Wednesday, May 30, 2012

KARYA DI MAJALAH STORY

         
T
epat pada tanggal 30 Nopember 2011, saya mengirim beberapa puisi saya ke Majalah Story (majalah khusus cerpen). Alhamdulillah, pada tanggal 26 April 2012, staf redaksi majalah menghubungi saya, bertanya apakah puisi yang saya kirim ke majalah story pernah dipublikasikan, baik FB, Twitter, blog, majalah lain, dan sebagainya. Tebak, apa jawaban saya; saya lupa puisi mana yang pernah saya kirim...weks..begitu diingatkan mereka, dan saya mulai lihat lagi di email, ternyata ada beberapa puisi yang pernah saya masukkan di FB. Sebagai orang yang takut bohong, saya jujuri bahwa ada yang pernah dipublish di FB.
"Wah tidak boleh pak, kita mau yang masih original"
"Kalu gitu saya kirim lagi yang lain, bisa" minta saya harap-harap cemas
"Okelah, kami tunggu sekarang ya, nanti di subjek email bapak buat *** ya." 
Tanpa pikir panjang langsung saya pindah 11 puisi-puisi yang pernah saya buat dan belum pernah dipublish dimanapun. Trus saya kirim dan kasih kode pada subjek email yang mereka maksud. Walhasil, 5 dari 11 puisi tersebut diterima di bulan berikutnya. tepatnya edisi 34/thn. III/25 Mei - 24 Juni 2012..Alhamdulillah, ini dia hasilnya.

Satu pelajaran yang pasti, jangan mempublish tulisan apapun dan dimanapun, ketika kita sudah mengirimnya ke sebuah media. Tunggulah sampai waktunya. Khusus majalah Story bisa jadi waktu tunggunya sampai 1 tahun. Tapi untuk majalah-majalah lain seperti Suara Muhammadiyah, Sabili, dan lain-lain biasanya cuma 3 bulan. Setelah itu, mau dikirim ke lain tempat, terserah. Supaya ga berabe. Ia kalau contoh kasus saya tadi masih bisa kirim tulisan yang lain, kalau tidak ada sama sekali, kan sayang kesempatan emas hilang begitu saja..hehe..


REFLEKSI I

Duhai akhlak
Mengapa tak pernah menjadi uswah
Duhai iman
Mengapa tak pernah menjadi fitrah
Duhai badan
Mengapa masih kemunafikan
Duhai segala janji
Mengapa tak pernah ditepati
Duhai tangis
Mengapa masih beringas
Duhai nama mengapa masih tak berarti

Lewat tengah malam, di Kisaran


REFLEKSI II

Tak akan kuwariskan kepada Anak dan cucuku
Ketika waktu itu tiba, tak akan tercermin aku

Dan tak akan kuwariskan kepada anak dan cucuku
Tingkah lakuku yang tak Kau setuju
Izinkan aku, merefleksi, bermuhasabah
Sekedar mencoba sholeh individu dahulu
Meretas hipokrit diri
Memecah sombong hati
Mencari fitrah diri

Lewat tengah malam, di Kisaran


WAJIB

Rumah yang kudamba
Adalah rumah taqwa
Merangkai masa bersama
Membawa kami menuju syurga
Sekeluarga, setidaknya
Ku anfusakum wa ahlikum nara…


Medan-Haji Amir, 19 Nopember 2011

CATATAN DI MEDAN

Rupanya waktu begitu cepat berlalu
Hingga tak lagi meretas sendiri
Menuju bahagia dunia
Menuju syurga abadi
Rupanya aku sudah tua adanya


Medan, penuh rindu 19 Nopember 2011

SEMOGA PADA SYURGA

Kita melukis asa pada lembayung senja
Tatkala kau tuang cinta dalam cawan gelisah
Di atas rapuh
Kaupun Pasrah

Semoga pada Syurga, do’a mu.

Kisaran, 26 April 2012



5 comments:

Anonymous said...

":: Arus kata-katanya Ok bngtz teruz dari awal puisi sampe sajak terakhir isinya mengena, puitis islami, ::"

I Like It's... ^_^

Salam dari yang mengagumi karya-karya mas saufi ginting...

Muhrodin "AM"
"PPAI Kesugihan 1 Cilacap Ja-teng"

Saufi G (LITERASI ASAHAN) said...

Terimakasih mas Muhroddin "AM", semoga bisa bermanfaat tulisan2 kecil saya ya mas.

Anonymous said...

Mas, apa di majalah itu ada puisi karya sigit rais?

Saufi G (LITERASI ASAHAN) said...

Aduh mas, saya lupa...majalahnya masih di rumah. Mas Sigit di kontak redaksi majalah juga kan? jika ia, maka sejak tanggal kontak, tulisan akan terbit di edisi berikutnya Mas..

Saufi G (LITERASI ASAHAN) said...

mas sigit, ternyata ada puisinya mas