Berdasarkan data Direktorat Jenderal Penyakit Tidak Menular
Kementerian Kesehatan, sebelum tahun 1995 prevalensi remaja terhadap rokok
hanya tujuh persen. Pada 2010 naik menjadi 19 persen. 54,1 persen orang di atas
usia 15 tahun merokok dan 43,3 persen dari jumlah keseluruhan perokok mulai
merokok pada rentang usia 14-19 tahun. Di dunia internasional, jumlah perokok
di Indonesia menempati peringkat lima di bawah China, AS, Jepang, dan Rusia.
S
|
alah satu bentuk
keseriusan Muhammadiyah dalam mendukung upaya gerakan hidup sehat dan selaras
dengan tema hari kesehatan nasional ke-47 yang jatuh pada 12 November 2011
lalu, adalah dengan menegaskan bahwa seluruh lingkungan Muhammadiyah baik
kantor, amal usaha, fasilitas, dan forum Muhammadiyah harus terbebas dari asap
rokok. Penerapan tersebut diberlakukan sesuai Pasal 115 UU No 35/2009 tentang
penerapan Kawasan tanpa Rokok. Pemberlakuan ini bukan
berarti melarang kebiasaan merokok atau melarang budi daya tanaman tembakau di
masyarakat. Akan tetapi, mengimbau perokok untuk mengikuti aturan dalam
undang-undang kesehatan.
Hal positif ini juga didukung dengan sebuah penelitian terbaru yang
dilakukan oleh Institute for Social and
Economic Research di Essex University, dan dirilis dirilis laman
dailymail.co.uk, Sabtu, (05/03/2012) lalu. tentang remaja yang tidak merokok
secara signifikan lebih mungkin lima kali lebih bahagia, dibanding para
penikmat rokok. Kebiasaan merokok tak hanya mempengaruhi kesehatan secara fisik
saja, tetapi juga secara kejiwaan. Selain lebih memungkinkan tidak bahagia,
remaja yang hobi merokok lebih rentan terjerumus dalam tindak kekerasan.
Sementara skor
kebahagiaan paling tinggi diperoleh para remaja yang rajin makan sayur dan
buah-buahan. Gaya hidup yang juga meningkatkan kebahagiaan menurut penelitian
tersebut antara lain rajin olahraga, serta mengurangi konsumsi keripik, soda
dan makanan bergula.
Dr Cara Brooker yang
memimpin penelitian tersebut mengatakan, kecenderungan ini teramati konsisten
bahkan ketika disesuaikan dengan faktor lain seperti status ekonomi sosial dan
tingkat pendidikan orangtua. Artinya hasil penelitian ini diyakini dapat
mewakili populasi remaja pada umumnya.
Walau yang menjadi subjeknya anak usia 10-15 tahun, tapi tak
menutup kemungkinan bahwa kebahagian itu akan mejangkit kepada kita yang sudah uzur
ini. Lihat saja buktinya, hasil survei sosial-ekonomi Badan Pusat Statistik
(BPS) menunjukkan, biaya konsumsi rokok rumah tangga menempati urutan kedua
setelah beras. Ini memprihatinkan mengingat masih banyak keperluan lain dalam
hidup yang lebih penting. Jadi, seandainya kita bebas dari rokok, sudah barang
tentu akan lebih bahagiakan? >>>Saufi Ginting.
No comments:
Post a Comment