Thursday, April 5, 2012

KETAKSAAN MAKNA SINONIM:


KETAKSAAN  MAKNA  SINONIM:
KASUS DALAM KALIMAT TANYA

Prof. Dr. Lince Sihombing, M. Pd
LTBI PPs UNIMED Medan
(Indonesia)

1.      Pendahuluan
Ketika dua orang partisipan (pembicara dan pendengar) berkomunikasi  secara lisan maupun tulisan, keberadaan kesetaraan proposisi yang dimiliki pembicara maupun pendengar menjadi persyaratan utama. Proposisi adalah bagian dari makna ujaran dalam suatu pernyataan (Hurford dan Heasley, 1983). Ketidak setaraan proposisi ini berakibat pada tidak tersampaikannya informasi yang diinginkan. Penggalan percakapan berikut memperlihatkan hal tersebut.
Setting (lokasi pembicaraan): pintu masuk gedung sekolah pascasarjana UNIMED. Partisipan: dua orang dosen program studi Linguistik Terapan Bahasa Inggris (LTBI) UNIMED berinisial L dan T. Kondisi: beberapa hari sebelumnya L mengetahui (melalui mahasiswa LTBI) bahwa T berangkat ke Jakarta. Ini merupakan informasi yang ada dalam benak L. Namun tanpa sengaja L bersirobok dengan T di pintu masuk gedung sekolah tersebut di atas. Terjadilah dialog berikut:
L, spontan berkata: “Kapan ibu pulang?”
T, sambil senyum berkata: “ Ya, saya di sini” dan bergegas pergi.
            L tentu saja tidak menyangka bahwa jawaban yang diterima akan seperti itu. Dalam benaknya L berharap jawaban yang diberikan T adalah: “Kemarin”, “Baru saja”, “Sudah dua hari yang lalu” dan lain-lain yang secara tataran atas (harfiah) adalah jawaban relevan atas pertanyaan yang diajukan.
            Kejadian yang sama – yakni berbedanya pemahaman antara pembicara dan pendengar atas maksud yang diungkapkan, juga penulis alami jauh hari sebelumnya. Namun pada saat itu penulis menggunakan kata sampai. Pertanyaan penulis, :Kapan kamu sampai?” kepada mahasiswanya dijawab dengan, “Saya tidak kemana-mana Bu!”
Dua kejadian di atas memaksa penulis merenung. Apa sesungguhnya yang salah dengan ucapan atau pertanyaan penulis dan pembicara sebelumnya? Mengapa harapan penulis agar pertanyaannya dijawab dengan benar oleh pendengarnya tidak tercapai?

2.      Ketaksaan Makna Sinonim Kata Kerja
Bila ditilik dari dua kejadian di atas penyebab ketidak setaraan proposisi antara pembicara dan pendengar adalah pada kesinoniman makna kata pulang dan sampai. Sinonim adalah bentuk bahasa yang maknanya mirip atau sama dengan bentuk bahasa lain atau muradif (Depdikbud, 1995: 946). Benarkah kata pulang dan sampai bersinonim hingga dapat dipertukarkan pemakaiannya satu sama lain tanpa menimbulkan perbedaan persepsi dari sudut pendengar?
Selain ke-2 kata tersebut di atas ada beberapa kata lainnya yang juga kerap digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari seperti kata: datang, tiba, kembali dan balik yang maknanya bersinonim. Namun untuk mengetahui apakah kata-kata tersebut tidak berakibat pada ketaksaan makna, - taksa adalah apabila suatu kata memiliki makna lebih dari satu, kabur atau meragukan - berikut ini dipaparkan makna atau defenisi kata-kata tersebut berikut bagaimana mereka digunakan dalam kalimat.
1)     Pulang adalah kondisi atau keadaan seseorang pergi ke rumah atau ke tempat asalnya, kembali atau balik.
Contoh:  a. Bila engkau pulang ke Samosir?
         b. Sudah dinihari, ia belum juga pulang.  
2)     Sampai adalah kondisi atau keadaan seseorang maupun benda yang mencapai sesuatu, tiba dan datang.
Contoh: Setelah beberapa hari terhalang banjir bandang, akhirnya bus yang          
             kami tumpangi sampai di terminal Amplas.
3)     Datang adalah kondisi atau keadaan seseorang yang mengalami perpindahan tempat, tiba di tempat yang dituju dan berasal.
Contoh:  a. Tuti datang pukul 7.30, lebih awal dari waktu yang ditentukan.
b. Tuti  datang  dari  desa  kecil di kabupaten Simalungun .        
c. Tuti tidak jadi datang ke seminar bahasa itu karena tidak
       berhasil mendapatkan tiket pesawat.  
4)     Tiba adalah kondisi atau keadaan seseorang yang datang, sampai di suatu tempat.
Contoh: a. Mahasiswa sekarang ini sudah kurang santun, dosen mereka
              selalu lebih dahulu tiba di dalam kelas.
          b. Dedaunan pohon mengering pertanda tibanya musim kemarau.
5)     Kembali  adalah kondisi  atau keadaan  seseorang  yang  balik ke tempat
      semula atau ke keadaan semula.
      Contoh: a. Suami yang serong itu sudah kembali ke isterinya.
                     b. Pesawat  yang  membawa  presiden  Barrack  Obama  ke
                        Indonesia sudah kembali ke Amerika.
6)     Balik adalah keadaan atau kondisi seseorang yang kembali atau pulang.
      Contoh: Kapan ia balik ke Surabaya?
Untuk mengetahui taksa tidaknya suatu kata sinonim maka berikut ini akan diperlihatkan bagaimana perbedaan atau pertukaran makna terjadi apabila suatu kata sinonim saling dipertukarkan. Kalimat-kalimat yang digunakan berikut ini adalah kalimat-kalimat yang telah digunakan di halaman-halaman sebelumnya.
Kalimat terdahulu (KT),
Kalimat sekarang (KS),
     Bila engkau pulang ke Samosir?
1.      Bila engkau sampai ke Samosir?
2.      Bila engkau datang ke Samosir?
3.      Bila engkau tiba ke Samosir?
4.      Bila engkau kembali ke Samosir?
5.      Bila engkau balik ke Samosir?
Bila dianalisa kalimat-kalimat di atas maka dapat dilihat bahwa kata kerja, kembali dan balik tidak menyebabkan perbedaan makna ketika digunakan untuk menggantikan posisi kata kerja pulang Tidak demikian halnya dengan kalimat nomor 1, 2 dan 3. Selain terkesan aneh, kalimat-kalimat tersebut membutuhkan penyesuaian terutama pada pengguna partikel. Namun harus diakui bahwa nilai makna yang dikandung kata balik mengarahkan pikiran kita (sense relation) pada kondisi atau keadaan tidak formal. Nilai makna yang dikandung suatu kata memang memiliki gradasi. Cruise (2000: 156-158) mengelompokkan sinonim ini atas tiga tingkatan yakni: absolute synonymy (sinonim mutlak), proportional synonymy (sinonim tidak setara) dan near synonymy (sinonim berjarak). Agar perbedaan ini dapat dimengerti, berikut ini akan dibicarakan perbedaan masing-masing.

3.      Gradasi Nilai Makna Kata Sinonim
Seperti telah disinggung sebelumnya pada penjelasan di atas bahwa kata balik sesungguhnya menyebabkan seseorang merasakan ada sesuatu yang berubah. Perubahan makna tersebut akan dijelaskan secara detail melalui sinonim mutlak, tidak setara dan berjarak.

3.1 Sinonim Mutlak
Sinonim mutlak adalah kondisi suatu kata yang tetap memiliki nilai makna yang sama dan normal meskipun saling dipertukarkan pemakaiannya dalam suatu kalimat. Hal ini dapat dilihat pada contoh kalimat 1 dan 4 di bawah.
Apa yang terjadi pada kalimat lainnya yang juga telah digunakan sebagai contoh pada halaman 4 ini? Apakah ada perubahan makna kata bila pertukaran kata kerja juga dilakukan? Ini perlu dipertegas mengingat contoh-contoh yang digunakan terdiri atas jenis kalimat tanya, pernyataan dan negasi.
KT,
KS,
Tuti datang pukul 7.30, lebih awal dari waktu yang ditentukan.
1.    Tuti pulang pukul 7.30, lebih awal dari waktu yang ditentukan.
2.    Tuti sampai pukul 7.30, lebih awal dari waktu yang ditentukan.
3.    Tuti tiba pukul 7.30, lebih awal dari waktu yang ditentukan.
4.    Tuti kembali pukul 7.30, lebih awal dari waktu yang ditentukan.
5.    Tuti balik pukul 7.30, lebih awal dari waktu yang ditentukan.
Kalimat-kalimat KS yang bersinonim secara mutlak dengan kalimat pada KT adalah kalimat nomor 2 dan 3. Sementara itu kalimat yang terdapat pada nomor 1, 4 dan 5 merupakan kebalikan dari makna yang dikandung kalimat KT dan kalimat nomor 2 dan 3. Dengan demikian makna yang sesungguhnya seperti yang terdapat pada kalimat KT menjadi taksa. Makna kata kerja pulang, kembali dan balik dalam kalimat menunjukkan posisi Tuti yang meninggalkan suatu tempat untuk menuju ke tempat lain dan kemudian kembali lagi ke tempat sebelumnya. Bila perbedaan ini divisualkan maka makna kalimat akan terlihat berikut ini:
   0                                                          0                                                     
   0                          
        kalimat nomor 1, 4 dan 5                             kalimat nomor 2 dan 3

3.2 Sinonim Tidak Setara
Sinonim tidak setara adalah  kondisi suatu kata yang tidak memiliki makna yang setara dengan kata yang digantikan maupun yang menggantikannya. Hal ini dapat dilihat pada contoh berikut:
1)      Jenazah mantan presiden Philipina akhirnya dimakamkan di pengasingan.
2)      Jenazah mantan presiden Philipina akhirnya dikuburkan di pengasingan.
3)      Jenazah mantan presiden Philipina akhirnya dikebumikan di pengasingan.
4)      Jenazah mantan presiden Philipina akhirnya ditanamkan di pengasingan.
Bandingkanlah ke-4 kalimat tersebut dengan kalimat-kalimat berikut:
5)      Mayat mantan presiden Philipina akhirnya dikuburkan di pengasingan.
6)      Jasad mantan presiden Philipina akhirnya ditanamkan di pengasingan.
7)      Jenazah penjahat itu dimakamkan di pekuburan umum.
8)      Jenazah penjahat itu ditanamkan dipekuburan umum.
9)      Jenazah penjahat itu dikebumikan di pekuburan umum.
Makna kata kerja bentuk  pasif pada kalimat nomor 1 setara dengan nomor 3 sebab pada umumnya apabila seseorang yang berkedudukan tinggi (presiden, bangsawan dan lain-lain) meninggal dan dikuburkan maka kata yang digunakan adalah dimakamkan atau dikebumikan. Apabila kata kerja dikuburkan dan ditanamkan digunakan untuk menggantikan kata kerja bentuk pasif di atas maka timbul reaksi tidak menyenangkan bagi orang-orang yang mendengar ataupun yang membaca. informasi itu.
Apa yang terjadi pada benak pembaca atau pendengar akan makna kalimat nomor 2 dan 4? Akan ada perasaan tidak nyaman karena kata dikuburkan biasanya digunakan untuk orang-orang kebanyakan sementara kata ditanamkan bahkan sama sekali tidak pantas digunakan untuk manusia apalagi sekelas presiden.  
Namun demikian, kasusnya akan berbeda apabila oknum yang diceritakan (subyeknya) diganti dengan penjahat. Lihatlah makna yang dikandung kata kerja dalam kalimat nomor 7 dan 8 di atas. Pembaca justru akan bereaksi terbalik dari yang sebelumnya – yang ditujukan pada presiden. Tidak layak seorang penjahat mendapat kehormatan dengan penggunaan kata kerja pasif dimakamkan dan dikebumikan sebagai pengganti kata dikuburkan atau bahkan ditanamkan. Kata jenazah sebagai pengganti kata mayat untuk oknum atau subyek penjahat tidak akan menimbulkan reaksi sementara apabila kata yang sama atau mayat dihubungkan dengan mantan presiden akan menimbulkan reaksi yang berbeda pula.
Contoh dan pemaparan di atas pada akhirnya mengacu pada suatu kesimpulan bahwa kata kerja sinonim dikategorikan dalam sinonim tidak setara apabila ada kondisi yang dipenuhinya yakni pelaku atau status pelaku yang menjadi obyek yang diterangkan dalam kalimat yang kata kerjanya saling dipertukarkan juga tidak berasal dari kedudukan ataupun latar belakang yang sama.

3.3 Sinonim Berjarak
Sinonim berjarak adalah kondisi suatu kata yang derajat perbedaannya lebih tinggi dari pada derajat persamaannya, apabila kata tersebut dalam kalimat saling dipertukarkan. Hal ini dapat dilihat pada contoh berikut:
KT, Jenazah mantan presiden Philipina akhirnya dimakamkan di pengasingan.
KS: 1) Jenazah mantan presiden Philipina akhirnya dikuburkan di pengasingan.
       2) Jenazah penjahat itu dikuburkan di pemakaman umum.
            Bila pada kalimat-kalimat yang terdapat dalam contoh sinonim tidak setara telah dijelaskan bahwa kata  dimakamkan ataupun dikebumikan tidak pantas dilekatkan pada subyek penjahat karena imej yang ditimbulkan oleh latar belakang berbeda antara presiden dan penjahat maka pada sinonim berjarak ada kata kerja tertentu yang masih dapat digunakan meskipun dua orang oknum atau pelaku yang diceritakan berasal dari latar belakang yang berbeda, dalam hal ini adalah kata kerja dikuburkan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa banyak sekali perbedaan-perbedaan yang melatari posisi seorang presiden dan penjahat – seperti telah diterangkan sebelumnya di atas tetapi tetap masih ada persamaannya yakni keduanya berasal dari spesies yang sama yakni manusia. Oleh karena itu kata dikuburkan masih dapat digunakan untuk menggantikan kata dikebumikan dan dimakamkan tetapi bagi seorang penjahat kata dikebumikan menjadi sinonim berjarak apabila digunakan  untuk menggantikan kata dikuburkan. Itu sebabnya Cruise (2000: 159) secara eksplisit mengatakan bahwa untuk mengelompokkan suatu subyek atau obyek ke dalam kondisi sinonim tidak setara ataupun sinonim berjarak bukan pekerjaan mudah.  Namun demikian pembedaan ini tetap dapat dilakukan sepanjang pembaca atau penulis mengetahui bahwa ada perbedaan kondisi makna kata yang  berada pada level sinonim setara atau sinonim berjarak dan pada pengetahuan tentang prinsip penggunaan kata kerja sinonim tersebut. Bahkan konteks penggunaan akan lebih jelas membantu pemahaman pembaca maupun penulis.
Bila hal-hal tersebut menjadi pertimbangan, maka pertanyaan tentang ketaksaan makna kata seperti yang terdapat pada judul tulisan ini dan juga pada contoh-contoh yang telah digunakan pada halaman-halaman sebelumnya menjadi sesuatu yang harus dibicarakan secara jelas. Mengapa demikian? Penjelasan berikut akan membantu pemahaman ini.

