Tuesday, April 10, 2012

MAJALAH MAWADDAH PEMUDA MUHAMMADIYAH ASAHAN EDISI I APRIL 2012


P E M I M P I N

Ansyari
Nabi bersabda,”Setiap kamu adalah pemimpin”. Ini adalah penegasan sederhana yang menyentuh setiap kita. Artinya dengan sabda beliau tersebut kita mesti sadar sesungguhnya wajib bagi setiap kita mau memimpin diri dalam kehidupan ini.


M
emimpin diri berarti memelihara harapan-harapan buat kini dan masa depan. Mengupayakan apa yang diimpikan menjadi kenyataan. Untuk itu kita diminta AWARE terhadap tugas dan tanggungjawab diri baik dalam kesendirian, keluarga, masyarakat maupun bernegara. Inilah yang membedakan kita pemimpin dengan mereka yang tidak aware atas kehidupannya. Orang-orang jenis terakhir ini adalah orang-orang yang tidak menetapkan tujuan hidupnya. Andaipun ada, baginya hanya tampak samar-samar di kejauhan. Tidak jelas ke arah mana hendak menuju. Sesungguhnya apa yang hendak dicapai tidaklah menjadi soal baginya sebab masa depan bukanlah hal penting yang harus diberi perhatian serius.
Siapa orang yang punya harapan? Adalah mereka yang memiliki keyakinan. Apakah kita yakin bahwa Tuhan akan memberi balasan sekecil apapun kebaikan yang ikhlas kita berikan pada dunia ini?. Apa kita yakin bahwa bekerja adalah merupakan fasilitas tidak hanya rezeki tetapi juga alasan Tuhan mengampuni sebagian dosa-dosa kita?. Apakah juga kita yakin bahwa dengan memimpin diri sendiri dengan cara yang terbaik dari kemampuan kita adalah kontribusi terindah bagi orang-orang terdekat kita?  Apakah kita yakin bahwa masa depan kita adalah apa yang sedang kita lakukan sekarang?. Dan apakah kita juga yakin dengan Muhammadiyah kita sedang bersama menuju pintu gerbang surga Jannatun Na’im?. Keyakinanlah yang mendorong seseorang menjadi bersungguh-sungguh berupaya menggapai harapan. Keyakinan juga yang menutup celah keraguan dalam merajut upaya. Dan keyakinan pula yang mendekatkan hati dengan kenyataan. Itulah sebabnya orang-orang yang selalu memelihara keyakinannya akan senantiasa diliputi kegembiraan dalam setiap upaya yang mengantarkan pada kenyataan harapan. Bagaimana tidak, sebab hatinya semakin mendekat atau harapan itu sendiri yang mendekati hatinya untuk mewujud menjadi kenyataan.
Bagi orang yang aware terhadap proses kepemimpinan dirinya, keyakinan adalah kekuatan. Dengannya ia akan selalu bisa menyemangati dirinya dan fasih membangun kegembiraan jiwanya dalam menekuni perjalanan menuju harapan-harapannya. Karena itu ia tak pernah kehabisan energi. Inilah yang kita selalu mudah mengatakannya dengan istilah ‘pantang menyerah’ yang sesungguhnya itu merupakan campuran yang seimbang antara SABAR & SYUKUR. Di antara kedua kutub inilah orang yang sedang memimpin dirinya berlabuh menuju pulau harapan. Dengan sabar kita percaya bahwa hidup ini tak mungkin bisa pas seperti yang kita inginkan. Kita sadar bahwa dunia ini bukanlah sebuah tempat untuk memenuhi semua keinginan kita. Dunia adalah tempat dimana bertumbuh kondisi kontradiktif. Dua hal yang bertentangan selalu hidup berdampingan. Siang malam, keras lembut, hitam putih, positif negatif, datang pergi, rajin malas, penuh kosong, depan belakang, dan seterusnya. Dan telah menjadi kenyataan bahwa semua hal kontradiktif adalah merupakan potensi konflik. Si malas tidak mungkin menyukai si rajin. Begitu pula sebaliknya si rajin tidak akan menyukai si malas. Si pemurah membenci si pelit, begitu pula si pelit akan sangat tidak cocok dengan si pemurah. Begitu seterusnya. Di tempat seperti inilah kita memimpin diri mewujudkan harapan-harapan. Dengan syukur kita percaya bahwa Allah Tuhan Yang Maha Penyayang akan menambah kemampuan kita menikmati hidup, kehidupan dan penghidupan dan selalu ingin kenikmatan yang sesungguhnya (surga). Rasa syukur adalah pemudah bagi kita untuk menetapkan bahwa setiap fasilitas yang kita gunakan dalam kehidupan ini merupakan kemurahan Allah SWT.
Dengan senantiasa menjaga posisi proses kehidupan ini tetap berada di antara kutub sabar dan syukur kita akan selalu berhati-hati dengan apa yang kita harapkan sebab apa yang kita harapkan akan menjadi keyakinan. Begitu pula apa yang kita yakini akan menjadi harapan yang pada gilirannya akan mewujud menjadi kenyataan. Inilah hakikatnya misi sang pemimpin yakni membawa masa depan di hari ini. Ketika Nabi Ibrahim mengharapkan keturunan dan bahkan berharap semua keturunannya menjadi orang-orang shalih, ”Robbi habli minashsholihin” dengan sabar dan senantiasa mensyukuri setiap apapun yang Allah berikan maka keyakinan beliau menjadi kenyataan. Beliau diberi Allah keturunan dan mereka menjadi Nabi sehingga beliau digelari sebagai bapak para Nabi. Inilah bukti keyakinan yang terpelihara menjadi kenyataan. Ketika Khalid bin Walid dicopot dari jabatannya sebagai Panglima, sedikitpun tidak menjadi pengurang kegigihannya berjihad karena beliau yakin kegigihannya bukan karena jabatan Panglimanya tetapi karena harapannya. Harapan kejayaan Islam di masa depan segera mendekat ke hari ini. Inilah substansi pemimpin, orang yang dengan sungguh-sungguh mengupayakan masa depan mewujud di hari ini. Karenanya ia tidak menunggu disemangati oleh orang lain atau oleh apa, tetapi justru harapannya itulah yang menjadi penyemangat.
Tak berbeda dengan kita bermuhammadiyah yang bermakna bahwa diri kita adalah bagian dari penggerak dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar. Ketika kita ‘aware’ dengan aktivitas Muhammadiyah sesungguhnya kita sedang memelihara harapan sebagai penyemangat bermuhammadiyah. Insya Allah orang-orang seperti inilah yang kemudian berkenan menaruh rasa hormat dalam berkhidmat di Persyarikatan. Orang-orang seperti ini pula yang selalu memelihara cita-cita Muhammadiyah menjadi cita-cita pribadinya. Sejatinya demikianlah orang Muhammadiyah memimpin dirinya dalam keseharian.

No comments: