja bentuk pasif di atas
maka timbul reaksi tidak menyenangkan bagi orang-orang yang mendengar ataupun
yang membaca. informasi itu.
Apa yang terjadi pada benak
pembaca atau pendengar akan makna kalimat nomor 2 dan 4? Akan ada perasaan
tidak nyaman karena kata dikuburkan biasanya digunakan untuk orang-orang
kebanyakan sementara kata ditanamkan bahkan sama sekali tidak pantas
digunakan untuk manusia apalagi sekelas presiden.
Namun demikian, kasusnya akan
berbeda apabila oknum yang diceritakan (subyeknya) diganti dengan penjahat.
Lihatlah makna yang dikandung kata kerja dalam kalimat nomor 7 dan 8 di atas. Pembaca
justru akan bereaksi terbalik dari yang sebelumnya – yang ditujukan pada
presiden. Tidak layak seorang penjahat mendapat kehormatan dengan penggunaan
kata kerja pasif dimakamkan dan dikebumikan sebagai pengganti
kata dikuburkan atau bahkan ditanamkan. Kata jenazah sebagai pengganti kata
mayat untuk oknum atau subyek penjahat tidak akan menimbulkan reaksi sementara
apabila kata yang sama atau mayat dihubungkan dengan mantan presiden akan
menimbulkan reaksi yang berbeda pula.
Contoh dan pemaparan di atas pada
akhirnya mengacu pada suatu kesimpulan bahwa kata kerja sinonim dikategorikan
dalam sinonim tidak setara apabila ada kondisi yang dipenuhinya yakni pelaku
atau status pelaku yang menjadi obyek yang diterangkan dalam kalimat yang kata
kerjanya saling dipertukarkan juga tidak berasal dari kedudukan ataupun latar
belakang yang sama.
3.3 Sinonim Berjarak
Sinonim berjarak adalah kondisi
suatu kata yang derajat perbedaannya lebih tinggi dari pada derajat
persamaannya, apabila kata tersebut dalam kalimat saling dipertukarkan. Hal ini
dapat dilihat pada contoh berikut:
KT, Jenazah mantan presiden Philipina akhirnya dimakamkan
di pengasingan.
KS: 1) Jenazah mantan presiden Philipina akhirnya dikuburkan
di pengasingan.
2) Jenazah penjahat itu dikuburkan di
pemakaman umum.
Bila pada
kalimat-kalimat yang terdapat dalam contoh sinonim tidak setara telah
dijelaskan bahwa kata dimakamkan
ataupun dikebumikan tidak pantas dilekatkan pada subyek penjahat karena
imej yang ditimbulkan oleh latar belakang berbeda antara presiden dan penjahat
maka pada sinonim berjarak ada kata kerja tertentu yang masih dapat digunakan
meskipun dua orang oknum atau pelaku yang diceritakan berasal dari latar
belakang yang berbeda, dalam hal ini adalah kata kerja dikuburkan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa
banyak sekali perbedaan-perbedaan yang melatari posisi seorang presiden dan
penjahat – seperti telah diterangkan sebelumnya di atas tetapi tetap masih ada
persamaannya yakni keduanya berasal dari spesies yang sama yakni manusia.
Oleh karena itu kata dikuburkan masih dapat digunakan untuk menggantikan kata dikebumikan
dan dimakamkan tetapi bagi seorang penjahat kata dikebumikan menjadi
sinonim berjarak apabila digunakan untuk
menggantikan kata dikuburkan. Itu sebabnya Cruise (2000: 159) secara
eksplisit mengatakan bahwa untuk mengelompokkan suatu subyek atau obyek ke
dalam kondisi sinonim tidak setara ataupun sinonim berjarak bukan pekerjaan
mudah. Namun demikian pembedaan ini
tetap dapat dilakukan sepanjang pembaca atau penulis mengetahui bahwa ada perbedaan
kondisi makna kata yang berada pada
level sinonim setara atau sinonim berjarak dan pada pengetahuan tentang prinsip
penggunaan kata kerja sinonim tersebut. Bahkan konteks penggunaan akan lebih
jelas membantu pemahaman pembaca maupun penulis.
Bila hal-hal tersebut menjadi
pertimbangan, maka pertanyaan tentang ketaksaan makna kata seperti yang
terdapat pada judul tulisan ini dan juga pada contoh-contoh yang telah
digunakan pada halaman-halaman sebelumnya menjadi sesuatu yang harus
dibicarakan secara jelas. Mengapa demikian? Penjelasan berikut akan membantu
pemahaman ini.
4. Potensi Ketaksaan Makna Sinonim Dalam
Kalimat Tanya
Sebelum membicarakan topik ini
lebih jauh ada baiknya diperjelas terlebih dahulu defenisi kata kunci pada
bagian ini, yakni kalimat. Kalimat adalah kesatuan ujar yang mengungkapkan
suatu konsep pikiran dan perasaan, perkataan, satuan bahasa yang secara relatif
berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual ataupun potensial
terdiri atas klausa (Balai Pustaka, 1995: 434). Defenisi di atas secara tegas
menempatkan makna kalimat ke dalam dua kategori yang berbeda yakni dapat
sebagai kalimat tetapi dapat pula sebagai ujaran.
Apabila kalimat diartikan sebagai
kalimat juga maka Heasley (1983: 18) memaknainya sebagai serangkaian kata yang
disusun mengikuti kaidah tata bahasa dan memiliki informasi yang lengkap.
Tetapi apabila kalimat diartikan sebagai ujaran maka maknanya menjadi rentangan
ucapan seseorang yang ditandai dengan adanya keheningan atau jeda di antara
kata-kata yang diucapkan. Dengan demikian ujaran dapat berupa kalimat, frasa
bahkan kata. Kondisi ujaran ini menyebabkan si pengujar perlu mempertimbangkan
konteks atau situasi pembicaraan agar informasi yang akan disampaikannya dapat
diartikan oleh pendengar sama dengan yang diinginkan si pembicara.
Berdasarkan penjelasan di atas
dapat diartikan bahwa kalimat dapat menjadi ujaran apabila kalimat tersebut
diucapkan tetapi tidak otomatis ujaran dapat dijadikan kalimat. Hal ini dapat
dimengerti sebab ujaran membutuhkan konteks sementara kalimat tidak membutuhkan
konteks, sepanjang kata-kata yang membentuk kalimat dirangkai berdasarkan
kaidah bahasa yang digunakan pengguna bahasa tersebut.
Dengan mempertimbangkan penjelasan
di atas dan keterhubungannya dengan semua contoh yang disajikan, ada beberapa
hal yang dapat disimpulkan sehubungan dengan penyebab ketaksaan makna sinonim.
1)
Proposisi yang diungkapkan dilakukan secara
lisan. Lihat contohnya pada kalimat: “Kapan ibu pulang?” dan “Kapan kamu
sampai?” Kalimat yang dilisankan atau ujaran berpotensi menimbulkan masalah
karena sifat ujaran itu sendiri yakni:
a.
cenderung tidak menggunakan aturan tata bahasa
secara lengkap;
b.
pengguna ujaran, ketika mengungkapkan proposisinya
(informasi yang disampaikan) sebelumnya telah membangun asumsi bahwa lawan
bicaranya atau pendengarnya memiliki proposisi yang sama dengannya – meskipun
pada kenyataannya lebih sering tidak sama;
c.
pada umumnya dibantu oleh konteks – situasi pada
saat ujaran diungkapkan atau dinyatakan – meskipun pada kenyataannya tidak
selalu demikian;
d.
memungkinkan pembicara dan pendengar melanjutkan
pertukaran informasi (tanya jawab) seandainya dalam satu ujaran saja pembicara
tidak berhasil menyampaikan informasi kepada pendengarnya.
2)
Kata tanya kapan dalam kalimat “Kapan ibu
pulang?” dan “Kapan kamu sampai?” dengan sendirinya juga telah berpotensi
menimbulkan ketaksaan. Penyebabnya adalah pada kata kapan itu sendiri,
tidak ada pembatasan rentang waktu sehingga dapat digunakan kapanpun sipengguna
menginginkannya. Bandingkan dengan contoh-contoh yang diungkapkan dengan
kalimat pernyataan maupun negasi pada halaman-halaman sebelumnya. Mengapa
kalimat Tuti datang pukul 7.30,
lebih awal dari waktu yang telah ditentukan apabila diubah menjadi Tuti sampai pukul 7.30, lebih awal
dari waktu yang telah ditentukan tidak menimbulkan ketaksaan makna
sementara apabila kondisi kedatangan Tuti ini dipertanyakan melalui kalimat
“Kapan Tuti datang?” atau “Kapan Tuti sampai?” terjadi masalah? Penyebabnya
adalah sebagai berikut:
a.
pendengar dari pertanyaan “Kapan Tuti datang?”
harus benar-benar mengetahui apakah kata kerja datang itu dimaksudkan
untuk sekedar menanyakan waktu atau telah berpindah ke ranah pergerakan obyek
dari satu tempat ke tempat lain;
b.
kata kapan baru dapat diartikan sebagai referent
perpindahan tempat apabila kalimat yang telah ada dilengkapi dengan kata
tambahan lainnya sehingga menjadi “Kapan Tuti datang dari Jakarta?” Sementara
itu agar pertanyaan yang sama tidak menimbulkan ketaksaan makna – jika
referentnya adalah waktu maka mau tidak mau kata kapan harus diganti dengan
kata lainnya agar dapat mengakomodasi informasi yang akan disampaikan si pembicara
yakni: “Jam berapa Tuti sampai di Jakarta?”
5. Penutup
Sinonim dimaksudkan sebagai
variasi penggunaan kata. Kemampuan seseorang untuk menggunakan variasi kata ini
secara baik dan benar menunjukkan keterpelajarannya. Sinonim mencakup wilayah yang
luas seperti sinonim untuk kata sifat, kata benda, kata keterangan maupun kata
kerja. Sinonim yang berada di wilayah kata kerja juga beragam. Salah satunya
adalah kata kerja yang berfungsi menerangkan perpindahan obyek yakni kata pulang.
Sinonim dari kata pulang ini adalah sampai, datang, tiba, kembali dan balik.
Namun demikian ternyata kata-kata tersebut tidak dapat saling dipertukarkan
penggunaannya dalam kalimat sebab meskipun kata-kata tersebut bersinonim
ternyata mereka berasal dari pengelompokan sinonim yang berbeda. Kata datang,
sampai dan tiba berasal dari kelompok sinonim mutlak, kata-kata berikutnya
berasal dari pengelompokan sinonim yang lainnya. Itu sebabnya tidak otomatis
kata-kata yang bersinonim tersebut dapat dipertukarkan.
Pengabaian pada pemenuhan
persyaratan di atas akan berakibat pada ketaksaan makna kata. Ketaksaan makna
kata ini semakin tinggi pemunculannya apabila kata-kata tersebut dibentuk dalam
kalimat tanya dengan menggunakan kata kapan. Secara alamiah kata kapan
dimaksukan untuk menampung maksud penyampaian informasi yang berhubungan dengan
waktu. Namun ternyata informasi tentang waktu ini sendiri masih terbagi dua
yakni yang benar-benar untuk menanyakan waktu dan yang berhubungan dengan
perpindahan obyek atau subyek baik dari satu tempat ke tempat-tempat lainnya
atau dari satu tempat ke tempat lainnya dan kembali lagi ke tempat sebelumnya
obyek atau subyek tersebut berasal.
Oleh karena itu apabila pengguna
bahasa dalam hal ini si pembuat kalimat atau pengujar sekedar mengirim
informasi dalam ranah perpindahan subyek
atau obyek maka kata kapan dapat digunakan tetapi jika berhubungan dengan waktu, kata kapan
tidak lagi dapat digunakan, harus digantikan dengan kata yang lebih tepat
seperti terlihat pada contoh di atas. Berhubung kata kapan berpotensi
menimbulkan ketaksaan makna maka pembuatan kalimat tanya menggunakan kata kapan
harus dibuat selengkap mungkin, mengikuti kaidah tata bahasa Indonesia yang
baik dan benar.
Daftar Pustaka
Cruise, D.
Alan, 2000. Meaning in Language: An Introduction
to Semantics and Pragmatics. New York: Oxford University Press.
Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1996. Kamus
Besar Bahasa Indonesia: Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka.
Hurford, R.
James dan Heasley Brendan, 1983. Semantics:
Course Book. New York: Cambridge University Press.
Prof. Dr. Lince Sihombing, M. Pd. adalah staf
pengajar pada program S1 jurusan Bahasa dan Sastra Inggris FBS UNIMED Medan dan
program S2 prodi Linguistik Terapan Bahasa Inggris (LTBI) Program Pascasarjana
UNIMED Medan. Saat ini menjabat sebagai
sekretaris prodi di LTBI Pascasarjana UNIMED Medan.
No comments:
Post a Comment