MESJID YANG MEMINTA-MINTA
Oleh: Muhammad Saufi Ginting
Perjalanan pergi dan pulang Kisaran-Medan,
kita akan menemukan mesjid-mesjid yang dipinggir jalan lintas "mengganggu
perjalananan" siapa saja. Dengan alasan ingin membangun mesjid yang besar, megah
dan hebat, maka cara ini pun terus dilakukan turun temurun dari satu
generasi ke generasi lainnya, dari satu tempat ke tempat lainnya. Hal ini juga
terjadi dari medan ke Banda Aceh.
Sungguh terasa lemahnya daya pikir
kita dalam menyusun kekuatan untuk membangun islam; membangun mesjid dengan
meminta-minta. Sesungguhya ketika kita meminta sumbangan untuk pembangunan
mesjid, siapa saja bisa memberikan, tapi siapa saja juga bisa mencemooh.
Apalah orang Islam ini, katanya besar, katanya punya kekuatan, tapi membangun rumah ibadahnya saja harus meminta-minta.
Apalah orang Islam ini, katanya besar, katanya punya kekuatan, tapi membangun rumah ibadahnya saja harus meminta-minta.
Sudah saya foto dengan kamera HP, tapi lupa mindahinnya ke laptop. jadi copas gambar saja dari http://www.surabayapagi.com,
Dilain kasus ada juga kita
temukan pengemis, gelandangan yang jadi peminta-minta menggunakan lobe/peci di
kepala bagi yang laki-laki dan mengenakan jilbab bagi perempuan dari mulai anak-anak
hingga orang tua sekalipun. Semua itu identik dengan simbol Islam. Seolah-olah
Islam ini sangat miskin dan tidak memikirkan nasib ummatnya dan sangat jauh
dari konsep rahmatan lil ‘alamin.
Oknum tertentu yang memanfaat
anak-anak dengan membawa kaleng infaq dari satu tempat ke tempat lain dengan
alasan untuk membangun sebuah pesantren dan juga mesjid di daerah tertentu yang
tak jelas keberadaanya. Miris melihat contoh-contoh seperti ini sebenarnya.
Padahal kita bisa melakukan cara
lain dalam mengembangkan mesjid. Misalnya cara yang dilakukan oleh organisasi
Muhammadiyah. Muhammadiyah dalam membangun apapun tak pernah meminta-minta di
jalanan, sebab mereka punya massa sendiri yang bisa di gunakan untuk membantu
pembangunan mesjid, pesantren atau amal usaha. Cukup dengan tabligh akbar atau
pengajian, maka seluruh anggota Muhammadiyah akan berduyun-duyun memberikan
bantuan tunai ataupun berupa pengakuan, jika saat itu tak bisa memberikan
bantuan. Jangan ditanya, dalam sebulan mesjid besar dan megah sudah bisa
dibangun di atas tanah yang luas, dan dalam waktu setengah tahun sudah bisa
ditempati.
Bahkan setelah itu, mesjid inipun
tak mati, sebab dimakmurkan dari keikhlasan orang-orang yang ingin mendekatkan
diri pada Allah. Sekarang dimanakah mesjid kita yang tak meminta-minta itu? Apa
yang harus kita lakukan?
No comments:
Post a Comment