Tuesday, April 10, 2012

TULISAN DI MAJALAH MAWADDAH EDISI I APRIL 2012


5 KALI LEBIH BAHAGIA TANPA MEROKOK


Berdasarkan data Direktorat Jenderal Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan, sebelum tahun 1995 prevalensi remaja terhadap rokok hanya tujuh persen. Pada 2010 naik menjadi 19 persen. 54,1 persen orang di atas usia 15 tahun merokok dan 43,3 persen dari jumlah keseluruhan perokok mulai merokok pada rentang usia 14-19 tahun. Di dunia internasional, jumlah perokok di Indonesia menempati peringkat lima di bawah China, AS, Jepang, dan Rusia.



S
alah satu bentuk keseriusan Muhammadiyah dalam mendukung upaya gerakan hidup sehat dan selaras dengan tema hari kesehatan nasional ke-47 yang jatuh pada 12 November 2011 lalu, adalah dengan menegaskan bahwa seluruh lingkungan Muhammadiyah baik kantor, amal usaha, fasilitas, dan forum Muhammadiyah harus terbebas dari asap rokok. Penerapan tersebut diberlakukan sesuai Pasal 115 UU No 35/2009 tentang penerapan Kawasan tanpa Rokok. Pemberlakuan ini bukan berarti melarang kebiasaan merokok atau melarang budi daya tanaman tembakau di masyarakat. Akan tetapi, mengimbau perokok untuk mengikuti aturan dalam undang-undang kesehatan.
Hal positif ini juga didukung dengan sebuah penelitian terbaru yang dilakukan oleh Institute for Social and Economic Research di Essex University, dan dirilis dirilis laman dailymail.co.uk, Sabtu, (05/03/2012) lalu. tentang remaja yang tidak merokok secara signifikan lebih mungkin lima kali lebih bahagia, dibanding para penikmat rokok. Kebiasaan merokok tak hanya mempengaruhi kesehatan secara fisik saja, tetapi juga secara kejiwaan. Selain lebih memungkinkan tidak bahagia, remaja yang hobi merokok  lebih rentan terjerumus dalam tindak kekerasan.
Dalam penelitian tersebut, sedikitnya 5.000 orang responden berusia 10-15 tahun ditanyai berbagai hal terkait gaya hidup sehari-hari. Hasil pengamatan menunjukkan, remaja yang punya gaya hidup tidak sehat termasuk merokok mendapatkan skor kebahagiaan 4-5 kali lebih rendah daripada yang memiliki gaya hidup sehat.
Sementara skor kebahagiaan paling tinggi diperoleh para remaja yang rajin makan sayur dan buah-buahan. Gaya hidup yang juga meningkatkan kebahagiaan menurut penelitian tersebut antara lain rajin olahraga, serta mengurangi konsumsi keripik, soda dan makanan bergula.
Dr Cara Brooker yang memimpin penelitian tersebut mengatakan, kecenderungan ini teramati konsisten bahkan ketika disesuaikan dengan faktor lain seperti status ekonomi sosial dan tingkat pendidikan orangtua. Artinya hasil penelitian ini diyakini dapat mewakili populasi remaja pada umumnya.
Walau yang menjadi subjeknya anak usia 10-15 tahun, tapi tak menutup kemungkinan bahwa kebahagian itu akan mejangkit kepada kita yang sudah uzur ini. Lihat saja buktinya, hasil survei sosial-ekonomi Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, biaya konsumsi rokok rumah tangga menempati urutan kedua setelah beras. Ini memprihatinkan mengingat masih banyak keperluan lain dalam hidup yang lebih penting. Jadi, seandainya kita bebas dari rokok, sudah barang tentu akan lebih bahagiakan? >>>Saufi Ginting.

No comments: