6. Lahirnya Daerah dan
Pimpinan Daerah Muhammadiyah Asahan
a. Keadaan Kabupaten Asahan
Setelah Indonesia merdeka tanggal 17
Agustus 1945, kekuasaan Jepang berakhir di Indonesia, termasuk di Kabupaten
Asahan. Mulai tanggal 15 Maret 1946 berlakulah Struktur pemerintahan Indonesia
di Kabupaten Asahan dan wilayah Asahan dipimpin seorang Kepala Wilayah dan seorang wakil kepala
wilayah. Kepala Wilayah Asahan yang pertama adalah Bapak Abdullah Eteng
sedangkan wakilnya Bapak Sori Harahap. Pada konferensi Pamongpraja se
Kresidenan Sumatera Timur, bulan Juni 1946 diadakan penyempurnaan struktur
pemerintahan, yaitu:
-
Sebutan
wilayah Asahan di ganti dengan Kabupaten Asahan, dan sebutan kepala wilayah
diganti dengan sebutan Bupati, wakil kepala wilayah diganti dengan Patih.
-
Kabupaten
Asahan dibagi menjadi 15 (lima belas) kecamatan yang dikelompokkan 5 (lima)
Kewedanan.
Berdasarkan keputusan DPRD.GR Tk.II Asahan No.
3/DPR.D-GR/1963 tanggal 16 Februari 1963 diusulkan Ibukota Kabupaten Asahan di
Pindakan dari Kota Madya Tangjung Balai ke Kota Kisaran. Realisasinya baru pada
tanggal 20 Mei 1968 yang diperkuat dengan peraturan pemerintah No. 19 tahun
1980, lembaran Negara tahun 1980 No. 28, tambahan LN no. 3166.
Dari mulai berdirinya Kabupaten Asahan sampai
sekarang telah dipimpin oleh Bupati, Pj. Bupati/Plh. Bupati sebanyak 17 Orang.
Bupati pertama adalah Abdullah Eteng, sedangkan bupati saat ini (tahun 2009
Bupati ke 17) adalah Bapak Drs. H. Risuddin. Beliau telah menjabat dua periode
mulai tanggal 8 Agustus 2005 dan akan berakhir tahun 2010. waktu pembentukan
daerah Muhammadiyah Asahan tahun 1966, Kabupaten Asahan dipimpin oleh Bapak
Abdul Manan Simatupang, Bupati Asaan ke 5 (11-5-1966 s.d 31-1-1979).
a. Pembentukan Daerah dan
Pimpinan Daerah Muhammadiyah Asahan
Seperti disebut di atas, Muktamar Muhammadiyah ke
36 bulan Agustus 1965 di Bandung merupakan tonggak baru sejarah perkembangan
Muhammadiyah. Muktamar tersebut merubah AD-ART Muhammadiyah khusus yang
menyangkut struktur organisasi. AD-ART baru itu menghapus jabatan konsul di
tingkat Kresidenan diganti dengan pembentukan Daerah dan Pimpinan Daerah
ditingkat Kabupaten dan Kota Madya, bagi yang telah memenuhi persyaratan.
Demikian juga, sebelumnya ada perwakilan perwakilan Pimpinan Pusat disetiap
Propinsi dihapus, diganti dengan Pimpinan Wilayah di Setiap Provinsi, termasuk
di Sumatera Utara.
Akan tetapi pelaksanaannya di lapangan tidak
segera terlaksana, akibat terjadinya malapetaka Nasional peristiwa G.30.S/PKI
pada hari Jum’at pagi (dini hari) tanggal 30 September 1965. Perhatian segenap
bangsa Indonesia termasuk keluarga besar Muhammadiyah tertuju kepada tragedy
itu. Bangsa Indonesia terutama Ummat Islam, sejak PKI diikutkan Presiden
Soekarno dalam susunan kabinet pasca pemilu 1955, sudah amat geram melihat
tingkah polah PKI. Ditambah lagi setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan persitiwa-peristiwa sesudahnya. Sikap PKI
semakin membuat gemas dan marah ummat Islam Indonesia dan Komponen Bangsa
lainnya yang anti Ideologi Marxisme-Leninisme. Tidak heran kalau kebangkitan
dan kemarahan spontan bangsa Indonesia dan ummat Islam Indonesia menumpas dan
mengganyang G.30.S/PKI itu begitu dahsyat dan serempak di seluruh penjuru tanah
air. Selain kegeraman dan kebencian bangsa Indonesia terhadap G.30.S/PKI itu
ditambah pula mereka telah menculik dan membunuh secara sadis petinggi TNI-AD
baik di Jakarta maupun di Yogyakarta. Korban pembunuhan G.30.S/PKI dikenal dengan sebutan pahwalan
Revolusi yang terdiri dari:
1. Letnan Jendral Ahmad Yani, menteri
panglima Angkata Darat.
2. Mayor Jendral R. Soeprapto, Deputi II
Men/Pangad.
3. Mayor Jendral Haryono MT, Deputi III
Men/Pangad.
4. Mayor Jendral S. Parman Asisten I
Men/Pangad.
5. Brigadir Jendral D.I. Panjaitan, Asisten
IV Men/Pangad.
6. Brigadir Jendral Soetoyo Siswomiharjo,
Inspektur Kehakiman Angkatan Darat.
7.
Letnan Satu
Pierre Andreas Tandean, Ajudan Menko Hamkam/Kasad Jendral AH. Nasution;
selain itu tewas pula Brigadir Polisi Karel Satsuit Tubun, Pengawal rumah wakil
Perdana Mentri DR. J. Leimenda.
Di Yogyakarta yang jadi korban G.30.S/PKI itu adalah:
1. Kolonel Katamso Dharmokusumo, Komanda
Korem 072/Yogyakarta.
2. Letnan Kolonel Sugiyono Mangunwiyoto,
Kepala Staf Korem 072/Yogyakarta.
Dari angkatan muda Muhammadiyah Yogyakarta, gugur
dua orang pelajar Muhammadiyah/ tokoh IPM yaitu Margono dan Arismunandar. Kedua
tokoh muda Muhammadiyah itu dibunuh secara sadis, beberapa saat setelah PKI
membunuh Kolonel Katamso dan Letkol. Sugiyono.
Muhammadiyah pada bulan
Nopember 1965 mengadakan pertemuan Nasional di Jakarta. Hadir pada pertemuan
itu segenap jajaran PP. Muhammadiyah dan PP. Pemuda Muhammadiyah ditambah
utusan Propinsi dari seluruh Indonesia. Dari Sumatera Utara hadir bapak N.D.
Pane dan Saudara O.K. Kamil Hisyam, mewakili Pemuda Muhammadiyah. Pertemuan
Nasional itu melahirkan keputusan antara lain:
-
Melahirkan
fatwa “mengganyang G.30.S/PKI adalah ibadah”.
-
Membentuk
Komando Kesiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah disingkat KOKAM.
- Menunjuk Bapak Kolonel H. Projokusimo,
seorang perwira TNI-AD dari Mabes TNI-AD menjadi komandan Kokam. Beliau
adalah tokoh Muhammadiyah.
Kokam
inilah barisan terdepan Muhammadiyah diseluruh Indonesia dalam melakukan
penumpasan terhadap G.30.S/PKI, termasuk di Sumatera Utara dan Kabupaten
Asahan. Di Sumatera Utara tampil
saudara Dalmi Iskandar, Belakangan beliau tokoh yang berjasa membangun UMSU dan
mengembangkannya menjadi perguruan tinggi Swasta yang besar di Sumatera Utara.
Di Asahan tampil Saudara Sudirman (Utang), Syahren Dalimunte, dan lain-lain.
Pada bulan Desember 1965
Muhammadiyah Sumatera Utara menggelar konferensi yang pertama di Sidorame.
Hasilnya menetapkan peleburan Daerah Muhammadiyah Sumatera Timur dan Daerah
Muhammadiyah Tapanuli menjadi wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara. Sekaligus
menetapkan Bapak N.D Pane sebagai ketua. Pertemuan di Sidorame itu akan
ditindak lanjuti dengan pertemuan berikutnya, yang akan diselenggarakan di Aek
Loba-Kabupaten Asahan.
Untuk menghadapi pertemuan
di Aek loba itu, pada awal tahun 1966 cabang-cabang Muhammadiyah di Asahan atas
prakarsa Bapak AH. Syahlan ketua cabang Muhammadiyah Tg. Balai mengadakan
pertemuan di Kisaran. Pertemuan di Kisaran mempersiapkan bahan dan pemikiran
menghadapi pertemuan di Aek Loba. Masalahnya ialah ketika itu setelah pertemuan
Sidorame, tokoh-tokoh Muhammadiyah Kabupaten Labuhan Batu yang disponsori Bapak
A. Manan Malik menggusulkan agar Muhammadiyah Asahan dan Labuhan Batu membentuk
satu daerah dan satu kepemimpinan Muhammadiyah yaitu Daerah Asahan Labuhan
Batu, disingkat “Aslab”. Memang diawal revolusi kemerdekaan dulu pernah muncul
wacana, setidaknya dalam “sebutan” tentang Aslab itu. Pertemuan cabang-cabang
Muhammadiyah di Kisaran membuat beberapa rumusan, antara lain:
a. Tidak menerima gagasan pembentukan
kepemimpinan Aslab.
b.
Mengusulkan/merealisasikan
pembentukan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Asahan, sesuai keputusan Mu’tamar
Muhammadiyah di Bandung tahun 1965, yang dituangkan dalam AD-ART Muhammadiyah. Calon
ketua dari PDM. Asahan Bapak AH. Syahlan.
c.
Mengirim utusan ke pertemuan Aek Loba, antara lain:
- Dari Tanjung Balai: Bapak AH. Syahlan, Ahmad
Kamis dan Salman HS.
- Dari
Kisaran: Bapak HM. Noor, Bgd. Sutan, AH. Zein Butar-Butar. Saudara Sahmuda
Sagala hadir dan sekaligus membawa pasukan drumband (PGT) Pemuda Muhammadiyah
Kisaran.
c. Pertemuan
Muhammadiyah Sumatera Utara di Aek Loba
Sayang sekali, tanggal dan bulan
pelaksanaan pertemuan Aek Loba tidak ditemukan dokumentasinya. Baik diarsip PDM
Asahan maupun arsip Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara. Namun menurut
ingatan salah seorang tokoh Muhammadiyah Asahan, H. Sahmuda Sagala maupun ingatan Bapak Ishaq Jar–Sekretaris
Wilayah Muhammadiyah Suumatera utara ketika itu (1966), pertemuan di Aek Loba
itu diselenggarakan masih di awal tahun 1966. Satu informasi lainnya diperoleh
dari ibu Aminah Muhammad, beliau ketika itu menjabat sebagai ketua Nasyiatul
‘Aisyiyah (NA) Cabang Aek Loba. Beliau aktif dalam kepanitiaan bersama ibu
‘Aisyiyah Aek Loba. Pada saat penulisan naskah buku ini, beliau dalam keadaan
sakit dan berobat di tempat saudaranya di Jawa Barat. Pada hari senin tanggal
13 April 2009 09.10 pagi, H. Sahmuda Sagala mengadakan pembicaraan
melalui telepon dengan beliau. Dalam pembicaraan melalui telepon itu beliau
menjelaskan antara lain:
a.
Musyawarah Muhammadiyah di Aek Loba
waktu “Liburan Sekolah” beberapa bulan sebelum saya menikah.
b.
Saya
menikah pada bulan September 1966.
c.
Tempat
penginapan peserta musyawarah adalah seluruh SR Negeri di Aek Loba yang sedang
libur.
Pada tahun enam puluhan itu, SR/Sekolah Negeri
mempergunakan libur tri wulan (tiga bulan sekali). Berdasarkan keterangan Ibu
Aminah Muhammad di atas, diduga pelaksanaan Musyawarah di Aek Loba itu (1966)
berkemungkinan:
a. Pada libur tri wulan III
tahun pelajaran 1965/1966 bulan Maret atau April 1966; atau
b. Pada libur akhir tahun/ tahun kenaikan kelas, bulan Juli 1966.
H. Sahmuda Sagala cendrung pada libur tri wulan
tiga bulan Maret/April 1966. Pertimbangannya adalah ungkapan Ibu Aminah
Muhammad di atas yang menyatakan: …beberapa bulan sebelum saya menikah, saya
menikah bulan September 1966. Kalau bulan Juli ke bulan September 1966 itu
hanya dua bulan lebih. Tapi kalau bulan Maret/April ke bulan September 1966 benarlah
beberapa bulan.
Menurut penjelasan Bapak Ishaq Jar, Sekretaris
Pimpinan Muhammadiyah Sumatera Utara (1966), Musyawarah Muhammadiyah di Aek
Loba itu sudah membawa nama Muhammadiyah Sumatera Utara yang ditetapkan pada
Konferensi di Sidorame-Medan bulan Desember 1965 itu. Musyawarah di Aek Loba
itu dihadiri utusan Muhammadiyah Sumatera Utara, baik dari bekas Kresidenan
Sumatera Timur, maupun dari bekas Kresidenan Tapanuli. Pimpinan/tokoh
Muhammadiyah Sumatera Utara yang hadir ketika itu:
1.
Bapak HM. Bustami Ibrahim;
2.
Bapak ND. Pane;
3.
Bapak H. Jamangarap. S;
4.
Bapak A. Mukti, SH;
5.
Bapak Ishaq Jar; dan
6.
Saudara OK. M. Kamil Hisyam
Dari Tapanuli
hadir utusan satu bus besar “Sibual Buali” dipimpin oleh Bapak Yahya Siregar.
Konsul terakhir Muhammadiyah Tapanuli dan tokoh-tokoh lainnya, diantaranya
Bapak Ruhum Harahap.
Penyelenggara
Musyawarah adalah Pimpinan Muhammadiyah Cabang Aek Loba dibantu pmpinan Ortom
yang ada terutama ‘Aisyiyah, NA, dan Pemuda Muhammadiyah Cabang Aek Loba waktu itu
dipimpin oleh: Abdul Manaf (ketua), Tapanuli
Siregar (Sekretaris), dan Pulungan (Bendahara). Musyawarah dimeriahkan atraksi
Drum Band (PGT) Pemuda Muhammadiyah Kisaran yang mulai bangkit dan tenar di
Sumatera Utara. Musyawarah Muhammadiyah Sumatera Utara di Aek Loba itu
mengambil beberapa keputusan:
d.
Pembentukan Daerah
Muhammadiyah Kabupaten atau Kota Madya yang telah memenuhi persyaratan, yaitu
minimal ada tiga cabang.
e.
Membentuk Pimpinan
Daerah Muhammadiyah di Kabupaten atau Kota Madya.
f.
Mengukuhkan pendirian
Daerah Muhammadiyah yang telah memenuhi persyaratan ketika itu, antara lain:
-
Daerah Muhammadiyah
Kota Madya Medan.
-
Daerah
Muhammadiyah Tapanuli Selatan.
-
Daerah Muhammadiyah
Kabupaten Asahan dan Kota Madya Tanjung Balai.
-
Daerah Muhammadiyah
Kabupaten Labuhan Batu.
Ketika itu Daerah Muhammadiyah Kabupaten Asahan
dan Kota Madya Tanjung Balai dideklarasikan utusan cabang-cabang Muhammadiyah
se-Kabupaten Asahan dan Kota Madya Tanjung Balai berdasarkan rumusan pertemuan
sebelumnya. Mengumumkan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Asahan dan Kota Madya Tg.
Balai:
Ketua : AH.
Syahlan
Wkl. Ketua : AH. Zein
Butar Butar
Wkl. Ketua : Bgd.
Sutan (Kisaran)
Sekretaris : Salman
HS (Tg. Balai)
Wkl. Sekretaris : Amiruddin
Hasibuan (Tg. Balai)
Bendahara : Ahmad Kamis
Sirait (Tg. Balai)
Anggota : 1. H.M.
Noor (Kisaran)
2. H. Muallim Manggus (Tg. Balai)
3.
H. Nawi Syahlan (Tg. Balai)
Pada waktu itu juga dinyatakan berdiri Orto tingkat Daerah:
a.
‘Aisyiyah
Daerah Asahan
Ketua : H. Milka Nurdin
Sekretaris :
Zakinah Usman
b. Nasyiatul ‘Aisyiyah Daerah
Asahan
Ketua : Zakinah
Usman
Sekretaris : Ikrimah
c. Pemuda Muhammadiyah Asahan
Ketua : Salman HS
Sekretaris : Rusydi Syukur
Adapun Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Komisariat Asahan/ Kodya Tg. Balai, sudah berdiri sejak bulan Januari 1966 atas
dorongan Bapak Muhammad Nur Rizali, SH dan Saudara OK. Muhammad Kamil Hisyam
dari Medan. Diantara pimpinannya ketika itu:
Ketua : Sahmuda Sagala
Sekretaris : Muhammad Yakub
Tanjung
Bendahara : Mawarni Syahlan
Ketika Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI)
Kabupaten Asahan dibentuk, IMM Komisariat Kabupaten Asahan dan Kota Madya Tg.
Balai turut menjadi sponsor bersama rekan-rekan dari HMI, PMII dan HIMMAH. Di
KAMMI Komisariat Asahan/Tg. Balai dari IMM turut pada posisi:
Ketua Presedium : Sahmuda
Sagala
Sekretaris Umum : Muhammad
Yakub Tanjung
Daerah Muhammadiyah Asahan ketika itu meliputi:
- Kota Madya Tg. Balai
- Kabupaten Asahan, termasuk wilayah Batubara.
Pimpinannya disebut Pimpinan Muhammadiyah Daerah
Asahan/Kodya Tg. Balai. Alamat Sekretariat: Jl. Taqwa Tanjung Balai Asahan
(Rumah Bapak AH. Syahlan).
Adapun Cabang
pendukungnya:
1. Cabang Muhammadiyah Kisaran berdiri tahun
1929;
2.
Cabang Muhammadiyah Tg. Balai Berdiri tahun 1930;
3. Cabang Muhammadiyah Indrapura, beridiri
tahun 1931;
4. Cabang Muhammadiyah Aek Loba, berdiri
tahun 1950.
Belakangan Cabang-cabang Muhammadiyah di Kabupaten
Asahan berkembang. Ada merupakan pembentukan baru atas dasar musyawarah
ranting-ranting yang ada, ada pula yang merupakan pemekaran dari sebuah cabang yang wilayah pembinaannya terlalu
luas. Adapun cabang-cabang tersebut adalah:
1.
Cabang Muhammadiyah Tanjung Tiram, yang aktif kembali
tahun 1967.
2.
Cabang Muhammadiyah Air Joman, berdiri tahun 1983.
3.
Cabang Muhammadiyah Bandar Pulau, berdiri tahun 1993.
4.
Cabang Muhammadiyah Meranti, berdiri tahun 1996.
5. Cabang Muhammadiyah Kisaran Timur, berdiri
tahun 1996.
6.
Cabang Muhammadiyah Lubuk Palas, berdiri tahun 2001.
7.
Cabang Muhammadiyah Bagan Asahan, berdiri tahun 2002.
8.
Cabang Muhammadiyah Simpang Empat, berdiri tahun 2004.
9.
Cabang Muhammadiyah Lima Puluh, berdiri tahun 2008.
6. Pemekaran Daerah
Muhammadiyah Asahan
Sewaktu Daerah dan Pimpinan Daerah Muhammadiyah
Asahan dibentuk tahun 1966, wilayahnya meliputi Kabupaten Asahan termasuk
Batubara dan Kota Madya Tg. Balai. Ketika itu dalam Kota Madya Tg. Balai masih
terdapat satu Cabang Muhammadiyah yaitu Cabang Muhammadiyah Tg. Balai yang
didukung beberapa Ranting. Jadi tidak memenuhi syarat pembentukan Daerah
sendiri. Seiring perekembangan dan
peredaran waktu, untuk efektifitas pelaksanaan gerakan da’wah Islam di Kodya
Tg. Balai, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara periode 1995-2000
menempuh kebijakan untuk melakukan pemekaran Muhammadiyah dibeberapa
Kabupaten/Kota Madya. Kebijakan PW. Muhammadiyah Sumatera Utara itu di sahuti
oleh PD. Muhammadiyah Asahan di bawah pimpinan; Salman HS., (Ketua), Aznal AS.,
(Sekretaris) terjadilah pemekaran.
a.
Pemekaran
Pertama: Pembentukan Daerah Muhammadiyah Tg. Balai.
Tanggal 26 Desember 1996 dilaksanakanlah Musyda I
Muhammadiyah Tg. Balai dengan agenda utama membentuk Daerah Muhammadiyah Kota
Madya Tg. Balai. Diantara Pimpinan terpilih waktu itu Abdul Hakim Sarman
(ketua), Jufri Sahlan (Sekretaris), dan Aminuddin (Bendahara).
Daerah Muhammadiyah Tg. Balai didukung
oleh:
- Cabang
Muhammaadiyah Tg. Balai (tahun 1930)
- Persiapan Cabang Muhammadiyah Teluk Nibung;
dan
- Persiapan Cabang Muhammadiyah Datuk Bandar.
Dengan semua Ranting Muhammadiyah yang ada dalam Kota Madya Tg. Balai
berikut semua amal usahanya.
Berbeda halnya dengan ‘Aisyiyah Daerah Tg. Balai,
mereka mengajak beberapa Ranting ‘Aisyiyah di pinggiran kota Tg. Balai yang
masuk wilayah Kabupaten Asahan untuk bergabung dengan Daerah ‘Aisyiyah Kota
Madya Tg. Balai. Ranting-ranting itu ialah:
- Ranting ‘Asiyiyah Bandar Jawa.
- Ranting ‘Asiyiyah Pematang Tanah Seribu;
- Ranting ‘Asiyiyah Pematang Sei Baru.
b.
Pemekaran Kedua: Pembentukan Daerah Muhammadiyah
Kabupaten Batubara.
Gouverments
Besluit No. 2 tahun 1867 tanggal 30 September 1867 tentang pembentukan
Afdeling Asahan yang berkedudukan di Tg. Balai menetapkan pembagian wilayahnya
menjadi 3 (tiga), salah satunya ialah Onder Afdelling Batubara. Wilayah
pemerintahan datuk-datuk di Batubara dibagi menjadi wilayah Self Bestur
yaitu:
- Self Bestur Indrapura;
- Self Bestur Lima Puluh
- Self Bestur Pesisir; dan
- Self Bestur Suku Dua
(Bogak dan Lima Laras).
Ketika
struktur pemerintahan Republik Indonesia berlaku di Asahan mulai tanggal 15
Maret 1946, wilayah Asahan dibagi atas 5 (lima) kewedanan, dua kewedanan terdapat
di Batubara, yaitu:
- Kewedanan Barubara Utara
- Kewedanan Batubara Selatan
Berdasarkan keputusan Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I Sumatera Utara No. 138/814.KJ tahun 1993 tanggal 5 Maret 1993
dibentuk 3 perwakilan kecamatan di Asahan, masing-masing:
- Perwakilan Kecamatan Sei Suka di Kecamatan
Air Putih (Batubara).
- Perwakilan Kecamatan Sei Baleh di
Kecamatan Tg. Tiram.
- Perwakilan Kecamatan Aek Kuasan di
Kecamatan Pulau Rakyat.
Berdasarkan SK
Bupati Asahan No. 323 tanggal 20 September 2000 dan Perda Kabupaten Asahan No.
28 tanggal 19 September 2000 menetapkan ketiga Kecamatan perwakilan tersebut di
atas menjadi kecamatan definitif. Dua kecamatan terletak di wilayah Batubara.
Dengan demikian di Batubara telah terdapat tujuh kecamatan, yaitu: Kecamatan
Talawi, Kecamatan Tg. Tiram,
Kecamatan Lima Puluh, Kecamatan Air Putih, Kecamatan Medang Deras, Kecamatan
Sei Suka dan Kecamatan Sei Baleh.
Dinamika politik masyarakat Batubara mengalami
perkembangan pesat. Tokoh-tokoh Masyarakat Batubara baik yang berada di dalam
maupun di luar wilayah termasuk di Jakarta mencetuskan dan memperjuangkan
keinginan agar wilayah Batubara menjadi Kabupaten, terlepas dari Kabupaten
Induk-Kabupaten Asahan. Perjuangan mereka cukup alot dan memakan waktu yang
relatif lama. Perjuangan itu sudah muncul dan mencuat sejak awal periode
kepemimpinan Drs. H. Risuddin sebagai Bupati Asahan. Perjuangan tersebut baru
berhasil pada periode kedua kepemimpinan Drs. H. Risuddin sebagai Bupati Asahan
pertengahan tahun 2007. Terbitlah UU. No. 5 tahun 2007 tanggal 15 Juni 2007
tentang pembentukan Kabupaten Batubara sebagai pemekaran dari Kabupaten Asahan.
Kabupaten Asahan terdiri dari 13 Kecamatan, sedang Kabupaten Batubara terdiri
dari 7 Kecamatan.
Di wilayah Kabupaten Batubara telah terdapat
organisasi Muhammadiyah yang berdiri sejak zaman Belanda, yaitu:
1.
Cabang Muhammadiyah
Indrapura beridiri tahun 1931, dengan Ranting-ranting pendukungnya: Ranting
Indrapura, Ranting Desa Aras, Ranting Simodong, dan Ranting Kuala Tanjung.
2.
Cabang Muhammadiyah
Tg. Tiram (1932) diaktifkan kembali tahun 1967 dengan ranting pendukungnya:
Ranting Tg. Tiram, Ranting Desa Sukamaju, Ranting Bogak, Ranting Sei Baleh dan
Ranting Sukaramai.
Setelah Kabupaten Batubara resmi beridri serta
dilengkapi dengan perangkat pemerintahannya, Pimpinan Daerah Muhammadiyah
Asahan, segera mengambil langkah-langkah kearah terbentuknya Daerah
Muhammadiyah Kabupaten Batubara. Langkah-langkah itu antara lain:
1.
Mengadakan
Pertemuan dengan Cabang dan Ranting yang ada di Kabupaten Batubara, mendorong
agar keluarga Muhammadiyah siap dimekarkan menjadi Daerah Muhammadiyah
Batubara.
2.
Pimpinan
Daerah Muhammadiyah Asahan mengupayakan pembentukan Cabang baru yaitu Cabang
Muhammadiyah Lima Puluh yang didukung Ranting Muhammadiyah Purwodadi, Ranting
Muhammadiyah Simpang Gambus, Ranting Muhammadiyah Simpang Dolok, dan Ranting
Muhammadiyah Parupuk. Cabang Muhammadiyah Lima Puluh resmi berdiri sesuai
dengan SK yang diterbitkan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara No.
09/Kep/II.O/D/2008 tanggal 14 Februari 2008. Dengan demikian persyaratan
Mendirikan Daerah Muhammadiyah Batubara telah terpenuhi.
3.
Menetapkan dalam
program kerja PDM ASahan tahun 2008 pembentukan PDM. Batubara menjadi
prioritas.
4.
Mengadakan
Musyawarah Daerah I Muhammadiyah Barubara di Indrapura. Musyawarah menyetujui
pembentukan Daerah Muhammadiyah Batubara dan memilih pimpinannya. Musyawarah
menetapkan ketua PDM. Batubara
saduara Jamaluddin Pelka.
5.
PDM Asahan
melakukan proses pengajuan pembentukan Daerah Kabupaten Batubara kepada PP.
Muhammadiyah serta penetapan Pimpinan Daeah Muhammadiyah Kabupaten Batubara
kepada PW. Muhammadiyah Sumatera Utara, sesuai dengan AD Muhammadiyah pasal 10
ayat 1 dan pasal 13 ayat 2 dan 3. untuk itu PDM Asahan menerbitkan Surat
Rekomendasi No. 041/III.0/B/2008 tanggal 05 Jd. Awwal 1429 H/ 11 Mei 2008 yang
dikirim kepada PP. Muhammadiyah Yogyakarta melalui Pimpinan Wilayah
Muhammadiyah Sumatera Utara. PP. Muhammadiyah Menerbitkan SK. Pengesahan
Pendirian Daerah Muhammadiyah Kabupaten Batubara, No. 101/Kep/I.0/B/2008
tanggal 01 Rajab 1429 H/ 14 Juli 2008 M. Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera
Utara menerbitkan SK. No. 20/Kep/II.0/2008 tanggal 29 Jd. Awwal 1429 H/04
Juni 2008.
6.
Berdasarkan SK PP.
Muhammadiyah dan SK. PWM Sumatera Utara tersebut di atas dilaksanakanlah
peresmian dan pelantikan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Batubara pada hari Ahad
tanggal 24 Agustus 2008 bertempat di Lapangan Bola Pekan Indrapura. Pelantikan
dilakukan oleh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara dan dihadiri
pejabat Pemkab Batubara.
Daerah Muhammadiyah Batubara di dukung Cabang dan Ranting:
- Cabang Muhammadiyah Indrapura dengan 4 Ranting
- Cabang Muhammadiyah Tg. Tiram dengan 5 Ranting
- Cabang Muhammadiyah Lima puluh dengan 4 Ranting
Adapun Daerah Muhammadiyah
Asahan mengelola 9 Cabang dan 59 Ranting Muhammadiyah yang tersebar di berbagai
kecamatan dan pelosok Desa.
7. Pelaksanaan
Musyawarah Daerah dan Para Ketua PDM Asahan
Sejak pendeklarasian berdirinya Daerah
Muhammadiyah tahun 1966 di Aek Loba sampai saat ini Musyawarah Daerah (Musyda)
telah diselenggarakan sebanyak sebelas kali:
1.
Musyda I tahun 1966
di Aek Loba pengukuhan Bapak AH. Syahlan sebagai ketua.
2.
Musyda II tahun
1969 di Tg. Balai
ketua terpilih AH. Syahlan.
3.
Musyda III tahun
1972 di Tg. Balai, Ketua terpilih Bapak AH. Syahlan. Bulan Mei 1975 Bapak AH.
Syahlan Wafat, beliau jatuh sewaktu baru memulai pidatonya saat memberi
bimbingan pada resepsi Milad Pemuda Muhammadiyah di Kisaran, kemudian beliau
digantikan Bapak AH. Zein
Butar Butar.
4.
Musyda IV tahun
1975 di Kisaran mengukuhkan Bapak AH. Zein Butar Butar sebagai ketua. Tanggal
22 Juli 1976 Bapak AH. Zein Butar Butar wafat, digantikan Bapak Ali Oesman
Hasibuan sebagai pejabat ketua.
5.
Musyda V tahun 1979
di Tg. Balai ketua terpilih Bapak H. Jamarin.
6.
Musyda VI tahun 1986 di Tg. Tiram, ketua terpilih Bapak A. Muis
Amin.
7.
Musyda VII tahun 1990 di Lubuk Palas, ketua
terpilihj Bapak A. Muis Amin. Tahun 1994 Bapak A.
Muis Amin wafat, digantikan Bapak Masrul BR.
8.
Musyda VIII tahun
1996 di Kisaran, ketua terpilih Salman HS.
9.
Musyda IX tahun
2001 di Kisaran, ketua terpilih Bapak Sahmuda Sagala.
10.
Musyda X tahun 2006
di Kisaran ketua terpilih Sutrisno, S. Sos.
11.
Musyda XI tahun
2010 di Kisaran, terpilih kembali Sutrisno, S. Sos.
Dengan demikian para ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah
Asahan sejak tahun 1966 sampai saat ini adalah:
1.
Bapak AH. Syahlan (1966-1975)
2. Bapak AH. Zein Butar-Butar (1975-1976)
3.
Bapak Ali Oesman Hasibuan (PJ. 1976-1979)[1]
4.
Bapak H. Jamarin (1979-1986)
5.
Bapak A. Muis Amin (1986-1994)
6.
Bapak Masrul BR (1994-1996)
7.
Bapak Salman HS (1996-1998)
8.
Bapak Sahmuda Sagala (1998-2006)
9. Bapak Sutrisno, S. Sos (2006-Sekarang)
Adapun yang menjabat sebagai sekretaris PDM
Asahan, ialah: Salman HS. (1966-1976), Sahmuda Sagala (1976-1986), Aznal
AS (1986-1998), Bakhtiar, SH (1998-2001), Sutrisno, S. Sos (2001-2006), Sugiran,
SL. (2006-2010), dan Bakhtiar, SH., M.M. (2010-sekarang).
No comments:
Post a Comment