Tuesday, March 13, 2012

PUISI


Sebab tertarik pada status seorang rekan di jejaring sosial, inilah jadinya…semoga bermanfaat…dan selamat membaca…


DIALOG MEMBUNUH SENJA
Oleh: Setia Wati dan Muhammad Saufi Ginting

Apa menurutmu, kubunuh saja senja sebelum habis waktunya?

Biarkan!
Biarkan ia mengusap peluh
Pada Allah, dengan sujud-sujud mendesah

Apa kau yakin ia takkan mengulang kisah yang sama?

Biarkan!
Biarkan ia mengusik detik dengan detak
Membaur pada sayap-sayap asa
Pada ribuan tahun yang terarak
Pada dunia yang tak lagi bersahaja
Yakinlah, dunia tak seujung senja
Yang ingin kau bunuh dengan usikmu saja
Biarkan ia mengalir pada sampai waktunya
Berdoalah..
Maka, pantaskah kau bunuh senja dengan gelisahmu?

Ku tak ingin ia pergi
Pun, tak ingin ia di sini
Bila lara... mengendapkan tanya pada cawan-cawan gelisah
Aku lelah... kendati ku dapat bersandar pada teduhnya daun-daun doa...

Apakah waktu sudah berubah?
tidak
Masih mengulir diantara detik, menit, dan jam
Apakah cinta sudah berubah?
tidak
Masih dasar penguat bingkai kata sakinah, mawaddah, dan rahmah
Apakah Tuhan sudah berubah?
Tidak
Masih pada waktu Dia berjanji
Dan mahacinta sifat dasarNya

Apakah aku sang buta? hingga harus kau cecar aku dengan sabda-sabda layaknya Isa menggenggam mukjizatnya?
Apakah aku sang hina? hingga harus kumengemis pada makhluk-makhluk penghuni rawa dosa?
Katakan padaku, dimana aku harus menggungat janjiNya?

Apapun itu, 
Hidup harus tetap berjalan
Selama nyawa masih di badan
Jangan melengah pada kenangan
Pada ketakpastian yang harusnya dibuang
Jangan merenggang dalam bimbang
Majulah!
Allah bersama dalam detik tak terbilang…

Dan titik bening itu luruh... mengalir bersama keangkuhan yang perlahan runtuh. Apa aku harus menanti?
Atau meminta senja pergi? jiwaku tlah jadi bangkai. mati... tak lagi merasai elegi pagi...

Ini cinta!
Genggam, Sembunyikan.
Ini waktu!
Pasti kan kau temukan jawaban


Medan-Kisaran, 13 Maret 2012
Satu tempat tak terbilang..

No comments: