Thursday, December 23, 2010

Universitas Asahan

BERBENAH DIRI MENUJU PERUBAHAN
“UNA Berpotensi menjadi PTN” kata Prof. Dr. Zainuddin

Oleh: Muhammad Saufi Ginting, S. Pd.*

“Apa mungkin ya UNA itu menjadi Universitas Negeri Asahan?
(dialog di kantin Universitas, dengan rekan-rekan mahasiswa lain ketika duduk santai menikmati makanan kecil sambil berbicara tentang kemajuan UNA)

Entah siapa yang memulai membuka wacana tentang harapan Universitas Asahan (UNA) menjadi sebuah Universitas Negeri Asahan ketika itu, tapi pertanyaan itu bukan dijawab, rekan mahasiswa yang lain menyeletuk menanggapi kalimat tersebut “boro-boro Negeri, lingkungannya sajo masih ngeri”.
Itu dulu, ketika kami masih duduk di semester awal kuliah di UNA, tepatnya di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNA. Saat itu orang-orang masih sering mempelesetkan nama UNA dengan Universitas Nabi Adam, Universitas Sitarda Ujung (USU), bahkan ketika rekan kuliah sedang naik Mopen, supirnya bilang, mau kuliah di UCCA ya dek? Ga ah bang, di UNA. Ya ialah itukan Universitas Cakap Cakap Aja (UCCA), kata supir mopennya.
Masih jelas terekam diingatan penulis ketika pertama kali kuliah, ruang yang dipakai untuk belajar mahasiswa FKIP adalah Fakultas Teknik dan jumlah mahasiswanya hanya beberapa. Namun tidak menjadi masalah, perkuliahan terus berjalan walau belum jelas izinnya dari Dikti. Dua semester kami kuliah, FKIP UNA dipindahkan ke tempat yang lebih baik lagi. Gedung yang dulu dipakai SPK Pemkab Asahan, saat ini sebagian telah menjadi gedung belajar dengan jumlah mahasiswanya terbanyak di UNA. Dan sekarang sudah memiliki izin dari dikti dengan nomor: 3796/D/T/K-I/2009 untuk Pendidikan Matematika, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 3945/D/T/2008 serta 3797/D/T/K-I/2009 untuk Pendidikan Bahasa Inggris yang merupakan perpanjangan izin dari SK terdahulu terhitung dari tanggal 04-11-2009 sampai dengan 04-11-2013.
Seperti yang dilansir Waspada (02-02-2010) mengutip ucapan Prof. Dr. Zainuddin, koordinator Kopertis Wilayah I Sumut-NAD dalam pembekalan peningkatan kebutuhan dan kinerja para dosen di ruang sidang Fakultas Ekonomi, “Universitas Asahan sangat berpotensi untuk menjadi salah satu Perguruan Tinggi Negeri (PTN) sehingga layak untuk mengajukan perubahan status karena telah mempunyai kampus yang refresentatif, fasilitas yang memadai, serta memiliki hampir enam ribuan mahasiswa sebagai persyaratan untuk menjadi PTN”
Sebuah isyarat yang disampaikan oleh koordinator Kopertis Wilayah I Sumut-NAD ini setidaknya memberikan berita gembira kepada semua orang khususnya masyarakat Asahan. Walaupun sebenarnya membutuhkan proses, waktu yang panjang dan kelengkapan syarat-syarat mutlak yang harus diikuti sesuai dengan ucapan Direktur Kelembagaan Dirjen Pendidikan Tinggi Hendarman ada syarat pengalihan status PT seperti diatur dalam Permendiknas No 32 Tahun 2009. Yakni, harus melalui studi kelayakan meliputi sarana dan prasarana yang akan dinegerikan, SDM dosen, maupun aset PTS. Juga pernyataan koordinator Kopertis Wilayah I Sumut-NAD Prof. Dr. Zainuddin bahwa berdasarkan BHP (Badan Hukum Pendidikan) kepala daerah tidak bisa menjabat ketua yayasan, untuk itu demi kelancaran perubahan status UNA harus diserahkan kepada orang lain.
Senada dengan hal di atas, Dirjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) Fasli Djalal menegaskan untuk bisa menjadi PTN, PTS yang akan dijadikan PTN terlebih dahulu harus memenuhi sejumlah  persyaratan. Pemerintah daerah (pemda) pun, baik itu eksekutif maupun legislatif, harus mendukung penuh proses pengubahan status ini. Yayasan harus mau menyerahkan asetnya, kemudian asetnya harus pakai sertifikat dahulu.