4.      Potensi Ketaksaan Makna Sinonim Dalam Kalimat Tanya
Sebelum membicarakan topik ini lebih jauh ada baiknya diperjelas terlebih dahulu defenisi kata kunci pada bagian ini, yakni kalimat. Kalimat adalah kesatuan ujar yang mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan, perkataan, satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa (Balai Pustaka, 1995: 434). Defenisi di atas secara tegas menempatkan makna kalimat ke dalam dua kategori yang berbeda yakni dapat sebagai kalimat tetapi dapat pula sebagai ujaran.
Apabila kalimat diartikan sebagai kalimat juga maka Heasley (1983: 18) memaknainya sebagai serangkaian kata yang disusun mengikuti kaidah tata bahasa dan memiliki informasi yang lengkap. Tetapi apabila kalimat diartikan sebagai ujaran maka maknanya menjadi rentangan ucapan seseorang yang ditandai dengan adanya keheningan atau jeda di antara kata-kata yang diucapkan. Dengan demikian ujaran dapat berupa kalimat, frasa bahkan kata. Kondisi ujaran ini menyebabkan si pengujar perlu mempertimbangkan konteks atau situasi pembicaraan agar informasi yang akan disampaikannya dapat diartikan oleh pendengar sama dengan yang diinginkan si pembicara.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diartikan bahwa kalimat dapat menjadi ujaran apabila kalimat tersebut diucapkan tetapi tidak otomatis ujaran dapat dijadikan kalimat. Hal ini dapat dimengerti sebab ujaran membutuhkan konteks sementara kalimat tidak membutuhkan konteks, sepanjang kata-kata yang membentuk kalimat dirangkai berdasarkan kaidah bahasa yang digunakan pengguna bahasa tersebut.
Dengan mempertimbangkan penjelasan di atas dan keterhubungannya dengan semua contoh yang disajikan, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan sehubungan dengan penyebab ketaksaan makna sinonim.
1)     Proposisi yang diungkapkan dilakukan secara lisan. Lihat contohnya pada kalimat: “Kapan ibu pulang?” dan “Kapan kamu sampai?” Kalimat yang dilisankan atau ujaran berpotensi menimbulkan masalah karena sifat ujaran itu sendiri yakni:
a.       cenderung tidak menggunakan aturan tata bahasa secara lengkap;
b.      pengguna ujaran, ketika mengungkapkan proposisinya (informasi yang disampaikan) sebelumnya telah membangun asumsi bahwa lawan bicaranya atau pendengarnya memiliki proposisi yang sama dengannya – meskipun pada kenyataannya lebih sering tidak sama;
c.       pada umumnya dibantu oleh konteks – situasi pada saat ujaran diungkapkan atau dinyatakan – meskipun pada kenyataannya tidak selalu demikian;
d.      memungkinkan pembicara dan pendengar melanjutkan pertukaran informasi (tanya jawab) seandainya dalam satu ujaran saja pembicara tidak berhasil menyampaikan informasi kepada pendengarnya.
2)     Kata tanya kapan dalam kalimat “Kapan ibu pulang?” dan “Kapan kamu sampai?” dengan sendirinya juga telah berpotensi menimbulkan ketaksaan. Penyebabnya adalah pada kata kapan itu sendiri, tidak ada pembatasan rentang waktu sehingga dapat digunakan kapanpun sipengguna menginginkannya. Bandingkan dengan contoh-contoh yang diungkapkan dengan kalimat pernyataan maupun negasi pada halaman-halaman sebelumnya. Mengapa kalimat Tuti datang pukul 7.30, lebih awal dari waktu yang telah ditentukan apabila diubah menjadi Tuti sampai pukul 7.30, lebih awal dari waktu yang telah ditentukan tidak menimbulkan ketaksaan makna sementara apabila kondisi kedatangan Tuti ini dipertanyakan melalui kalimat “Kapan Tuti datang?” atau “Kapan Tuti sampai?” terjadi masalah? Penyebabnya adalah sebagai berikut:
a.      pendengar dari pertanyaan “Kapan Tuti datang?” harus benar-benar mengetahui apakah kata kerja datang itu dimaksudkan untuk sekedar menanyakan waktu atau telah berpindah ke ranah pergerakan obyek dari satu tempat ke tempat lain;
b.      kata kapan baru dapat diartikan sebagai referent perpindahan tempat apabila kalimat yang telah ada dilengkapi dengan kata tambahan lainnya sehingga menjadi “Kapan Tuti datang dari Jakarta?” Sementara itu agar pertanyaan yang sama tidak menimbulkan ketaksaan makna – jika referentnya adalah waktu maka mau tidak mau kata kapan harus diganti dengan kata lainnya agar dapat mengakomodasi informasi yang akan disampaikan si pembicara yakni: “Jam berapa Tuti sampai di Jakarta?”

5.      Penutup
Sinonim dimaksudkan sebagai variasi penggunaan kata. Kemampuan seseorang untuk menggunakan variasi kata ini secara baik dan benar menunjukkan keterpelajarannya. Sinonim mencakup wilayah yang luas seperti sinonim untuk kata sifat, kata benda, kata keterangan maupun kata kerja. Sinonim yang berada di wilayah kata kerja juga beragam. Salah satunya adalah kata kerja yang berfungsi menerangkan perpindahan obyek yakni kata pulang. Sinonim dari kata pulang ini adalah sampai, datang, tiba, kembali dan balik. Namun demikian ternyata kata-kata tersebut tidak dapat saling dipertukarkan penggunaannya dalam kalimat sebab meskipun kata-kata tersebut bersinonim ternyata mereka berasal dari pengelompokan sinonim yang berbeda. Kata datang, sampai dan tiba berasal dari kelompok sinonim mutlak, kata-kata berikutnya berasal dari pengelompokan sinonim yang lainnya. Itu sebabnya tidak otomatis kata-kata yang bersinonim tersebut dapat dipertukarkan.
Pengabaian pada pemenuhan persyaratan di atas akan berakibat pada ketaksaan makna kata. Ketaksaan makna kata ini semakin tinggi pemunculannya apabila kata-kata tersebut dibentuk dalam kalimat tanya dengan menggunakan kata kapan. Secara alamiah kata kapan dimaksukan untuk menampung maksud penyampaian informasi yang berhubungan dengan waktu. Namun ternyata informasi tentang waktu ini sendiri masih terbagi dua yakni yang benar-benar untuk menanyakan waktu dan yang berhubungan dengan perpindahan obyek atau subyek baik dari satu tempat ke tempat-tempat lainnya atau dari satu tempat ke tempat lainnya dan kembali lagi ke tempat sebelumnya obyek atau subyek tersebut berasal.
Oleh karena itu apabila pengguna bahasa dalam hal ini si pembuat kalimat atau pengujar sekedar mengirim informasi dalam ranah  perpindahan subyek atau obyek maka kata kapan dapat digunakan tetapi  jika berhubungan dengan waktu, kata kapan tidak lagi dapat digunakan, harus digantikan dengan kata yang lebih tepat seperti terlihat pada contoh di atas. Berhubung kata kapan berpotensi menimbulkan ketaksaan makna maka pembuatan kalimat tanya menggunakan kata kapan harus dibuat selengkap mungkin, mengikuti kaidah tata bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Daftar Pustaka
Cruise, D. Alan, 2000. Meaning in Language: An Introduction to Semantics and Pragmatics. New York: Oxford University Press.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia: Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka.

Hurford, R. James dan Heasley Brendan, 1983. Semantics: Course Book. New York: Cambridge University Press. 



Prof. Dr. Lince Sihombing, M. Pd. adalah staf pengajar pada program S1 jurusan Bahasa dan Sastra Inggris FBS UNIMED Medan dan program S2 prodi Linguistik Terapan Bahasa Inggris (LTBI) Program Pascasarjana UNIMED Medan. Saat ini  menjabat sebagai sekretaris prodi di LTBI Pascasarjana UNIMED Medan.

No comments: