Tuesday, January 1, 2013

LAMPU SENTIR DAN LAMPU PATROMAK


LAMPU SENTIR DAN LAMPU PATROMAK



Saya terlahir dari keluarga sederhana, tak pernah menikmati lampu dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) sejak lahir hingga kelas satu SMP. Jika menjelang malam, maka kami –saya, abang, dan kakak- ditugaskan oleh mamak untuk bergantian setiap sorenya memasang lampu sentir yang dibuat oleh Ayah dari limbah kaleng cat minyak kecil, dan diberi muncung di atas tutupnya dengan gulungan seng tau kaleng, kemudian dicucukkan sumbu kompor antara muncung tadi sampai ke dalam kaleng sehingga bisa menghisap minyak tanah tanah sebagai tenaganya. Jika sudah pagi menjelang, maka kewajiban utama sebelum berangkat sekolah adalah terlebih dahulu membersihkan lobang hidung kami dengan handuk agar terbebas dari warna hitam bekas asap lampu. Untuk di ruang tengah, maka sudah menjadi tugas ayah yang memasang lampu patromak.
Jika ayah akan memasang lampu patromak, maka saya, dua abang dan kakak saya akan berkumpul untuk melihat cara memasangya. Pertama ayah meletakkan petromax di lantai. Mengangkat kacanya, menuangkan spiritus pada mangkuk logam di dalamnya, dan menyalakannya dengan korek api, kemudian biarkan sebentar. Spiritus akan membakar kaos lampu sebelum lenyap menjadi gas, menghasilkan  pijar di kaos lampu seperti bohlam. Kemudian, petromax akan menyala terang dan berbunyi zheeeeeeng… lembut. Itulah tanda  petromax telah menyala sempurna. Untuk mempertahankan agar pijar petromax itu terus menyala terang, petromax harus dipompa. Tekanan udara hasil pemompaan inilah yang digunakan meniupkan uap minyak tanah ke arah kaos lampu agar terus berpijar.
Setiap kali  cahayanya meredup dan bunyi zheeeng melemah, abang atau ayah saya akan memompa kembali. Kadang-kadang mamak juga melakukan tugas itu.
Berbicara sejarah lampu patromak, sesungguhnya lampu ini disebut juga lampu tekan atau pompa yang ditemukan oleh Max Graetz pada tahun 1900, dan tahun 1916 dipatenkan menjadi merek dagang resmi kemudian beredar ke seluruh dunia. Petromax berasal dari  gabungan kata Petroleum (minyak) dan Max sang penemu.
Hmmm…sekarang kita sudah di era kemajuan. Bahkan hari ini, saya sudah mengetikkan kisah ini melalui laptop saya. Semoga tidak hanya sekedar kenangan…
Kisaran, 31 Desember 2012

2 comments:

http://nenihartati.blogspot.com said...

jadilah,yang penting bisa dicucukkan bang..

Saufi G (LITERASI ASAHAN) said...

hehehe...apanya lagi yang mau dicucukkan?