Tulisan ini tidak untuk membobrokan UNA dalam pandangan masyarakat, hanya saja sekedar mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran, kata Allah. Merefleksi untuk menuju PTN, setidaknya ada beberapa catatan kecil yang perlu dibenahi menurut penulis dalam kurun waktu selama mengikuti perkuliahan di Universitas Asahan untuk berubah ke arah yang lebih baik. Sampai tulisan ini diterbitkan masih banyak hal-hal yang menjadi “keluh kesah” mahasiswa berkuliah di Universitas Asahan.
Alhamdulillah memang, hari ini dosen-dosen Universitas Asahan boleh dibilang telah melengkapi diri menyelesaikan pendidikan sampai dengan (minimal) S2, walau masih ada di antaranya masih S1. Bagi mahasiswa sendiri ini merupakan suatu hal yang sangat positif. Dengan demikian barangkali berkuranglah sedikit istilah “jeruk makan jeruk”. Sementara itu, Fasilitas yang kurang memadai seperti laboratorium yang tidak ada, perpustakaan yang minim bahan bacaan baru kecuali buku sumbangan mahasiswa yang akan sidang meja hijau, WC yang “lumayan buruk” untuk setiap fakultasnya, serta tempat parkir kendaraan yang tak memadai. Bahkan kampuspun bisa numpang di sekolah.
Di sisi lain administrasi yang “kurang pas” seperti masih sering tercecernya berkas mahasiswa, ada fakultas yang KHS/KRSnya tidak pernah selesai tapi tak pernah menjadi sebuah masalah selama mahasiswa tidak pernah bertanya, atau ketika mahasiswa bertanya mana KHS kami, dengan santai di jawab belum siap, pelayanan beberapa orang staf administrasi yang kurang ramah tamah, sering marah-marah. Buku panduan tentang perkuliahan di UNA bagi mahasiswa baru tidak diberikan kepada mahasiswa, seperti tahun lalu, hal ini membuat bingung mahasiswa berapa syarat SKS yang harus di ambilnya jika mau ngambil semester atas, boleh ikut atau tidak, boleh cuti kuliah atau tidak, yang boleh dan yang tidak selama menjadi mahasiswa UNA itu apa saja.
Di posisi keuangan, tidak ada transparansi/penjelasan kenapa uang ujian naik, mau digunakan kemana saja pemanfaatannya, ada uang ini, uang itu (walau sepenunya tidak urusan mahasiswa). Setidaknya memang sudah layak hal-hal kecil yang penulis sebutkan di atas diapresiasi. Menjadi perhatian meskipun tak besar, tapi berubah. Seperti kata Abullah Gimnastiar dengan 3-Mnya, mulai dari diri sendiri, mulai dari yang kecil, dan mulai saat ini juga.
Mudah-mudahan dengan demikian tidak ada lagi plesetan-plesetan aneh tentang UNA. Tidak masalah memang dengan plesetan, tapi setidaknya kita percaya bahwa setiap kata selalu bermakna bagi setiap orang yang mendengarnya. Kita percaya, kata-kata yang santun, sopan, penuh dengan motivasi, bernilai dukungan, memberikan kontribusi positif dalam setiap langkah manusia. Begitu pula memulai perubahan dari hal-hal kecil pasti mendapatkan tempat yang lebih besar dalam hati siapa saja yang menikmati perubahan itu.
Informasi yang penulis kutip dari Pikiran Rakyat online, saat ini di seluruh Indonesia pengalihan dari PTS ke PTN dalam proses menurut Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Depdiknas ada enam PTS. Keenamnya adalah Universitas Maritim Raja Ali Haji (Kepulauan Riau), Politeknik Manufaktur Timah (Bangka Belitung), Politeknik Batam, Universitas Borneo (Tarakan), Universitas Musamus (Merauke), dan Universitas Bangka Belitung. Sementara itu, beberapa PTS juga telah mengajukan usul menjadi PTN. Yakni, Universitas Siliwangi di Tasikmalaya, (Jawa Barat), Universitas Samudra Langsa (Aceh), Universitas Pancasakti di Tegal (Jawa Tengah), serta sebuah PTS dan Politeknik di Kabupaten Bengkalis, Riau.
Semoga tulisan ini tidak hanya CCA (Cakap-Cakap Aja). Saya doakan semoga UNA segera dapat mengajukan dan berubah statusnya menjadi PTN.

*Penulis adalah alumni mahasiswa UNA

No comments: